Satu yang tak boleh terlewat setelah mencoblos adalah menandai jari dengan tinta. Tradisi yang sudah lama berjalan ini bertujuan untuk memberikan tanda pada warga negara yang berhak memilih, telah menyumbangkan suaranya. Di Pemilu 2024, bukan tinta biasa yang digunakan, melainkan tinta dari bahan organik, yaitu gambir.
Inovasi ini digagas oleh Universitas Andalas yang kemudian memenangkan konsolidasi pengadaan logistik tinta bersama PT Kudo Indonesia Jaya. Universitas Andalas (Unand) menyatakan, kerja sama ini menjadi sinergi yang baik antara dunia pendidikan dan dunia usaha.
“Hal ini menjadi suatu contoh sinergi yang sangat baik di mana suatu institusi Pendidikan tinggi dan dunia usaha, bekerja sama untuk menghasilkan suatu produk inovatif yang menitikberatkan kepada pemanfaatan sumber daya alam Indonesia yang berdampak pada peningkatan kesejahteraan masyarakat Indonesia, khususnya para petani,” papar Rektor Universitas Andalas, Prof. Yuliandri, di website resmi Unand.
Penggunaan bahan organik ini menjadi upaya memanfaatkan sumber daya alam Indonesia sekaligus meningkatkan nilai tambahnya. Menempatkan gambir sebagai komoditas yang dapat bersaing, juga dapat membantu pendapatan petani gambir. Harapannya, inovasi ini tak hanya digunakan dalam pemilu.
Tak tanggung-tanggung, tinta berbahan baku gambir ini telah lulus uji Badan Pengawas Obat dan Makanan atau BPOM. Dilansir dari Good News From Indonesia, Ilmuwan Universitas Andalas, Amri Bakhtiar, mengklaim tinta tersebut aman untuk kulit. Selain keunggulan ramah lingkungan, tinta ini bisa bertahan lebih dari enam jam, bahkan berhari-hari.
Menurut Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian RI, Indonesia termasuk pemasok gambir dalam jumlah besar di pasar internasional. Jumlah ekspor gambir mencapai ribuan ton per tahun. Akan tetapi, nilai ekspor pada 2020 menurun sejak 2018.
Berdasarkan Statistik Perkebunan Non Unggulan Nasional 2020-2022, Sumatera Selatan menjadi penghasil gambir terbanyak, disusul Sumatera Barat, Sumatera Utara, Riau, dan Kepulauan Riau. India menjadi tujuan ekspor dengan jumlah paling tinggi yaitu mencapai 17,132,071 kg gambir.
Selain India, Pakistan juga menjadi negara tujuan ekspor dalam jumlah besar, yakni 532,300 kg. Kemudian disusul Bangladesh sebanyak 170,700 kg, China sebanyak 119,643 kg, dan Jepang sebanyak 36,600 kg. Negara lain seperti Amerika Serikat, Singapura, Myanmar, Yaman, dan Malaysia pun banyak mengimpor gambir dari Indonesia.
Meskipun demikian, catatan luas area dan hasil produksi gambir yang digarap di Perkebunan Rakyat (PR) mengalami pertumbuhan yang kurang signifikan. Jumlah ini belum termasuk produksi yang dikendalikan oleh perkebunan negara dan perkebunan swasta.
Pihak Unand menilai, inovasi pemanfaatan gambir untuk bahan baku tinta menjadi salah satu gerbang meningkatkan jumlah dan nilai komoditas ini. Kesejahteraan masyarakat yang menggantungkan hidup pada perkebunan gambir pun menjadi aspek yang akan ikut terangkat.
Penulis: Ajeng Dwita Ayuningtyas
Editor: Iip M Aditiya