Indonesia terus berupaya menjaga ketahanan energi nasional melalui sektor migas. Pemerintah melalui Kementerian ESDM dan SKK Migas menargetkan capaian ambisius untuk tahun 2025, khususnya dalam hal lifting migas (minyak dan gas bumi). Namun, di balik angka-angka target itu, muncul berbagai tantangan struktural dan teknis yang tak bisa diabaikan.
Target Produksi Minyak 605 Ribu Barel per Hari, Gas 6.660 MMSCFD
Pada 2025, pemerintah Indonesia menargetkan lifting minyak bumi sebesar 605.000 barel per hari (MBOPD) dan gas bumi sebesar 6.660 juta standar kaki kubik per hari (MMSCFD). Target tersebut didukung oleh potensi penerimaan negara bukan pajak (PNBP) dari migas yang diproyeksikan mencapai Rp112,2 triliun, menurut Kementerian ESDM. Sebagai pembanding, capaian lifting minyak per April 2024 baru berada di kisaran 561.000 barel per hari, masih jauh dari target.
Untuk gas, Menteri ESDM Arifin Tasrif menyatakan bahwa Indonesia sedang mengupayakan produksi gas mencapai 12 BCF per hari pada 2027–2028, sebagai bagian dari strategi jangka menengah.
Harga Minyak Dunia dan ICP Indonesia
Harga Minyak Mentah Indonesia atau ICP (Indonesian Crude Price) menjadi indikator penting dalam menentukan penerimaan migas. Pada Mei 2025, ICP tercatat turun menjadi US$62,75 per barel, dibandingkan April 2025 yang berada di US$65,29 per barel. Penurunan ini disebabkan oleh peningkatan suplai dari negara-negara OPEC+ dan ketegangan geopolitik yang relatif stabil.
Turunnya harga ICP berpotensi mengurangi margin keuntungan negara dan KKKS (Kontraktor Kontrak Kerja Sama), serta menghambat minat eksplorasi baru di blok-blok potensial.
Baca Juga: Fakta, Produk, dan Tantangan Produksi Migas Indonesia Tahun 2024
Upaya Peningkatan Lifting Dari EOR hingga Zero Flare
SKK Migas telah merancang berbagai strategi untuk mendekati target lifting migas tahun 2025, di antaranya
-
Enhanced Oil Recovery (EOR) di lapangan tua
-
Reaktivasi sumur idle
-
Peningkatan efisiensi fasilitas produksi
-
Zero flaring policy, yaitu pemerintah menargetkan seluruh KKKS menghentikan praktik gas buang (flaring) pada tahun 2025, demi efisiensi energi dan penurunan emisi karbon.
SKK Migas juga mengandalkan dukungan pemerintah daerah dalam penyediaan lahan, percepatan perizinan, dan jaminan keamanan operasi sebagai faktor krusial untuk keberhasilan pencapaian lifting nasional.
Tantangan dan Realita
Meskipun strategi telah dirancang matang, realisasi lifting seringkali terkendala teknis, seperti turunnya tekanan reservoir di lapangan tua, ketergantungan pada KKKS untuk investasi dan teknologi baru, dan fluktuasi harga global yang memengaruhi perencanaan finansial
Dengan kondisi cadangan minyak terbukti yang hanya sekitar 3,9 miliar barel, sementara produksi harian di atas 1 juta barel (gross), rasio cadangan terhadap produksi Indonesia (R/P ratio) hanya sekitar 4 tahun, jauh lebih rendah dibanding Arab Saudi (35) atau Libya (30).
Kesimpulan
Target lifting migas Indonesia tahun 2025 memang ambisius dan mencerminkan optimisme pemerintah. Namun, keberhasilan realisasi target tersebut sangat tergantung pada efisiensi operasional, investasi, dan sinergi antara pusat dan daerah. Selain itu, dinamika harga minyak dunia dan faktor teknis di lapangan menjadi penentu utama keberlanjutan sektor migas sebagai tulang punggung penerimaan negara.
Sumber:
- https://www.esdm.go.id/id/media-center/arsip-berita/tindak-lanjut-upaya-mencapai-target-produksi-migas-tahun-2025-
- https://migas.esdm.go.id/post/suplai-minyak-mentah-negara-opec-naik-turunkan-icp-mei-menjadi-usd6275barel
- https://www.esdm.go.id/id/media-center/arsip-berita/pemerintah-targetkan-zero-flare-pada-tahun-2025
Penulis: Rayhan Adri Fulvian
Editor: Muhammad Sholeh