Dalam beberapa tahun terakhir, minat terhadap film dan konser telah mencapai puncaknya, menciptakan fenomena hiburan yang luar biasa. Film, sebagai medium visual yang imersif, terus menjadi pilihan utama untuk menyampaikan berbagai cerita, termasuk pengalaman yang biasanya hanya bisa dirasakan secara langsung, seperti konser.
Di sisi lain, konser tetap menjadi sarana utama para musisi untuk terhubung langsung dengan penggemarnya, menghadirkan suasana yang sulit tergantikan. Namun, ketika kedua dunia ini digabungkan, hasilnya adalah sebuah karya yang mampu menarik perhatian jutaan orang di seluruh dunia.
Tren ini semakin populer seiring dengan semakin banyaknya musisi yang memutuskan untuk mendokumentasikan perjalanan konser mereka dalam format film.
Dengan bantuan teknologi visual dan audio canggih, pengalaman konser yang penuh energi dapat dirasakan oleh penonton di layar lebar, seolah-olah mereka berada di barisan depan panggung. Film-film konser ini sering kali menjadi perayaan bagi penggemar dan juga pintu masuk bagi audiens baru untuk mengenal musik sang artis.
Beberapa film tentang konser bahkan berhasil meraup pendapatan yang sangat mengesankan di box office global, membuktikan bahwa ada pasar luas untuk genre ini.
Berdasarkan data dari Box Office Mojo, film konser Taylor Swift, The Eras Tour, mendominasi daftar dengan pendapatan kotor mencapai US$180,76 juta. Angka ini mencerminkan popularitas luar biasa Taylor Swift yang tidak hanya sebagai musisi, tetapi juga sebagai ikon budaya global.
Di urutan kedua, Justin Bieber: Never Say Never meraih pendapatan kotor sebesar US$73,01 juta. Film ini memperlihatkan perjalanan karier Bieber sejak awal hingga menjadi bintang pop internasional, menarik perhatian audiens muda yang merupakan mayoritas penggemarnya.
Selanjutnya, This Is It, yang didasarkan pada persiapan konser musisi legendaris, mencatat pendapatan sebesar US$72,09 juta. Film ini tidak hanya menyajikan hiburan, tetapi juga menawarkan nostalgia dan penghormatan kepada warisan seni musisi tersebut, menarik perhatian audiens lintas generasi.
Di posisi berikutnya, Hannah Montana and Miley Cyrus: Best of Both Worlds Concert meraih pendapatan sebesar US$65,28 juta. Film ini menyasar remaja dan keluarga, memanfaatkan popularitas serial televisi Miley Cyrus, serta memperkuat hubungan antara platform televisi dan film konser.
Eddie Murphy: Raw menjadi satu-satunya film stand-up comedy dalam daftar ini yang mencatatkan pendapatan sebesar US$50,5 juta. Hal ini membuktikan bahwa film yang berbasis pada pertunjukan langsung juga memiliki daya tarik tersendiri di luar musik, khususnya di genre komedi.
The Original Kings of Comedy menyusul dengan pendapatan sebesar US$38,18 juta, diikuti oleh Richard Pryor: Live on the Sunset Strip dengan US$36,3 juta. Kedua film ini menunjukkan bahwa seni pertunjukan komedi masih memiliki tempat di hati penonton, terutama karena mereka menampilkan komedian legendaris.
Terakhir, Kevin Hart: Let Me Explain berhasil mencatat pendapatan sebesar US$32,24 juta. Meskipun berada di posisi terbawah dalam daftar ini, film tersebut membuktikan bahwa era modern komedi juga mampu menarik perhatian besar, terutama dengan menggunakan platform media sosial untuk mempromosikan karya mereka.
Secara keseluruhan, data ini menunjukkan bahwa film konser dan pertunjukan langsung, baik dari musisi maupun komedian, memiliki potensi besar untuk sukses secara komersial. Popularitas artis, cerita yang kuat, serta koneksi emosional dengan audiens menjadi faktor penting dalam kesuksesan film-film ini.
Baca Juga: Semakin Populer, Intip Deretan Konser K-Pop dengan Pendapatan Terbesar!
Penulis: Brilliant Ayang Iswenda
Editor: Editor