Recall pesawat Airbus A320 menjadi salah satu isu terbesar di industri penerbangan pada akhir 2025. Masalah ini bermula ketika Airbus menemukan adanya gangguan pada sistem kendali penerbangan, tepatnya pada perangkat lunak ELAC (Elevator & Aileron Computer). Gangguan tersebut berpotensi memengaruhi stabilitas pesawat saat terbang, terutama karena risiko kerusakan data atau data corruption yang bisa dipicu oleh radiasi.
Menurut laporan Reuters, ada sekitar 6.000 unit pesawat A320-family direkomendasikan untuk diperiksa dan diperbarui perangkat lunaknya. Pengumuman recall ini langsung berdampak pada operasi berbagai maskapai di seluruh dunia, termasuk di Indonesia. Banyak maskapai harus menghentikan sementara (grounded) sejumlah pesawat A320 mereka untuk menjalani inspeksi cepat sebelum kembali dioperasikan.
Kenapa Airbus A320 Harus Direcall?
Berdasarkan informasi dari Airbus dan regulator penerbangan Eropa (EASA), masalah utama terletak pada modul ELAC yang mengatur beberapa fungsi penting seperti aileron, rudder, dan elevator. Ketika terjadi error pada sistem ini, pesawat berpotensi mengalami gangguan kendali, walaupun peluangnya sangat kecil.
Airbus kemudian melakukan pembaruan software dan inspeksi tambahan pada panel tertentu dari A320-family. Menurut AP News, sebagian besar pembaruan software bisa diselesaikan dalam hitungan jam, tetapi pesawat dengan perangkat generasi lama membutuhkan waktu lebih lama karena memerlukan realignment perangkat keras. Sehingga untuk memastikan keselamatan penerbangan global, Airbus mengeluarkan perintah recall dan bekerja sama dengan regulator untuk mempercepat proses perbaikan di seluruh dunia.
Maskapai yang Terdampak Recall Airbus A320
American Airlines menjadi maskapai dengan dampak terbesar dalam recall Airbus A320 kali ini. Dari sekitar 480 pesawat A320-family yang mereka operasikan, sekitar 340 unit harus menjalani proses pembaruan perangkat lunak. Menurut laporan Reuters, kondisi tersebut menyebabkan sejumlah penundaan penerbangan di berbagai rute domestik. Situasi serupa juga dialami Lufthansa. Maskapai asal Jerman itu melaporkan bahwa beberapa pesawat A320 mereka masuk dalam daftar recall, sehingga perlu dilakukan penjadwalan ulang penerbangan, meskipun skalanya tidak sebesar yang dialami Amerika Serikat.
Di Inggris, easyJet turut mengonfirmasi bahwa armada A320 mereka terdampak recall. Namun, proses perbaikan dapat dilakukan dengan cepat sehingga sebagian besar jadwal penerbangan tetap berjalan normal, seperti diberitakan The Independent. Maskapai berbiaya rendah Wizz Air di Eropa juga melaporkan adanya sejumlah pesawat A320 yang harus menjalani pembaruan software sesuai arahan Airbus.
Air New Zealand termasuk operator lain yang harus melakukan pemeriksaan menyeluruh. Maskapai tersebut menyatakan bahwa seluruh A320neo mereka terdampak recall dan memperingatkan adanya potensi penundaan, terutama untuk rute internasional jarak pendek. Sementara itu, Air France-KLM dilaporkan membatalkan sedikitnya 35 penerbangan pada hari pertama pengumuman recall, berdasarkan laporan Reuters dan SahmCapital.
Di Amerika Latin, Avianca menjadi salah satu maskapai yang paling terdampak. Lebih dari 70 persen armada mereka terdiri dari A320, sehingga gangguan operasional yang muncul jauh lebih besar dibandingkan maskapai lain. Dampak juga terlihat di India, di mana Air India dan Air India Express harus melakukan pemeriksaan pada sebagian besar pesawat A320 mereka, yang mengakibatkan penyesuaian jadwal penerbangan sementara, seperti diberitakan Gulf News.
Selain maskapai-maskapai tersebut, beberapa operator lain seperti Turkish Airlines, Aer Lingus, dan sejumlah maskapai berbiaya rendah di Eropa dan Timur Tengah juga tercatat harus menjalani pembaruan perangkat lunak pada armada A320 mereka. Namun demikian, tidak semua operator A320 terdampak recall. Pakistan International Airlines (PIA), misalnya, memastikan bahwa seluruh armada mereka berada dalam kondisi aman dan tidak termasuk dalam daftar pesawat yang harus diperiksa, sebagaimana dilaporkan Business Recorder.
Dampak Recall Airbus A320 di Indonesia
Indonesia termasuk negara yang terdampak cukup signifikan oleh recall Airbus A320. Berdasarkan laporan Detik Finance, terdapat total 38 pesawat A320 milik maskapai Indonesia yang masuk daftar pemeriksaan. Informasi ini juga dikonfirmasi oleh Indonesian National Air Carriers Association (INACA), yang menyebut bahwa seluruh pesawat tersebut telah mulai menjalani proses inspeksi sejak pengumuman recall dikeluarkan.
Enam maskapai nasional tercatat sebagai operator A320 yang terdampak. Batik Air, sebagai pengguna A320 terbesar di Indonesia, harus melakukan pembaruan perangkat lunak pada sejumlah pesawatnya sehingga beberapa jadwal penerbangan mengalami penyesuaian. Super Air Jet, yang dikenal sebagai maskapai berbiaya rendah dengan armada A320 yang cukup besar, juga masuk dalam daftar pesawat yang harus diperiksa. Citilink Indonesia, anak usaha Garuda Indonesia, melaporkan bahwa beberapa unit A320 mereka menjalani inspeksi sesuai arahan Airbus.
Indonesia AirAsia, salah satu operator Airbus terbesar di Asia Tenggara, turut terdampak karena unit A320 yang mereka operasikan di Tanah Air juga memerlukan pembaruan software. Pelita Air, sebagai maskapai yang sedang berkembang dan mengoperasikan pesawat A320 untuk rute-rute domestik, ikut menjalani proses pemeriksaan. TransNusa yang memiliki armada lebih kecil tidak luput dari prosedur inspeksi dan tetap mengikuti mandatori yang ditetapkan Airbus.
Menurut data Suara.com dan CNN Indonesia, keenam maskapai tersebut merupakan seluruh operator A320 di Indonesia. Meski total armada A320 di Indonesia mencapai lebih dari 200 unit, hanya 38 yang diklasifikasikan memiliki risiko terkait perangkat lunak sehingga masuk dalam daftar recall.
Recall Airbus A320 ini menunjukkan betapa pentingnya pengawasan ketat terhadap teknologi penerbangan modern. Meski menimbulkan gangguan operasional di berbagai negara, termasuk Indonesia, langkah cepat Airbus dan para regulator menjadi kunci untuk menjaga keselamatan agar tetap menjadi prioritas utama maskapai.
Penulis: Emily Zakia
Editor: Muhammad Sholeh