10 Negara yang Pernah Redenominasi Mata Uang dan Dampaknya bagi Ekonomi

Menteri Purbaya usungkan redenominasi rupiah, bagaimana dampaknya untuk Indonesia dan negara lain yang pernah terapkan kebijakan ini?

10 Negara yang Pernah Redenominasi Mata Uang dan Dampaknya bagi Ekonomi Rupiah | Pexels
Ukuran Fon:

Redenominasi kembali menjadi topik yang ramai diperbincangkan di kalangan masyarakat Indonesia. Isu tersebut kembali naik setelah diusung dalam Rencana Strategis Kementerian Keuangan Tahun 2025-2029 oleh Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa. Redenominasi sendiri sebetulnya bukan merupakan hal baru. Pasalnya, rencana redenominasi sendiri sudah pernah digulirkan pada tahun 2010 oleh Bank Indonesia dan disampaikan langsung kepada DPR oleh Menteri Keuangan Agus Martowardojo sehingga masuk menjadi salah satu program legislasi nasional atau prolegnas prioritas tahun 2013.

Redenominasi merujuk pada bentuk penyederhanaan nilai rupiah dengan cara menghilangkan sebagian nol pada nominal utama, tanpa mengurangi nilai tukar dan daya beli yang dimiliki sebelumnya. Contohnya, Rp 1.000 akan menjadi Rp 1 setelah diredenominasi. Meski tidak lagi memiliki angka nol di belakangnya, nilai tukar nominal tersebut tetap setara dengan nilai sebelumnya. Sehingga, pemerintah menegaskan bahwa redenominasi tidak akan berpengaruh terhadap daya beli, pendapatan riil, maupun penciptaan lapangan kerja.

Sejarah mencatat sederet negara yang sudah lebih dulu melakukan redenominasi mata uang. Bagaimana datanya?

10 Negara dengan Praktik Redenominasi di Dunia

10 Negara dengan Praktik Redenominasi di Dunia
10 Negara dengan Praktik Redenominasi Mata Uang di Dunia | GoodStats

1. Hongaria (1946)

Pada tahun 1946, Hongaria menjadi negara nomor satu yang mencatatkan sejarah sebagai negara pengadopsi konsep redenominasi pertama di dunia. Negara ini berhasil mengganti mata uangnya dari pengő menjadi forint ketika mengalami hiperinflasi yang cukup berat pada tahun yang sama. Perubahan tersebut diikuti penyusutan nilai secara drastis dengan nilai tukar 400 oktillion menjadi 1. Ini berarti nilai nominal pengő telah dipangkas dengan menghilangkan 29 digit nol dari nilai mata uang lama.

2. Zimbabwe (2009)

Zimbabwe, dengan kasus hiperinflasi yang tidak kalah berat, juga turut melakukan redenominasi pada tahun 2009 dengan memangkas 12 angka nol dari nilai nominal dolar Zimbabwe sebagai upaya untuk menstabilkan mata uang yang nilainya hampir tidak berharga akibat inflasi ekstrem. Bahkan, inflasi Zimbabwe mencapai 79,6 miliar persen per bulan pada puncaknya. Inisiatif dolar Zimbabwe keempat menetapkan nilai satu dolar baru setara dengan 1 triliun dolar lama.

3. Yunani (1944)

Diikuti dengan Yunani pada tahun 1944. Yunani mengganti mata uang dari Drachma pertama menjadi Drachma kedua akibat inflasi di masa perang. Meski membutuhkan beberapa tahun untuk menekan inflasi di bawah 50 persen, redenominasi Drachma membuahkan hasil yang cukup efektif.

4. Jerman (1923)

Mata uang Jerman juga mengalami redenominasi pada tahun 1923 akibat kewajiban membayar reparasi usai Perang Dunia I yang mendorong pemerintah memproduksi uang tunai dalam jumlah banyak tak terkendali. Jerman melakukan redenominasi mata uang berkali-kali sebelum akhirnya mengganti Papiermark menjadi Rentenmark. Inflasi mencapai puncaknya sebesar 29.500 persen, dan pecahan tertinggi Papiermark yang beredar mencapai 100 triliun mark, yang nilainya hanya sekitar 24 dolar AS pada waktu itu. Hal ini mengharuskan Pemerintah Jerman memangkas 12 digit nol dari nilai mata uang yang beredar.

5. Yugoslavia (1994)

Yugoslavia mengalami hiperinflasi terpanjang ketiga dalam sejarah dunia dan telah melakukan 4 kali redenominasi pada tahun 1990 hingga 1994 pada masa konflik perang saudara di wilayah tersebut. Pada tahun 1990, reformasi mata uang pertama dilakukan dengan mengonversi 10.000 dinar lama menjadi satu dinar konvertibel baru. Kemudian tahun 1992, redenominasi berikutnya terjadi dengan konversi 1 dinar konvertibel menjadi 10 dinar yang direformasi, bertepatan dengan kenaikan hiperinflasi yang mencapai 1 juta persen pada 1993.

Pada 1993, pemerintah menerbitkan dinar baru dengan nilai tukar 1 dinar baru setara dengan 1.000.000 dinar lama, tetapi mata uang ini hanya bertahan tiga bulan sebelum diganti lagi. Di tahun 1994, terjadi revaluasi besar lainnya, 1 dinar baru setara dengan 1.000.000.000 dinar lama, menjadikan dinar ini sebagai unit mata uang dengan umur terpendek dalam sejarah. Kurang dari sebulan kemudian, pemerintah memperkenalkan "dinari Novi" yang menggantikan mata uang lama dengan nilai tukar 13 juta dinar lama ke 1 dinar Novi.

