Kecerdasan artifisial (AI) semakin mengukuhkan posisinya sebagai teknologi tak tergantikan dalam setiap aspek kehidupan manusia, membantu meningkatkan produktivitas dan mengefisienkan waktu kerja. Di Indonesia, penggunaan AI juga semakin meningkat, termasuk di kalangan mahasiswa.
Global Student Survey 2025 dari Chegg menyebutkan bahwa empat dari lima mahasiswa global telah memanfaatkan GenAI untuk mendukung proses pembelajaran di kampusnya. Hanya 20% yang belum pernah memanfaatkan AI sama sekali. Tingginya capaian tersebut membuktikan peran AI yang semakin tak tergantikan dalam mendukung berbagai aspek kehidupan manusia.
Menariknya, dari 15 negara dalam survei, Indonesia jadi negara yang responden mahasiswanya paling banyak gunakan AI dalam proses pembelajaran, mencapai 95%, bahkan melebihi capaian global. Hanya 4% responden yang tidak menggunakan GenAI, sedangkan 1% lainnya memilih tidak menjawab.
Mayoritas mahasiswa Indonesia menggunakan GenAI untuk membantu tugas akademik (86%), menyusun rencana pengembangan karier (52%), hingga membantu menyusun jadwal pribadi (33%).
Menyusul Indonesia, Malaysia bertengger di posisi kedua dengan 90% responden mahasiswa tercatat telah menggunakan GenAI dalam proses akademisnya. Sedikit berbeda dengan mahasiswa Indonesia, responden Malaysia menggunakan GenAI untuk tugas akademik (82%), pengembangan karier (43%), dan interaksi sosial (39%).
Di urutan ketiga ada Arab Saudi dengan 89%, diikuti oleh Spanyol (87%), Brasil (84%), Korea Selatan (84%), India (84%), Kenya (83%), Meksiko (83%), dan Afrika Selatan (81%).
Menurut survei tersebut, GenAI tercatat membantu mahasiswa belajar lebih cepat, seperti diungkapkan 55% responden. Selain itu, AI juga tercatat membantu menambah waktu luang (41%), mendorong kreativitas dalam proses pembelajaran (38%), membuat proses belajar lebih interaktif (37%), hingga mengurangi biaya tambahan untuk kursus (28%).
Kalau Frekuensinya?
Mayoritas responden mahasiswa RI mengajukan pertanyaan 2-5 kali pada GenAI per harinya, menunjukkan ketergantungan yang cukup tinggi. Ada pula yang sampai mengajukan pertanyaan lebih dari 10 kali.
Dilema penggunaan AI di perguruan tinggi turut dirasakan para pendidik, salah satunya dosen Universitas Muhammadiyah Surakarta Candra Kusuma Wardana. Menurutnya, pemakaian AI memang bisa membantu proses pembelajaran, namun harus tetap dalam pengawasan ketat agar tidak terjadi penyalahgunaan.
“Perguruan tinggi juga harus memastikan AI digunakan secara proporsional dan adil, artinya harus dibuat regulasi yang sistematis untuk mencegah penyalahgunaan AI oleh mahasiswa. Oleh karena itu, kolaborasi antara teknologi, kebijakan pendidikan, dan pengajaran inklusif menjadi penting agar dapat mempertahankan kualitas pembelajaran,” tuturnya dalam keterangan tertulis (2/1/2025).
Adapun setiap tahunnya, Chegg melakukan survei terhadap mahasiswa global untuk menangkap gambaran edukasi di setiap negara dan isu-isu yang sedang dialami. Pada 2025 ini, Chegg melakukan survei terhadap mahasiswa usia 18-21 tahun di 15 negara pada 1-23 Oktober 2024 secara daring, mengumpulkan 11.706 responden, dengan perwakilan sample masing-masing negara sekitar 500-1.002 responden.
Baca Juga: 10 Negara Pengguna AI Terbanyak, Indonesia Salah Satunya
Sumber:
https://www.suaramuhammadiyah.id/read/dilema-penggunaan-artificial-intelligence-di-perguruan-tinggi
https://8dfb1bf9-2f43-45af-abce-2877b9157e2c.usrfiles.com/ugd/8dfb1b_2d132a015d2a405893643b746d1bdf56.pdf
Penulis: Agnes Z. Yonatan
Editor: Editor