Penembakan massal yang terjadi di Lewiston, Maine pada Rabu (25/10) kemarin kembali guncang masyarakat Amerika Serikat. Tersangka pelaku penembakan massal dikabarkan belum teridentifikasi, tetapi seorang pria bernama Robert R. Card berusia 40 tahun sedang dalam proses pencarian sebagai “person of interest”.
Melansir dari NBC News, Komisaris Keamanan Publik Departemen Maine, Michael Sauschuck, mengatakan bahwa terdapat banyak korban yang menjadi buntut dari kasus penembakan ini. Diyakini bahwa terdapat 15 hingga 20 orang meninggal dan sebanyak 50 orang terluka, menurut sumber penegak hukum setempat.
Di Amerika Serikat sendiri, menurut data dari Gun Violence Archive, jumlah kasus penembakan massal pada tahun 2023 tembus angka 500 kasus atau lebih tepatnya 506 kasus per September lalu.
Dapat dilihat bahwa selama tiga tahun terakhir telah terjadi lebih dari 600 penembakan massal per tahunnya, di mana rata-rata hampir dua kasus terjadi dalam sehari. Tahun 2021 menjadi tahun dengan angka kasus penembakan massal tertinggi selama lima tahun terakhir di Amerika Serikat dengan jumlah mencapai 689 kasus.
Perlu digarisbawahi, Gun Violence Archive mendefinisikan penembakan massal sebagai penembakan yang mengakibatkan empat orang atau lebih tertembak atau terbunuh. Hal ini membuat jumlah datanya bisa jadi lebih tinggi dibandingkan beberapa sumber lain dengan definisi penembakan massal yang berbeda-beda.
Pasalnya, kasus penembakan massal di Maine menjadi kasus dengan jumlah korban terbanyak di tahun 2023. Lebih tinggi dari jumlah korban dalam kasus penembakan massal yang terjadi di Monterey Park, California pada bulan Januari lalu di tengah perayaan Tahun Baru Imlek dengan jumlah korban 11 orang meninggal dan 9 orang terluka.
Penulis: Anissa Kinaya Maharani
Editor: Editor