Mayoritas Anak Muda Tidak Kuliah Akibat Faktor Finansial

Menurut Deloitte, 39% anak muda tidak melanjutkan kuliah karena faktor finansial.

Mayoritas Anak Muda Tidak Kuliah Akibat Faktor Finansial Ilustrasi Topi Toga | IStock
Ukuran Fon:

Pendidikan merupakan pondasi utama yang membentuk masa depan bangsa. Melalui pendidikan, generasi muda dibekali pengetahuan, keterampilan, dan karakter untuk menghadapi tantangan zaman. Tanpa pendidikan yang berkualitas, peluang kemajuan suatu negara akan terhambat.

Kabar baiknya, belakangan ini masyarakat Indonesia sudah semakin menyadari akan pentingnya pendidikan. Hal ini terlihat dari meningkatnya jumlah individu yang melanjutkan ke jenjang pendidikan tinggi. Fenomena ini merupakan indikasi kuatnya kemajuan pendidikan suatu bangsa.

Dengan populasi yang didominasi oleh lulusan pendidikan tinggi, diharapkan sebuah negara menjadi lebih siap untuk menghadapi tantangan global yang semakin kompleks. Selain itu, adanya pendidikan yang kuat akan melahirkan generasi penerus dan pelurus bangsa yang mampu berinovasi, memimpin, dan membawa perubahan positif bagi negara.

Meski begitu, Indonesia masih menghadapi tantangan besar dalam memastikan pendidikan tinggi dapat diakses oleh semua kalangan. Banyak generasi muda yang memiliki bakat dan potensi dengan mimpi besarnya untuk berkuliah harus rela mengakhiri impian tersebut. Kendala utama yang dialaminya sering kali adalah masalah biaya, yang akhirnya memaksa mereka memilih untuk langsung bekerja.

Alasan Anak Muda Tidak Melanjutkan Kuliah | GoodStats
Alasan Anak Muda Tidak Melanjutkan Kuliah | GoodStats

Berdasarkan survei global Deloitte yang melibatkan 23.482 responden terdiri dari 14.751 Gen Z dan 8.731 Gen Milenial, terdapat beberapa alasan mengapa generasi muda memilih tidak melanjutkan pendidikan tinggi.

Alasan Generasi Milenial tidak melanjutkan kuliah secara signifikan lebih dipengaruhi oleh masalah keluarga atau pribadi, dengan persentase mencapai 42%, lebih tinggi dibandingkan Gen Z yang hanya 34%.

Namun, kendala finansial menjadi faktor yang sama pentingnya bagi kedua generasi, baik Gen Z maupun Milenial memiliki persentase yang identik sebesar 39%. Hal ini menunjukkan bahwa beban biaya pendidikan yang tinggi menjadi hambatan yang sangat dirasakan oleh kedua kelompok usia tersebut.

Lebih lanjut, Gen Z cenderung memilih untuk berkarier tanpa gelar dan memiliki keinginan untuk fleksibel dalam menempuh pendidikan. Kekhawatiran akan beban pinjaman juga menjadi pertimbangan penting, dengan 21% Gen Z dan 18% Milenial yang menilainya sebagai alasan tidak melanjutkan kuliah.

Menariknya, 16% Gen Z dan 15% Milenial merasa bisa belajar sendiri, menunjukkan adanya keyakinan yang sama kuat dalam kemampuan belajar mandiri di luar jalur formal.

Dalam menjawab permasalahan tersebut saat ini Kementerian Pendidikan Tinggi Sains dan Teknologi (Kemdiktisaintek) kembali meluncurkan Kartu Indonesia Pintar (KIP) Kuliah dengan kebijakan baru. Kemendiktisaintek melakukan penguatan prioritas penerima KIP Kuliah untuk Perguruan Tinggi Negeri (PTN) dan Perguruan Tinggi Swasta (PTS) supaya dapat berkuliah pada program studi unggulan di Perguruan Tinggi terbaik.

“Pengembangan program KIP Kuliah ini bertujuan untuk meningkatkan ketepatan sasaran penerima agar sekaligus meningkatkan potensi ekonomi dan mobilitas sosial bagi mahasiswa dari keluarga miskin atau rentan miskin untuk berkuliah,” jelas Kepala Pusat Pembiayaan dan Asesmen Pendidikan Tinggi Henry Tambunan pada webinar sosialisasi pembukaan pendaftaran KIP Kuliah, Selasa (4/2/2025) melansir laman resmi Kemendiktisaintek.

Baca Juga: 65% Gen Z Kuliah untuk Banggakan Keluarga

Sumber:

https://www.deloitte.com/global/en/issues/work/genz-millennial-survey.html

https://kemdiktisaintek.go.id/kabar-dikti/kabar/pembukaan-pendaftaran-kip-kuliah-2025-pemerintah-perkuat-komitmen-akses-pendidikan-tinggi-yang-merata/

Penulis: Silmi Hakiki
Editor: Editor

Konten Terkait

Dominasi Baru, Imigran Laki-laki Indonesia Salip Perempuan pada 2024

Laki-laki kini mendominasi imigran Indonesia, didorong kebutuhan sektor lapangan dan industri, bukan lagi kerja domestik.

Populasi Jepang Susut 6 Juta Jiwa, Imigran Malah Naik 3 Kali Lipat Sejak 1990

Imigran dari negara berpendapatan menengah bawah naik 5 kali lipat sejak 1990, sementara Jepang kehilangan 6,1 juta penduduk dalam 15 tahun terakhir.

Terima kasih telah membaca sampai di sini

atau

Untuk mempercepat proses masuk atau pembuatan akun, bisa memakai akun media sosial.

Hubungkan dengan Google Hubungkan dengan Facebook