Tingkat Stress Gen Z Lebih Tinggi Dibanding Milenial dan Gen X

Berdasarkan survei yang dilakukan oleh Alva Research Center, menilai bahwa generasi z lebih merasa stres dibanding kelompok generasi Z dan milenial

Tingkat Stress Gen Z Lebih Tinggi Dibanding Milenial dan Gen X Ilustrasi kecemasan pada anak muda I fizkes/Shutterstock

Generasi Z yang lahir di antara tahun 1997-2012 kini memiliki peran penting dalam menjalani perputaran perkembangan di Indonesia. Lahir bersamaan dengan era digital dan internet dengan kecepatan pegerakannya yang justru semakin menambah tuntutan pada generasi Z semakin rawan stress.

Berdasarkan survei yang dilakukan oleh Alva Research Center, menilai bahwa generasi Z lebih banyak merasa stres dan cemas dibanding kelompok generasi yang lebih tua.

Survei yang dilakukan melalui wawancara tatap muka terhadap 1.529 responden yang berasal dari generasi Z, milenial, dan generasi X di seluruh Indonesia ini membagi indeksnya menjadi tiga kategori, yakni cukup cemas, cemas, dan sangat cemas.

Tingkat kecemasan antar generasi di Indonesia 2022 I GoodStats

Grafik menunjukan, dari generasi Z yang merasa cukup cemas menunjukkan persentase 40 persen, cemas 23,3 persen, dan sangat cemas 5 persen.

Lalu kemudian, kelompok responden milenial menunjukkan tingkat cukup cemas dengan 38,8 persen, cemas 23,5 persen, dan sangat cemas 4,6 persen.

Disusul oleh kelompok generasi X yang memiliki tingkat kecemasan terendah, yakni cemas 31,5 persen, cemas 21,3 persen, dan sangat cemas 2,8 persen.

Menilik data Alvara, penyebab tingkat kecemasan generasi Z disebut lebih tinggi karena generasi mereka belum memiliki banyak pengalaman dalam menghadapi tekanan. Hal ini berbeda dengan generasi pendahulunya seperti generasi X atau generasi kelahiran tahun 1965-1980 dan milenial atau generasi Y yang lahir pada tahun 1981-1994.

Maka dari itu, banyak generasi Z yang mudah berpindah-pindah tempat kerja guna mencari lingkungan yang lebih nyaman dan tidak memiliki tekanan tinggi.

Lebih lanjut, survei ini dilakukan di 34 provinsi di seluruh Indonesia dan menggunakan metode multistage random sampling pada 20-31 Maret 2022.

Penulis: Nabilah Nur Alifah
Editor: Iip M Aditiya

Konten Terkait

Memantau Keakraban Anak Indonesia dan Internet

Dengan internet yang semakin akrab dengan anak-anak Indonesia, pengawasan dari semua pihak sangat dibutuhkan.

Kasus DBD di DKI Jakarta Melonjak pada Maret 2024

Terdapat 3.875 kasus DBD di DKI Jakarta, enam meninggal dunia akibatnya. Kenaikan kasus DBD tidak hanya terjadi di Jakarta, melainkan di seluruh Indonesia.

Terima kasih telah membaca sampai di sini

Dengan melakukan pendaftaran akun, saya menyetujui Aturan dan Kebijakan di GoodStats

atau

Untuk mempercepat proses masuk atau pembuatan akun, bisa memakai akun media sosial.

Hubungkan dengan Google Hubungkan dengan Facebook
Student Diplomat Mobile
X