Media Sosial Andalan Akses Informasi Politik: Gen-Z TikTok, Milenial Facebook

Masyarakat harus berhati-hati akan ancaman berita yang bersifat berita bohong di media sosial

Media Sosial Andalan Akses Informasi Politik: Gen-Z TikTok, Milenial Facebook Ilustrasi ragam platform media sosial | Twin Design/Shutterstock

Sebentar lagi, momen Pemilihan Umum 2024 akan segera dimulai. Rencananya, pemilihan umum ini diadakan pada tanggal 14 Februari 2024, dan akan langsung memilih calon legislatif dan eksekutif secara serentak.

Berbagai media untuk mempromosikan seluruh visi-misi pasangan calon digunakan untuk meraup pundi-pundi suara dari masyarakat. Terlebih, pada pemilu kali ini, mayoritas pemilih adalah pemilih muda, dengan presentase sebesar lebih dari setengah, menurut keterangan pers dari KPU.

Karena mayoritas generasi muda menggunakan sosial media dalam segala hal, menjadi penting untuk melihat media sosial apa saja yang digunakan oleh pemilih muda untuk mengakses informasi politik.

Gen-Z: Jadikan TikTok Search Engine Politik Baru

Sebuah data hasil survei dari Katadata Insight Center mengungkap perilaku pemilih muda dalam mencari berita atau informasi mengenai hal-hal berbau politik. Dalam konteks Gen-Z, sebanyak 68,2% responden mengaku menggunakan aplikasi Instagram sebagai sosial media untuk mengakses informasi politik. Aplikasi besutan Meta ini menjadi peringkat pertama hasil ini.

Aplikasi TikTok menjadi peringkat kedua dalam hasil ini. TikTok diklaim digunakan oleh Gen-Z dalam mengakses berita politik dengan presentase senilai 39,2%. Hal ini cukup unik dikarenakan hasil ini berbeda dengan generasi milenial, dimana generasi milenial tidak menempatkan TikTok sebagai peringkat kedua. Hal ini menguatkan asumsi publik bahwa aplikasi TikTok adalah search engine yang baru, dan kerap digunakan oleh masyarakat berprofil Gen-Z.

Selanjutnya, terdapat YouTube dengan presentase senilai 35,1%, kemudian Twitter dengan presentase di angka 34,1%.

Berbeda dengan generasi milenial, media sosial Facebook ditempatkan pada peringkat kelima dengan presentase di angka 29%. Di bawah Facebook, terdapat media sosial WhatsApp dengan presentase 18,9%.

Telegram memiliki presentase 8,1% serta sisanya memilih lainnya.

Instagram dan Facebook Masih Jadi Primadona Milenial

Pada lanjutan hasil survei dari Katadata Insight Center, dijelaskan pula media sosial yang digunakan untuk mengakses informasi politik, dengan profil generasi milenial. Pada generasi ini, media sosial yang teratas adalah Instagram. Instagram dipilih oleh 64,1% responden dan terpantau sangat dominan.

Berbeda dengan Gen-Z yang menempatkan TikTok sebagai peringkat kedua, generasi milenial cenderung lebih mengutamakan Facebook. Facebook berada di peringkat kedua rilis ini dengan presentase di angka 47,3%, disusul YouTube dengan presentase 46,7%.

Dalam generasi ini, TikTok berada di peringkat keempat dengan presentase di 28,3%. Selanjutnya, terdapat WhatsApp dengan presentase di angka 27%.

Twitter juga berada di bawah dibanding Gen-Z, dengan presentase 26,2%, dilanjut Telegram di angka 10,9%, lainnya sebanyak 3,8%, serta Line sebanyak 2,2%.

Kebebasan Berekspresi di Medsos, Awas Hoax

Ketua Komisi Pelilihan Umum (KPU) Hasyim Asy'ari menyatakan bahwa dengan gencarnya penggunaan media sosial dalam menyebarkan berita politik, maka seluruh masyarakat harus berhati-hati akan ancaman berita yang bersifat berita bohong untuk menghindari misinformasi dan kekacauan di masyarakat.

"Tentu kami melihat audiens kita, lebih dari 50 persen pemilih kita ini boleh dikatakan pemilih muda ya. Tentu style berkomunikasi pilihan media menjadi sesuatu yang penting dan dalam riset-riset yang kami baca, di antaranya populer diakses itu adalah TikTok," kata Hasyim Asy'ari dalam sebuah berita yang dimuat di Detik.

"Kalau ada pihak yang mengunggah konten atau informasi yang sifatnya fitnah, disinformasi, memprovokasi, sehingga dengan begitu, misalkan ada situasi seperti itu TikTok kan juga bisa clearing house you, untuk informasi-informasi yang berkembang ini benar atau nggak," lanjut Hasyim Asy'ari dalam keterangan lanjutannya.

Penulis: Pierre Rainer
Editor: Editor

Konten Terkait

Kominfo Berhasil Tangani Lebih Dari 5 Ribu Konten Berbau Radikalisme

Berdasarkan laporan dari Kominfo, terdapat sebanyak 5.731 konten yang mendukung ekstrimisme, radikalisme, dan terorisme di platform digital.

Negara Paling Banyak Blokir Akses Internet di Dunia

Pemblokiran internet merupakan strategi negara untuk menjaga stabilitas pemerintahan di tengah konflik. India mencatat rekor pemblokiran tertinggi dalam daftar.

Terima kasih telah membaca sampai di sini

Dengan melakukan pendaftaran akun, saya menyetujui Aturan dan Kebijakan di GoodStats

atau

Untuk mempercepat proses masuk atau pembuatan akun, bisa memakai akun media sosial.

Hubungkan dengan Google Hubungkan dengan Facebook
Student Diplomat Mobile
X