Seakan bukan kali pertama, kasus kebocoran data sudah bukan persoalan baru bagi Indonesia bahkan di dunia. Sepanjang tahun 2021, perusahaan telekomunikasi asal Amerika Serikat, Verizon mencatat setidaknya ada sebanyak 5.212 kasus kebocoran data di seluruh dunia.
Laporan yang bertajuk 2022 Data Breach Investiastions Report (DBIR) Verizon menjelaskan, kebocoran data (data breach) merupakan peristiwa gangguan keamanan yang mengakibatkan data-data tertentu kepada pihak berwenang.
Berdasarkan laporan tersebut, sektor industri yang paling banyak terjadi kebocoran data pada 2021 adalah sektor keuangan, dengan jumlah 690 kasus.
Sektor keuangan terus menjadi korban kejahatan terorganisir yang sering terjadi melalui tindakan sosial (Phising), peretasan penggunaan kredensial atau tempat penjualan data curian, dan serangan Malware.
Sektor industri yang paling sering mengalami kebocoran data selanjutnya ditunjukkan oleh sektor profesional dengan total 681 kasus sepanjang 2021. Kasus serangan yang paling banyak terjadi adalah Denial of Service atau Dos atau serangan yang bertujuan untuk mencegah pengguna menikmati layanan yang diberikan oleh suatu server dan akan berakibat server menjadi down.
Peringkat tiga dilaporkan oleh sektor kesehatan dengan jumlah 571 kasus. Miscellaneous attacks menjadi jenis masalah yang mendominasi di sektor ini. Serangan ini digunakan "penyerang" untuk mengirim beberapa permintaan berbahaya yang tidak diketahui oleh pengguna.
Lalu sektor industri yang melaporkan kasus kebocoran data disusul oleh sektor administrasi publik, informasi, manufaktur, pendidikan, ritel, transportasi, hingga sektor industri pertambangan.
Lebih lanjut, survei ini melibatkan sekitar 1.400 perusahaan yang tersebar di wilayah Asia Pasifik, Eropa, Timur Tengah, Afrika, dan Amerika Utara.
Penulis: Nabilah Nur Alifah
Editor: Iip M Aditiya