Pemakaian transportasi umum terus menurun, jika dilihat dari preferensi masyarakat dalam menggunakan kendaraan pribadi. Survei Jakpat menempatkan sepeda motor pribadi sebagai pilihan utama masyarakat untuk beraktivitas. Sementara itu, bus pemerintah lokal jauh di posisi terbawah dengan hanya perolehan 8% suara. Pilihan transportasi ini umumnya digunakan untuk ke tempat kerja, mengunjungi keluarga, atau sekadar hang out.
Meskipun secara umum pengguna sepeda motor masih mendominasi, pengguna bus lokal di Jakarta lebih tinggi daripada pengguna ojek online, mobil pribadi, taksi online, angkot, maupun sepeda.
Ragam alasan memenuhi pendapat masyarakat, mengenai faktor di balik pemilihan transportasi umum untuk kegiatan sehari-hari. Menghemat uang jadi alasan utama, disuarakan oleh 42% responden.
Sementara itu, sebagian yang lain memilih kendaraan pribadi karena dapat langsung mencapai tujuan mencapai 59% suara. Alasan lainnya adalah fleksibilitas waktu 58%, menghemat uang 51%, kemudahan mobilitas 50%, merasa lebih nyaman 32%, memiliki privasi 30%, dan membawa banyak barang bawaan dengan 21%.
Lebih lanjut, nyatanya 83% pengguna transportasi umum dalam survei juga ingin membeli kendaraan pribadi. Kemudahan mobilitas dan fleksibilitas waktu merupakan alasan utama keinginan ini.
Sedang Ramai Penghapusan Rute Transjakarta
Koridor 1 Transjakarta Blok M-Kota dikabarkan akan dihapus atau mengalami perubahan rute pada 2029, bersamaan dengan rampungnya MRT Lebak Bulus-Kota. Alasannya adalah untuk menghindari tumpang tindih transportasi umum pada satu jalur atau satu titik yang sama.
Akan tetapi, kebijakan ini juga mengalami kontra dan berpotensi mengalihkan pengguna Transjakarta ke kendaraan pribadi. MRT juga memiliki tarif lebih mahal dibandingkan Transjakarta. Saat ini, Transjakarta dipatok dengan harga Rp3.500, sedangkan MRT bisa mencapai Rp14.000.
“Tumpang tindih” yang disebutkan pemerintah justru tidak dikeluhkan oleh masyarakat. Beberapa berpendapat, adanya Transjakarta dan MRT dengan rute bersinggungan justru memudahkan masyarakat untuk berpindah moda transportasi, sesuai kebutuhan.
“MRT dan Transjakarta tumpang tindih aja, masih banyak yang pakai keduanya, masih full. Berarti masih sangat fungsional dan dibutuhkan masyarakat. Ini kan konsep integrasi transportasi yang selalu nempel di bus kalian,” tulis salah satu pengguna Instagram di laman komentar akun @pt_transjakarta.
Ada pula yang berpendapat perihal budget MRT. “Mestinya makin banyak moda transportasi, makin baik untuk mengurai kepadatan, dari segi budget ga semua bisa afford tarif MRT,” tutur salah satu pengguna Instagram yang lain.
Menurut pakar transportasi Marie Thynell dari University of Gothenburg Swedia, ada 13 indikator transportasi umum yang baik, yaitu aksesibilitas, mobilitas, ketersediaan, keterjangkauan, ketepatan, keandalan, keselamatan, keamanan, kesehatan, informasi, keterlibatan masyarakat, hemat waktu, serta manfaat ekonomi.
Aksesibilitas merupakan kemudahan pengguna untuk mencapai tujuan secara efisien, termasuk dengan frekuensi pelayanan dan kapasitas kendaraan yang memadai. Kemudian, mobilitas adalah kemudahan pengguna untuk alih tempat. Aspek keterjangkauan berkaitan dengan tarif yang terjangkau bagi penggunanya.
Baca Juga: Pola Penggunaan Transportasi Umum di Kalangan Masyarakat Indonesia 2024
Penulis: Ajeng Dwita Ayuningtyas
Editor: Editor