Dalam perekonomian negara, salah satu aspek yang penting adalah melihat neraca perdagangannya. Dalam neraca perdagangan, sebuah negara harus mencapai hal dimana nilai ekspor harus lebih besar dibanding impor. Hal ini dilakukan agar neraca negara tersebut berbuah surplus dan menguntungkan negara tersebut.
Fenomena surplus terjadi di perekonomian Indonesia. Selama tahun 2023, ekonomi Indonesia dari sisi neraca perdagangan berlangsung positif, dengan surplus sepanjang tahun. Itu berarti, nilai ekspor di tanah air lebih banyak dibanding nilai impornya.
Data tersebut bisa dilihat pada data rilisan Badan Pusat Statistik (BPS) dalam Berita Resmi Statistik 15 Januari 2024.
Neraca perdagangan Indonesia impresif sepanjang tahun 2023
Dalam data BPS tersebut, terlihat bahwa pada Desember 2023, neraca perdagangan Indonesia mengalami surplus sebesar US$3,31 miliar. Surplus di bulan tersebut terjadi sebagai akibat dari nilai ekspor yang senilai US$22,4 miliar, lebih tinggi dibanding nilai impor sebesar US$19,1 miliar.
Menurut Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa Badan Pusat Statistik Pudji Ismartini, tren surplus ini mengalami kenaikan sebanyak 0,90% secara bulanan atau month to month.
"Dengan demikian maka neraca perdagangan Indonesia telah mencatatkan surplus selama 44 bulan berturut-turut sejak Mei 2020," kata Pudji Ismartini dalam pemberitaan CNN Indonesia.
Dari sisi ekspor sendiri, Indonesia mengalami pertumbuhan ekspor bulanan sebesar 1,89% pada Desember 2023, dengan rincian ekspor migas sebesar US$1,48 miliar, serta ekspor nonmigas sebesar US$20,93 miliar. Pertumbuhan ekspor bulanan ini berbeda jika dibandingkan dengan pertumbuhan tahunannya.
"Jika dibandingkan dengan tahun lalu, tren pelemahan ekspor masih berlanjut. Nilai ekspor mengalami penurunan sebesar 5,76 persen secara tahunan," tulis BPS dalam pemberitaannya.
Dari nilai ekspor bulanan yang meningkat, nilai impor di Desember 2023 mengalami penurunan sebesar 2,45% secara bulanan menjadi US$19,1 miliar.
"Penurunan nilai impor bulanan terjadi pada kelompok Bahan Baku/Penolong dan Barang Modal, sementara kelompok barang konsumsi mengalami peningkatan," papar keterangan dari BPS.
Dari sisi nonmigas, negara asal impor ke Indonesia pada Desember 2023 yang tertinggi adalah Republik Rakyat Tiongkok. Negara ini memiliki pangsa impor 34,62%, turun 4,51% secara bulanan. Posisi kedua diisi oleh Jepang dengan pangsa impor 7,88%, turun 3,12% secara bulanan.
Tren positif ekonomi Indonesia, waspada perlambatan global
Menteri Perdagangan (Mendag) RI Zulkifli Hasan menyatakan apresiasinya atas capaian positif dalam neraca perdagangan tahunan di Indonesia. Ia menyebut bahwa meskipun keadaan dunia sedang tidak pasti, namun Indonesia tetap mampu bertahan dan menunjukkan hasil yang terbaik.
“Surplus perdagangan 2023 sebesar USD 36,93 miliar merupakan sebuah pencapaian signifikan bagi Indonesia di tengah ketidakpastian perekonomian dan perdagangan global 2023. Surplus tersebut tidak lepas dari capaian kinerja ekspor 2023 sebesar USD 258,82 miliar yang menjadi angka ekspor tertinggi kedua setelah rekor pada 2022 lalu sebesar USD 291,90 miliar," kata Zulkifli Hasan dalam Siaran Pers Kemendag.
Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan (Kemenkeu) RI Febrio Kacaribu juga menyatakan komitmen untuk selalu menghindari hasil negatif ekonomi dengan aktif melihat keadaan ekonomi global.
"Pemerintah akan terus memantau dampak perlambatan global terhadap ekspor nasional, serta menyiapkan langkah antisipasi melalui dorongan terhadap keberlanjutan hilirisasi SDA, peningkatan daya saing produk ekspor nasional, serta diversifikasi negara mitra dagang utama" kata Febrio dalam Kemenkeu.
Penulis: Pierre Rainer
Editor: Iip M Aditiya