Mi instan menjadi salah satu makanan terfavorit masyarakat Indonesia. Meski dianggap tak sehat, budaya memakan makanan ini sudah lama melekat dan sulit dihilangkan. Karena selain praktis dan rasanya yang enak, harga per kemasannya juga terjangkau.
Ini menjadikan permintaan akan mi instan selalu meningkat tiap tahunnya. Mengutip data World Instant Noodles Association (WINA), Indonesia tercatat berada di urutan kedua dalam daftar negara dengan konsumsi mi instan terbesar di dunia setelah China.
Konsumsi mi instan di Indonesia dilaporkan mencapai 13,27 miliar bungkus pada tahun 2021 lalu. Angka ini melonjak sebanyak 4,98 persen dari tahun sebelumnya.
Menurut hasil riset dari Katadata Insight Center (KIC), mi instan menjadi produk yang paling banyak dikonsumsi masyarakat selama satu bulan terakhir dengan persentase sebanyak 89,1 persen. Diikuti oleh frozen food dengan persentase mencapai 46,8 persen.
Indomie menjuarai daftar merek mi instan yang paling banyak dikonsumsi sepanjang tahun 2022 dengan persentase responden mencapai 88,6 persen. Disusul oleh merek Mie Sedaap dan Supermi dengan persentase masing-masing sebesar 68,9 persen dan 32,3 persen.
Di urutan keempat diduduki oleh Lemonilo dengan persentase responden 25,9 persen. Selanjutnya, ada merek Mi Sukses dengan persentase sebesar 20,5 persen. Disusul oleh ABC dengan 16,3 persen, Richeese dengan 13,6 persen, Samyang 12,1 persen, dan Bakmi Mewah 10,8 persen.
Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi responden dalam memilih produk mi instan. Rasa yang lebih enak dibandingkan merek lain menjadi faktor tertinggi dengan persentase responden mencapai 75,3 persen. Selain itu, faktor produk yang mudah ditemukan (65,7 persen) dan harga terjangkau (52,9 persen) juga berada di posisi tiga teratas.
Adapun, survei tersebut dilakukan terhadap 594 dari total 667 responden yang tersebar di seluruh wilayah di Indonesia. Data dikumpulkan sejak periode 26 Desember 2022 – 2 Januari 2023. Berdasarkan demografi responden, mayoritas berjenis kelamin laki-laki (50,4 persen) dengan rentang kelompok umur 35 – 44 Tahun (32,8 persen) dan bertempat tinggal di area Jawa Non DKI Jakarta (63,4 persen).
Penulis: Nada Naurah
Editor: Iip M Aditiya