Gorengan Jadi Santapan Favorit Orang Indonesia

Sebanyak 37,4% orang Indonesia mengonsumsi gorengan, makanan berlemak, dan berkolesterol tinggi setiap harinya, meningkatkan risiko berbagai penyakit bahaya.

Gorengan Jadi Santapan Favorit Orang Indonesia Ilustrasi Gorengan | Universitas Airlangga

Tidak dapat dipungkiri bahwa gorengan serta makanan berlemak dan mengandung kolesterol tinggi adalah kesukaan setiap orang. Apalagi jika disantap ketika masih hangat. Di Indonesia sendiri, gorengan sering dijadikan pilihan sarapan ditemani secangkir kopi panas, amunisi untuk memulai hari yang berat. Meski begitu, konsumsi gorengan, makanan berlemak, dan mengandung kolesterol tinggi yang berlebihan dapat mengganggu kesehatan.

Menurut Kementerian Kesehatan (Kemenkes), terlalu banyak makan gorengan bisa mengakibatkan penyakit jantung, diabetes, hingga obesitas. Makanan yang dilapisi tepung dan digoreng cenderung mengandung kalori yang tinggi. 

Beberapa makanan seperti tempe, tahu, dan ayam memang lebih enak jika digoreng dibanding dikukus atau direbus. Sayangnya, proses menggoreng ini malah menambah kandungan lemak dan mengurangi kandungan gizi dari makanan tersebut. Terlalu banyak makan gorengan bisa meningkatkan kadar kolesterol jahat (LDL) dan menurunkan kadar kolesterol baik (HDL).

Gorengan mengandung lemak yang tinggi karena proses memasaknya yang melibatkan pemakaian minyak hidrogenasi, yang mampu mengubah lemak menjadi padat. 

Saking bahayanya mengonsumsi gorengan, penelitian menunjukkan bahwa konsumsi gorengan, makanan berlemak, atau yang mengandung kolesterol tinggi dalam jumlah kecil (sekitar 114 gram) dapat meningkatkan risiko serangan jantung dan stroke sebesar 3%, risiko penyakit jantung sebesar 2%, dan risiko gagal jantung sebesar 12%.

Sayangnya, masyarakat Indonesia masih sangat gemar mengonsumsi makanan tinggi lemak ini.

Mayoritas masyarakat Indonesia mengonsumsi makanan gorengan setiap harinya | GoodStats
Sebanyak 37,4% masyarakat Indonesia mengonsumsi makanan gorengan setiap harinya | GoodStats

Berdasarkan Survei Kementerian Kesehatan 2023 dari Kemenkes, 37,4% penduduk Indonesia berusia di atas 3 tahun tercatat mengonsumsi makanan berlemak/berkolesterol/gorengan minimal sekali setiap harinya. Hal ini berarti tiada hari tanpa mengonsumsi gorengan.

Jika dilihat dari provinsinya, maka provinsi di Jawa seperti Jawa Tengah, Jawa Barat, DI Yogyakarta, Jawa Timur, dan Banten menjadi provinsi yang paling banyak mengonsumsi gorengan. Lebih dari 40% warganya makan gorengan setiap hari.

Sementara itu, 51,7% responden mengonsumsi gorengan 1-6 kali per minggu, sedangkan sisanya makan gorengan kurang dari 3 kali per bulan. 

Tingginya kebiasaan konsumsi gorengan di kalangan masyarakat Indonesia ini sangat mengkhawatirkan. Pasalnya, makan gorengan yang berlebihan sangat berbahaya bagi tubuh, salah satunya meningkatkan risiko kanker.

Selama proses penggorengan, zat akrilamida dapat terbentuk. Semakin tinggi paparan suhunya, maka semakin besar pula kandungannya. Apabila terlalu sering dikonsumsi, zat akrilamida dapat mengakibatkan berbagai jenis kanker, termasuk kanker ovarium.

Tidak hanya itu, lemak trans pada gorengan juga dapat meningkatkan senyawa yang mendukung peradangan dalam tubuh, yang turut mendorong risiko kanker.

Terdapat beberapa hal yang bisa dilakukan untuk mengurangi risiko akibat konsumsi gorengan berlebih. Salah satunya adalah mengganti minyak goreng dengan alternatif yang lebih sehat, seperti minyak kelapa, minyak zaitun, maupun minyak alpukat. Hindari penggunaan minyak dengan kandungan asam lemak tak jenuh yang tinggi, seperti minyak wijen, minyak kedelai, minyak jagung, dan minyak bunga matahari. 

Selain itu, sebisa mungkin hindari penggunaan minyak berulang. Kemenkes menyarankan agar minyak digunakan sekali saja untuk menggoreng dan dibuang setelahnya.

Meski begitu, solusi terbaik untuk bisa terhindar dari risiko penyakit akibat konsumsi gorengan berlebih adalah dengan mengurangi konsumsi itu sendiri. Ganti pola makan dengan asupan dari sayur dan buah, ganti juga cara memasak dengan merebus, mengukus, atau memanggang.

Baca Juga: Obesitas di Indonesia: Potensi Krisis Kesehatan di Era Modern?

Penulis: Agnes Z. Yonatan
Editor: Editor

Konten Terkait

Berebut Suara Mantan: Swing Voter Pasca Penetapan Paslon di Pilkada Jakarta 2024

Banyak pendukung mantan Gubernur Jakarta Anies dan Ahok yang belum memilih calon di Pilkada Jakarta 2024 nanti, memungkinkan adanya dua putaran.

Daftar Profesi Paling Rawan Terlibat Pencucian Uang di Indonesia

Pemerintah/legislatif menjadi profesi yang paling rawan terlibat dalam kasus pencucian uang di Indonesia, skornya mencapai angka sempurna.

Terima kasih telah membaca sampai di sini

atau

Untuk mempercepat proses masuk atau pembuatan akun, bisa memakai akun media sosial.

Hubungkan dengan Google Hubungkan dengan Facebook