Etika Warganet di Ruang Digital Jadi Salah Satu Aspek dengan Indeks Optimisme Terendah

Aspek “etika bermedia sosial semakin baik” dalam dimensi Kehidupan Sosial memiliki indeks optimisme paling rendah, yakni hanya sebesar 6,97 poin

Etika Warganet di Ruang Digital Jadi Salah Satu Aspek dengan Indeks Optimisme Terendah Ilustrasi warganet | Master1305/Freepik

Optimisme generasi muda terhadap makin baiknya etika masyarakat Indonesia dalam ruang digital, terlebih media sosial, tampaknya belum juga meningkat. Hal ini tampak dari skor indeks yang rendah pada aspek tersebut dalam Survei Indeks Optimisme Indonesia Tahun 2023 yang diselenggarakan Good News From Indonesia (GNFI) bersama Populix.

Survei Indeks Optimisme Indonesia telah menjadi agenda tahunan GNFI sejak 2018 untuk mengukur seberapa optimis Warga Negara Indonesia terhadap masa depan bangsa Indonesia. Tahun ini, GNFI berkolaborasi dengan lembaga survei Populix dan secara khusus menargetkan para generasi muda (usia 17-40 tahun) sebagai responden Survei Indeks Optimisme Indonesia Tahun 2023.

Survei Indeks Optimisme Indonesia Tahun 2023 (Sumber: GNFI, Goodstats, Populix)

Berdasarkan hasil survei yang dilaksanakan pada periode 10-17 Oktober ini, indeks optimisme Indonesia tahun 2023 secara keseluruhan adalah sebesar 7,77. Angka ini mengalami sedikit peningkatan dibandingkan tahun sebelumnya yang sebesar 7,2. 

Dimensi Pendidikan & Kebudayaan memiliki nilai indeks tertinggi, yakni sebesar 8,55, diikuti dengan dimensi Kebutuhan Dasar sebesar 8,28 dan Ekonomi & Kesehatan sebesar 8,31. Sementara itu, dua dimensi dengan nilai indeks optimisme terendah antara lain, dimensi Kehidupan Sosial sebesar 7,87 dan Politik & Hukum sebesar 5,72.

Dimensi kehidupan sosial dalam Survei Indeks Optimisme Indonesia 2023
Dimensi Kehidupan Sosial dalam Survei Indeks Optimisme Indonesia Tahun 2023 (Sumber: GNFI, Goodstats, Populix)

Pada dimensi Kehidupan Sosial dalam Survei Indeks Optimisme Indonesia 2023, tampak aspek “memiliki kesempatan yang sama untuk berkembang” memiliki skor tertinggi, yakni 8,48 dengan 92% responden optimis terhadap aspek tersebut. Aspek “sikap toleransi” dan “kebebasan berpendapat” pun memiliki indeks optimisme yang cukup tinggi, yakni masing-masing 8,1 dan 7,93.

Sementara itu, aspek “etika bermedia sosial semakin baik” memiliki skor paling rendah, yakni hanya sebesar 6,97. Sebesar 10% responden tampak pesimis dengan semakin baiknya etika bermedia sosial masyarakat Indonesia di masa depan.

Tiga tahun lalu, warganet Indonesia sempat digemparkan dengan hasil survei Microsoft dalam laporan Digital Civility Index 2020 yang menunjukkan warganet Indonesia memiliki tingkat kesopanan paling rendah se-Asia Tenggara. Melihat perilaku warganet Indonesia di media sosial hingga saat ini, pesimisme masyarakat bukan tanpa alasan. Pasalnya, telah banyak kasus akun-akun media sosial, baik milik publik figur dari dalam maupun luar negeri, yang diserang secara massal oleh warganet Indonesia.

Hal ini menjadi perhatian, terlebih Indonesia akan menyelenggarakan pemilihan umum presiden dan wakil presiden pada 2024 mendatang. Perbedaan kubu pemilih dikhawatirkan akan menimbulkan keributan satu sama lain, terutama di ruang digital. 

Devie Rahmawati, Pengamat Sosial dari Universitas Indonesia, menyatakan bahwa perilaku buruk bermedia sosial tidak ada hubungannya dengan pendidikan atau pendapatan seseorang. Akan tetapi, anonimitas dalam ruang digital menjadi salah satu faktor penyebabnya.

“Pada 2020 lalu semua orang mendadak hidup dalam ruang digital, tidak heran kalau semua orang menjadi gagap. Secara kultural, masyarakat Indonesia pada ruang offline memiliki kecenderungan untuk harus membangun harmoni yang membuat kita harus menekan sisi lain dari diri kita. Begitu ada ruang digital dengan anonimitas, mereka bisa bebas dan menembus batas-batas kultural,” tutur Devie Rahmawati pada Diskusi Hasil Survei Indeks Optimisme Generasi Muda Indonesia 2023 (14/10).

Lebih lanjut, Devie optimis bahwa dengan adanya aturan, sosialisasi, serta edukasi yang baik, secara perlahan sikap-sikap buruk warganet dalam ruang digital dapat dikendalikan.

Penulis: Siti Sarah Jauhari
Editor: Editor

Konten Terkait

Work From Home Ternyata Tidak Selamanya Baik Untuk Kesehatan

Metode bekerja dari rumah ternyata memiliki dampak negatif bagi kesehatan. Lantas, bagaimana cara mengatasi masalah ini?

Pasca Lebaran 2024, Jakarta Diprediksi Bakal Sepi Pendatang

Tahun ini, Dukcapil DKI Jakarta memperkirakan jumlah pendatang baru di Jakarta usai Lebaran hanya mencapai 15 ribu hingga 20 ribu orang.

Terima kasih telah membaca sampai di sini

Dengan melakukan pendaftaran akun, saya menyetujui Aturan dan Kebijakan di GoodStats

atau

Untuk mempercepat proses masuk atau pembuatan akun, bisa memakai akun media sosial.

Hubungkan dengan Google Hubungkan dengan Facebook
Student Diplomat Mobile
X