Live action telah menjadi salah satu strategi andalan Disney dalam beberapa tahun terakhir untuk menghadirkan kembali kisah-kisah klasik mereka ke generasi baru.
Dengan memanfaatkan teknologi CGI mutakhir dan deretan aktor papan atas, film-film ini diharapkan mampu menghadirkan pengalaman sinematik yang memikat sekaligus membangkitkan nostalgia penonton lama. Tak heran jika setiap pengumuman proyek live action terbaru dari Disney selalu menyedot perhatian publik dan media.
Namun, seiring antusiasme yang tinggi, tidak semua adaptasi live action Disney berhasil memenuhi ekspektasi. Meski beberapa di antaranya sukses secara komersial, tidak sedikit pula yang justru menuai kritik tajam dari para penonton maupun kritikus film.
Hal ini tercermin dari skor yang kurang memuaskan di Rotten Tomatoes, situs agregator ulasan film terkemuka, yang menunjukkan bahwa tidak semua karya live action Disney diterima dengan baik.
Di urutan terbawah, terdapat Pinocchio yang hanya meraih skor 27%. Angka ini mencerminkan kekecewaan banyak pihak terhadap hasil akhir film tersebut, yang dinilai gagal menghidupkan kembali keajaiban cerita klasiknya meskipun didukung oleh teknologi visual mutakhir.
Tak jauh berbeda, Alice Through the Looking Glass berada di posisi berikutnya dengan rating 29%. Sekuel dari petualangan Alice ini dianggap terlalu rumit dan kehilangan sentuhan magis yang membuat film pendahulunya menarik.
Berlanjut ke 102 Dalmatians, film ini hanya memperoleh rating 30%, menandakan bahwa usaha untuk melanjutkan kisah para anjing berbintik tersebut tak berhasil menyamai daya tarik cerita aslinya.
101 Dalmatians, yang menjadi fondasi dari sekuelnya, ternyata juga hanya mampu meraih 39 persen. Hal ini menunjukkan bahwa meskipun konsepnya sudah sangat dikenal, eksekusi dalam format live action tidak selalu mudah diterima.
Di atasnya, Maleficent: Mistress of Evil mencatatkan skor 40%. Meski menawarkan sudut pandang berbeda dari kisah klasik Sleeping Beauty, film ini dinilai kurang kuat dalam pengembangan karakter dan konflik yang disajikan.
Selanjutnya ada Snow White, yang hanya meraih 42%. Film ini menjadi bukti bahwa membawakan kisah putri klasik ke dalam nuansa baru bukanlah tugas mudah, apalagi ketika harus memenuhi ekspektasi tinggi dari generasi lama dan baru.
Di atasnya, Dumbo memperoleh rating 46%. Meskipun digarap oleh sutradara ternama, film ini dianggap kurang menyentuh sisi emosional yang seharusnya menjadi kekuatan utamanya.
Alice in Wonderland berada sedikit lebih tinggi dengan 50%. Meskipun secara visual mengesankan, beberapa penonton menganggap narasi film ini terlalu membingungkan dan tidak cukup mendalam.
The Lion King, yang mendapatkan rating 51%, menjadi salah satu remake yang paling kontroversial. Meskipun setia dengan versi animasi dan secara teknis sangat realistis, banyak yang merasa bahwa versi live action kehilangan jiwa dan ekspresi karakter yang ada dalam versi animasinya.
Terakhir, Maleficent berada di posisi “tertinggi” dari daftar ini dengan skor 54%. Film ini sempat mendapat apresiasi karena mencoba menghadirkan perspektif baru dari karakter antagonis, namun tetap saja dinilai belum cukup kuat dari segi naratif maupun kedalaman emosional.
Fenomena ini menunjukkan bahwa mengadaptasi film animasi legendaris ke dalam format live action bukanlah perkara mudah. Ekspektasi yang tinggi dari penonton, terutama mereka yang tumbuh besar dengan film-film animasi Disney, menjadikan proyek-proyek ini sebagai tantangan besar bagi para pembuat film.
Baca Juga: 10 Film Animasi Terlaris Sepanjang Sejarah, Disney Mendominasi!
Penulis: Brilliant Ayang Iswenda
Editor: Editor