6. China (1949)

China, pada era pemerintahan Kuomintang, memperkenalkan yuan emas untuk menggantikan yuan lama dengan perbandingan rasio 3.000.000 : 1. Kebijakan tersebut diinisiasi akibat perang saudara China – Jepang yang mengakibatkan hiperinflasi. Pada 1948, yuan emas diperkenalkan dengan nilai tukar 3 juta yuan lama untuk 1 yuan emas, namun inflasi tetap tinggi hingga lebih dari 1,1 juta persen per tahun.

Berikutnya, diperkenalkan yuan perak dengan rasio 1:500 juta, tapi hanya beredar sementara. Pada 1949, pemerintah baru Komunis menetapkan renminbi sebagai mata uang nasional, dan pada 1955 melakukan redenominasi 10.000 yuan lama menjadi 1 yuan modern, yang kemudian menjadi salah satu mata uang cadangan global.

7. Nikaragua (1991)

Nikaragua mengalami hiperinflasi parah pada akhir 1980-an sebagai akibat perang saudara, defisit anggaran, pinjaman luar negeri, dan biaya rekonstruksi akibat gempa bumi tahun 1972. Pada 1987, inflasi mencapai lebih dari 13.109% per tahun. Nikaragua memperkenalkan mata uang cordoba sebagai pengganti peso akibat inflasi senilai 13.000 persen pertahun di negara tersebut. Pada tahun 1989 negara tersebut kembali melakukan redenominasi dengan meluncurkan cordoba kedua 1:1.000 dari cordoba lama. Disusul redenominasi kedua pada 1991, dengan Córdoba oro (emas) menggantikan cordoba kedua dengan rasio 1:5.000.000 untuk menstabilkan ekonomi.

8. Republik Zaire atau Kongo

Pada 1993, Zaire melakukan redenominasi dengan memperkenalkan Nouveau Zaire menggantikan zaire lama dengan rasio 3 juta zaire lama menjadi 1 unit baru. Namun, inflasi tetap tinggi dan tidak terkendali. Pada 1997, mata uang ini digantikan oleh franc Kongo dengan rasio 1 berbanding 100.000 zaire baru untuk menghentikan inflasi yang terus berlanjut.

9. Bolivia

Bolivia melakukan redenominasi pada 1987 untuk mengatasi hiperinflasi yang sangat parah. Peso boliviano lama diganti dengan boliviano baru dengan rasio pengurangan nominal besar, yaitu 1.000.000:1. Langkah ini bertujuan menstabilkan mata uang dan ekonomi yang terdampak inflasi berat.

10. Peru

Peru juga pernah melakukan redenominasi mata uang beberapa kali sebagai upaya mengendalikan hiperinflasi yang terjadi pada 1980-an dan awal 1990-an. Salah satu redenominasi besar menggantikan mata uang inti sol lama dengan sol baru dengan rasio konversi yang signifikan untuk mengurangi jumlah nol pada nominal uang dan memperbaiki sistem moneter.

Mengapa Redenominasi Dinilai Berdampak Baik?

Redenominasi memiliki banyak dampak positif.

Pertama, redenominasi membuat penghitungan uang menjadi lebih mudah dan transaksi sehari-hari lebih sederhana karena pengurangan angka nol pada nilai nominal uang. Hal ini tentunya sangat membantu dalam mempercepat proses administrasi dan pembukuan, terutama bagi pelaku usaha dan institusi keuangan.

Selain itu, reduksi angka nol juga mengurangi kemungkinan terjadinya human error saat memasukkan data atau menghitung uang, meminimalkan risiko kesalahan yang sering terjadi dalam transaksi dan pencatatan keuangan.

Dari sisi psikologis, redenominasi dapat meningkatkan citra dan kredibilitas mata uang di mata masyarakat maupun investor asing. Dengan nominal uang yang lebih ringkas, mata uang terlihat lebih stabil dan "matang," sehingga meningkatkan kepercayaan publik terhadap nilai rupiah.

Redenominasi juga membawa efisiensi biaya, seperti penghematan dalam hal pencetakan uang dan mempermudah sistem pembayaran, termasuk integrasi dengan teknologi finansial digital. Dengan demikian, redenominasi bukan hanya soal menghilangkan nol pada angka uang, tetapi juga sebuah upaya strategis untuk meningkatkan efisiensi ekonomi, memupuk optimisme dan kepercayaan. 

Baca juga: Capai Rp9.569,7 triliun, Berikut Jumlah Uang Beredar di Indonesia 2025 dari Januari hingga Juli

Penulis: Emily Zakia
Editor: Muhammad Sholeh

Konten Terkait

Jumlah Penduduk Bekerja di Indonesia Tembus 146 Juta, Tertinggi dalam 5 Tahun

Per Agustus 2025, jumlah penduduk bekerja mencapai angka tertinggi dalam kurun waktu 5 tahun terakhir, tembus 146,5 juta jiwa.

Perkembangan Indeks Kegiatan Usaha Perparkiran Indonesia 2024

Jumlah karcis parkir terjual dan pendapatan yang diraih sifatnya dinamis dan arah perkembangannya tidak selalu bisa diprediksi.

Terima kasih telah membaca sampai di sini

atau

Untuk mempercepat proses masuk atau pembuatan akun, bisa memakai akun media sosial.

Hubungkan dengan Google Hubungkan dengan Facebook