Maluku Utara dan Sulawesi Tengah Catat Pertumbuhan Ekonomi Tertinggi di 2023, Imbas Hilirisasi?

PDRB ADHK Maluku Utara dan Sulawesi Tengah masing-masing tumbuh 20,49% dan 11,91% di 2023. Hilirisasi nikel dinilai sebagai salah satu faktor pendorongnya.

Maluku Utara dan Sulawesi Tengah Catat Pertumbuhan Ekonomi Tertinggi di 2023, Imbas Hilirisasi? Ternate, Maluku Utara | ImageApp

Perekonomian Indonesia kembali tumbuh positif di 2023. Produk Domestik Bruto (PDB) atas dasar harga konstan (ADHK) Indonesia tumbuh 5,05% dari Rp11.710,2 triliun di 2022 menjadi Rp12.301,4 triliun (c-to-c).

PDB atas dasar harga berlaku (ADHB) juga tumbuh 6,66% dari Rp19.588,1 triliun menjadi Rp20.892,4 triliun (c-to-c).

Selain itu, secara spasial Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) di 38 provinsi juga tercatat mengalami pertumbuhan.

Pertumbuhan paling tinggi terjadi di kelompok Pulau Papua dan Maluku sebesar 6,94%, Pulau Sulawesi 6,37% dan Pulau Kalimantan 5,43% (c-to-c).

Maluku Utara menjadi provinsi dengan pertumbuhan ekonomi tertinggi sepanjang 2023, yakni 20,49% (c-to-c), diikuti Sulawesi Tengah dengan 11,91%.

Menurut lapangan usahanya, sumber pertumbuhan tertinggi di kedua provinsi ini dihasilkan dari sektor industri pengolahan, pertambangan dan penggalian, serta perdagangan.

Lebih jauh, Pelaksana tugas (Plt) Kepala Badan Pusat Statistik (BPS), Amalia Adininggar Widyasanti menuturkan, melesatnya pertumbuhan ekonomi di Maluku Utara dan Sulawesi Tengah juga merupakan dampak dari aktivitas hilirisasi nikel di kedua provinsi tersebut.

"Industri yang memang cukup besar di kedua provinsi tersebut adalah berasal dari industri olahan barang tambang, terutama industri ferronickel di kedua provinsi tersebut,” kata Amalia dalam konferensi pers, Senin (5/2).

“Jadi memang dapat ditarik kesimpulan bahwa industrialisasi atau yang kita sebut dengan program hilirisasi nikel di kedua provinsi tersebut, memberikan dampak terhadap pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi di provinsi Maluku Utara dan Sulawesi Tengah," jelas Amalia.

Selanjutnya, pertumbuhan ekonomi tertinggi ketiga terjadi di Kalimantan Timur sebesar 6,22%. Sumber pertumbuhan di provinsi ini didominasi dari sektor pertambangan dan penggalian, konstruksi, dan industri pengolahan.

Daerah otonom baru, Papua Tengah berada di urutan selanjutnya dengan pertumbuhan ekonomi sebesar 5,95%. Tak jauh berbeda, sumber pertumbuhan tertinggi di Papua Tengah juga dihasilkan dari sektor pertambangan dan penggalian, konstruksi, dan perdagangan.

Pertumbuhan ekonomi tinggi juga terjadi di Bali, yakni sebesar 5,71%. Sumber pertumbuhannya didominasi dari sektor penyediaan akomodasi makan dan minum, transportasi dan pergudangan, serta jasa keuangan dan asuransi.

Sementara itu, berdasarkan kontribusi PDB, perekonomian Indonesia di 2023 sebagian besar masih ditopang oleh Pulau Jawa. Total kontribusi PDB dari pulau ini mencapai 57,05%.

Empat provinsi di Pulau Jawa berada di urutan teratas provinsi dengan PDRB tertinggi di 2023.

DKI Jakarta mencatatkan PDRB sebesar Rp3.442,98 triliun, berkontribusi 16,77% terhadap PDB nasional. Diikuti Jawa Timur dengan PDRB sebesar Rp2.953,55 triliun, 14,38% dari PDB.

Urutan ketiga ditempati Jawa Barat yang menghasilkan PDRB sebesar Rp2.625,22 triliun, 12,79% dari PDB. Jawa Tengah berada di urutan selanjutnya dengan PDRB sebesar Rp1.696,80 triliun, atau 8,26% dari PDB.

Posisi 5 besar ditutup oleh provinsi di Pulau Sumatra, yakni Sumatra Utara yang menghasilkan PDRB sebesar Rp1.051,00 triliun, 5,12% dari PDB.

Sementara itu Kalimantan Timur, selain mencatat pertumbuhan ekonomi yang tinggi, juga menunjukkan kinerja positif dari segi PDRB yang dihasilkan, yakni Rp843,57 triliun, atau 4,11% dari PDB 2023.

Menurut Kepala BPS Kalimantan Timur, Yusniar Juliana, kinerja impresif perekonomian Kalimantan Timur di tahun lalu tak terlepas dari adanya aktivitas pembangunan sejumlah proyek strategis, yang meningkatkan kinerja sektor konstruksi di provinsi tersebut.

"Khusus konstruksi sangat terkait erat dengan pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN), dampaknya sangat signifikan. Selain itu juga ada proyek Refinery Development Master Plan (RDMP) Pertamina, dan aktivitas konstruksi lainnya," jelas Yusniar dikutip dari Kompas.com, Senin (5/2).

Penulis: Raka B. Lubis
Editor: Iip M Aditiya

Konten Terkait

Nilai Impor Indonesia Mengalami Penurunan di Maret 2024

BPS mencatat nilai impor Indonesia mencapai angka US$17,96 miliar pada 2024. Hal ini disebabkan dengan menurunnya impor nonmigas sebesar 5,34%.

Nilai Ekspor Indonesia Sentuh 2 Miliar USD, Ekspor Nonmigas Berkontribusi Besar

BPS mencatat nilai ekspor Indonesia mencapai angka US$22,43 miliar pada 2024. Hal ini disebabkan meningkatnya ekspor migas sebesar 17,12%.

Terima kasih telah membaca sampai di sini

Dengan melakukan pendaftaran akun, saya menyetujui Aturan dan Kebijakan di GoodStats

atau

Untuk mempercepat proses masuk atau pembuatan akun, bisa memakai akun media sosial.

Hubungkan dengan Google Hubungkan dengan Facebook
Student Diplomat Mobile
X