Indonesia merupakan pasar terbesar di Asia Tenggara yang hidup bersamaan dengan keragaman sektor media. Namun, menengok kenyataan di lapangan media berita Indonesia masih menemukan tantangan.
Laporan Studi Jurnalisme dari Reuters Institute bekerja sama dengan YouGov pada akhir Januari hingga awal Februari 2021 merilis hasil riset dari berbagai belahan dunia terhadap pandangan mereka pada media berita.
Kuesioner yang disebar pada 2.007 sampel tersebut menyebutkan beberapa kebiasaan yang dilakukan masyarakat Indonesia untuk mendapatkan berita terkini.
Whatsapp jadi aplikasi utama bertukar berita
Merilis data dari laporan Reuters Institute, masyarakat Indonesia lebih banyak menggunakan media dalam jaringan (daring) dibanding dengan meda televisi dan cetak.
Lebih dari setengah atau 89 persen responden menggunakan media daring untuk mendapatkan informasi terkini.
Walaupun masih mendominasi, ternyata dapat dibuktikan bahwa media televisi dan cetak masih tetap eksis dengan menunjukkan jumlah persentase lebih rendah, yakni sebanyak 58 persen responden menonton televisi dan 20 persen responden menggunakan Media cetak untuk mendapatkan berita terbaru. Sejumlah merek berita seperti TVOne, Metro TV, dan Kompas menjadi tiga merek berita teratas paling digemari untuk media televisi, radio, dan cetak.
Dalam survei juga dijelaskan 85 persen mayoritas masyarakat Indonesia lebih memilih menggunakan smartphone untuk mengakses berita di internet. jauh lebih populer dibandingkan menggunakan komputer (37 persen) dan tablet (10 persen).
Fakta ini juga turut mendukung bukti bahwa terdapat 64 persen responden yang menggunakan media sosial sebagai media untuk mengakses berita.
Whatsapp menjadi aplikasi utama yang digunakan untuk membagikan berita dengan nilai sebanyak 60 persen responden mengalahkan aplikasi Youtube (46 persen), Facebook (42 persen), dan Instagram (38 persen).
Indonesia jadi negara kedua yang membayar konten berita premium
Alih-alih memiliki minat tinggi akan membaca berita di sosial media, masih ada sebagian lain masyarakat yang memilih untuk menggunakan layanan artikel berita berbayar.
Hasilnya, ada 19 persen responden asal Indonesia pernah membayar untuk berita daring dalam satu tahun terakhir. Pembayaran untuk konten berita daring ini juga termasuk untuk berlangganan, donasi, atau pembayaran satu kali.
Jika dibandingkan dengan negara di bagian Asia Pasifik lainnya, Indonesia menempati peringkat kedua setelah Hongkong dengan persentasi 23 persen responden untuk berlangganan konten berita premium.
Di peringkat tiga terdapat negara Filipina dengan persentase 17 persen responden, disusuk dengan Malaysia sebesar 16 persen. Singapura dan Taiwan memiliki persentase yang sama sebesar 14 persen. Kemudian Australia dan Korea Selatan juga memiliki persentase serupa sebanyak 13 persen. Lalu di peringkat 9 terdapat Negara Jepang dengan persentase 10 persen.
Reuters Institute menilai angka ini merupakan pertanda baik. Sudah terlihat banyak media mulai mengandalkan biaya berbasis langgaan, keanggotaan, atau donasi untuk mengurangi ketergantungan akan iklan digital yang dikuasai oleh Facebook dan Google.
Walaupun jumlah masyarakat di kawasan Asia Pasifik yang membayar konten berita daring premium cukup besar, Reuters Institute masih menemukan mayoritas konsumen berita menolak untuk berita daring apapun.
Berdasarkan kelompok usia yang berlangganan untuk berita digital berbayar dalam satu tahun terakhir adalah mereka yang berusia 25-34 tahun dengan jumlah persentase 24 persen.
Selanjutnya disusul dengan yang berusa 35-44 dengan jumlah persentase sebesar 21 persen, kelompok usia 55 tahun ke atas sebesar 19 persen, dan kategori usia 18-24 tahun sebesar 18 persen.
Sedangkan, kelompok usia 45-54 tahun menjadi persentase kategori usia yang paling rendah membaca konten berita premium sebesar 14 persen.
Rendahnya tingkat kepercayaan masyarakat pada berita daring
Mengonsumsi berita media daring bukanlah tidak memiliki banyak resiko. Konten yang diproduksi secara cepat dan massal setiap harinya memungkinkan pembaca tidak mendapatkan berita utuh dalam satu artikel belum lagi dengan isu hoax atau berita bohong yang berakar dari tidak utuhnya data yang dipaarkan.
Kepercayaan masyarakat Indonesia terhadap media berita secara keseluruhan menunjukkan persentase rendah yakni hanya sebesar 39 persen.
Merek berita CNN milik Trans Media memiliki persentase tertinggi dalam hal kepercayaan pada berita daring sebesar 69 persen.
Menariknya, salah satu merek berita TVOne memiliki jangkauan kepercayaan yang besar mencapai 62 persen tetapi juga memiliki tingkat ketidak percayaan yang juga tinggi mencapai 12 persen jika dibandingkan dengan merek media berita lainnya. Hal ini berkaitan dengan gaya pelaporan berita TVOne yang dianggap sensasional.
Media berita daring kini sudah menjadi bagian dari masyarakat di Indonesia untuk mendapatkan informasi. Namun, kemajuan ini juga masih harus diimbangi dengan perbaikan sistem peraturan Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE), ataupun lembaga pengawasan lainnya untuk tidak dengan mudah membiarkan konten berita bohong, penghinaan, atau bentuk penistaan untuk ditindak seadil-adilnya. Peraturan dan jenis hukuman pelanggaran ini berhak berlaku untuk segala jenis komunikasi elektronik termasuk sosial media.
Penulis: Nabilah Nur Alifah
Editor: Iip M Aditiya