Sektor pariwisata perlahan berangsur pulih dari keterpurukan pasca pandemi Covid-19 lalu.
Para pengambil kebijakan di tiap negara berlomba-lomba menyusun strategi yang paling efektif untuk mendongkrak kembali geliat sektor esensial pendulang devisa negara ini menyusul berakhirnya sederet restriksi imbas pandemi.
Travel and Tourism Development Index (TTDI) 2024, laporan oleh World Economic Forum (WEF), memberi gambaran aktual terkait bagaimana capaian pembangunan sektor pariwisata di tiap negara pasca pandemi.
Indeks ini mengukur serangkaian faktor pada aspek pembangunan sektor pariwisata yang mencakup 6 dimensi dan 17 pilar meliputi kondisi lingkungan pendukung, kebijakan, infrastruktur dan pelayanan, sumber daya, dan keberlanjutan.
Dalam TTDI 2024 yang dirilis Selasa (21/5), Indonesia catat kenaikan skor dan berhasil merangsek ke peringkat ke-22 dunia, naik 10 peringkat dari edisi sebelumnya di tahun 2021.
Indonesia pun sukses menyalip negara-negara maju atau berpenghasilan tinggi seperti Selandia Baru (25), Irlandia (24), hingga Belgia (23).
Ada pergeseran posisi pemuncak pada TTDI terbaru kali ini. Amerika Serikat (AS) dan Spanyol berhasil naik ke peringkat pertama dan kedua, menggeser Jepang yang jadi pemuncak di edisi sebelumnya ke peringkat ketiga.
Sementara itu, Tiongkok berhasil naik 4 strip ke peringkat ke-8, dan masuk menjadi pendatang baru dalam daftar 10 besar negara dengan skor TTDI tertinggi di tahun ini.
Menurut temuan WEF, pembangunan pariwisata di negara-negara dengan skor tertinggi itu secara umum didorong oleh faktor-faktor seperti lingkungan bisnis yang kondusif dan kesiapan teknologi yang memadai.
Kendati demikian, sebagian negara-negara di peringkat teratas itu di sisi lain juga dihadapkan tantangan serupa, yakni keterbatasan ketersediaan tenaga kerja terampil di sektor pariwisata.
Seperti Jepang misalnya, skor pada pilar sumber daya manusia (SDM) dan pasar tenaga kerja mereka yang terus turun sejak TTDI 2019, memberi gambaran bagaimana hal tersebut menjadi salah satu tantangan utama yang mereka hadapi saat ini.
Indonesia, sementara itu menjadi satu di antara sejumlah negara yang menunjukkan perkembangan positif dan membuktikan resiliensi sektor pariwisatanya pasca pandemi.
Hal itu ditunjukkan oleh skor dan peringkat TTDI Indonesia yang konsisten mengalami kemajuan dalam 2 edisi terakhir.
Dalam TTDI 2024, Indonesia menempati urutan ke-22 secara global, naik 10 peringkat dari TTDI 2021 dan catat kenaikan total 20 peringkat sejak TTDI 2019.
Menurut dimensinya, Indonesia memperoleh skor paling tinggi pada dimensi kebijakan dan kondisi pendukung pariwisata, yang meninjau aspek-aspek berupa prioritisasi, keterbukaan, dan daya saing harga.
Pada dimensi penilaian itu, Indonesia mencatat skor tertinggi ke-4 secara global, bersaing dengan Turki, Malaysia, dan Uni Emirat Arab yang menempati posisi 3 besar.
Skor tinggi juga diperoleh Indonesia pada dimensi keberlanjutan pariwisata, di mana Indonesia menempati posisi ke-7 dari 119 negara, di bawah Kenya, Cile, AS, Australia, Brazil, dan Kosta Rika.
Adapun dimensi keberlanjutan ini dinilai dari 3 pilar utama yakni keberlanjutan lingkungan, dampak sosio-ekonomi, dan keberlanjutan demand atau permintaan.
Sementara itu, aspek infrastruktur nampaknya masih menjadi tantangan utama bagi Indonesia dalam upaya pengembangan pariwisata.
Ditunjukkan oleh skor pada dimensi infrastruktur dan pelayanan Indonesia yang masih terpaut jauh di bawah dimensi penilaian lainnya.
Meski begitu, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) RI Sandiaga Uno mengatakan bahwa secara umum hasil positif yang diraih Indonesia dalam TTDI 2024 ini mampu menunjukkan kapasitas daya saing pariwisata Indonesia di tingkat global.
“Indonesia mampu mencapai peningkatan peringkat, naik hingga 4,46% dari posisi 32 menjadi posisi 22. Oleh karena itu, jangan pernah feeling inferior ke negara-negara lain tentang pariwisata Indonesia, karena kita sudah di posisi 22 besar dunia, jadi kalau kita di ranking dunia ada 119 negara, kita ini sudah papan atas,” kata Sandiaga dalam siaran pers Kemenparekraf, dikutip Sabtu (25/5).
Penulis: Raka B. Lubis
Editor: Editor