Apa Pengaruh Bergabungnya Indonesia dengan BRICS?

Indonesia kini semakin memberi sinyal positif untuk bergabung dengan BRICS yang akan mempengaruhi panggung ekonomi dan politik global.

Apa Pengaruh Bergabungnya Indonesia dengan BRICS? Menter Luar Negeri Sugino di KTT BRICS Plus | sugiono_56/Intagram

Indonesia kini semakin serius untuk bergabung dengan BRICS, aliansi ekonomi yang terdiri dari Brasil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan. Dengan munculnya BRICS Plus yang melibatkan negara-negara tambahan seperti Iran, Mesir, Ethiopia, dan Uni Emirat Arab, kelompok ini telah memperluas pengaruhnya di panggung ekonomi dan politik global. Namun, apakah keanggotaan Indonesia dalam BRICS akan memberikan dampak signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia?

Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia dengan Negara Anggota Utama BRICS

Persentase Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia dengan Negara Anggota Utama BRICS
Persentase proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia dengan negara anggota utama BRICS | GoodStats

Menurut proyeksi International Monetary Fund (IMF), pertumbuhan ekonomi Indonesia selama lima tahun ke depan cenderung stabil di sekitar 5%-5,1%. Di antara anggota utama BRICS, India dan China memiliki pertumbuhan ekonomi tertinggi, dengan India diproyeksikan mencapai 7% pada 2024 dan China 4,8%. Sebaliknya, Rusia dan Brasil memiliki proyeksi pertumbuhan yang lebih moderat, masing-masing 3,6% dan 3%. Afrika Selatan menunjukkan pertumbuhan yang lebih rendah pada kisaran 1,1% untuk 2024.

Indonesia diperkirakan akan tetap memiliki pertumbuhan ekonomi yang relatif stabil, dan dengan bergabung dalam BRICS, Indonesia mungkin akan menikmati akses lebih besar ke pasar negara berkembang dan potensi peningkatan perdagangan dengan anggota BRICS lain. Ini penting untuk mengimbangi ketergantungan pada ekonomi negara-negara Barat, terutama dengan peluang akses ke pasar non-tradisional di Amerika Selatan dan Afrika.

Namun, para pengamat memperingatkan bahwa Indonesia mungkin perlu bersiap menghadapi ketegangan dengan negara Barat, terutama AS, yang mungkin melihat keanggotaan Indonesia di BRICS sebagai pergeseran ke arah kubu non-Barat. Indonesia berpotensi dianggap sebagai bagian dari kelompok revisionis, yang berupaya merombak tatanan dunia yang didominasi negara-negara Barat.

Seperti yang disebut oleh Ekonom Senior Universitas Paramadina Wijayanto Samirin, “Memang akan membuat hubungan kita dengan AS bermasalah. Dampak pasti ada, tetapi seberapa besar harus ditakar oleh Indonesia. Jangan sampai ketakutan terhadap dampak itu membuat Indonesia tidak berani melangkah," jelasnya yang dikutip dari Bisnis.

Baca Juga: Indonesia Resmi "Mau" Gabung BRICS, Apa Tujuan Strategisnya?

Dampak Geopolitik dan Tantangan Bergabungnya Indonesia dalam BRICS

Bergabung dengan BRICS juga tidak lepas dari tantangan politik dan diplomasi. Menteri Luar Negeri Indonesia, Sugiono, menegaskan bahwa bergabungnya Indonesia ke BRICS adalah bentuk pengejawantahan politik luar negeri bebas aktif.

Namun, para pengamat menyebut BRICS sebagai "kubu perlawanan" terhadap dominasi Barat. Kelompok ini beranggotakan negara-negara yang merasa kurang puas dengan sistem internasional yang didominasi AS dan sekutunya, dan memiliki semangat independensi untuk memperjuangkan multipolarisme.

Tak hanya Wijayanto, pengamat hubungan internasional dari Universitas Katolik Parahyangan, Idil Syawfi, melihat kesamaan bahwa bergabungnya Indonesia ke BRICS bisa dianggap sebagai keberpihakan kepada kubu revisionis atau kubu perlawanan, yang mungkin memicu pandangan negatif dari negara-negara Barat.

Di sisi lain, bergabung dengan BRICS dapat membantu Indonesia mendiversifikasi mitra perdagangan dan keuangan, yang dapat mengurangi ketergantungan terhadap negara-negara maju di Barat.

Keuntungan Ekonomi dan Kerja Sama di Bidang Energi, Infrastruktur, dan Pariwisata

Bergabung dengan BRICS memberikan potensi keuntungan ekonomi yang cukup besar, terutama dalam meningkatkan perdagangan dengan negara-negara Global South. Menurut Deputi Menteri Perdagangan Jerry Sambuaga, BRICS membuka akses ke pasar non-tradisional seperti Amerika Selatan dan Afrika.

Pada 2022, total nilai perdagangan Indonesia dengan anggota BRICS mencapai US$93,16 miliar, dengan sebagian besar berasal dari perdagangan dengan China. Namun, perdagangan dengan negara-negara seperti Brasil dan Afrika Selatan masih relatif kecil, yang menunjukkan potensi besar yang bisa digali.

Di bidang energi, kehadiran anggota baru BRICS seperti Arab Saudi dan Uni Emirat Arab menambah pengaruh kelompok ini dalam pasar minyak global. BRICS kini memproduksi sekitar 43% dari total minyak mentah dunia, dengan kontribusi besar dari Arab Saudi dan Rusia. Ini membuka peluang bagi Indonesia untuk meningkatkan kolaborasi dalam sektor energi dan teknologi bersih, yang sejalan dengan prioritas pemerintah untuk memperkuat ketahanan energi nasional.

Ahli Strategi Pengembangan Pariwisata Nasional Taufan Rahmadi menyebutkan, keanggotaan Indonesia dalam BRICS tidak hanya memperluas jaringan ekonomi, tetapi juga membuka peluang besar di sektor pariwisata. Bergabungnya Indonesia dengan ekonomi besar seperti China, India, dan Brasil dapat meningkatkan arus wisatawan dari negara-negara ini.

Wisatawan dari negara anggota BRICS memiliki kontribusi signifikan dalam pariwisata global, dan kehadiran Indonesia di kelompok ini diharapkan dapat meningkatkan kunjungan serta memperkuat sektor pariwisata nasional.

Selain peningkatan jumlah kunjungan, keanggotaan di BRICS membuka peluang investasi di infrastruktur pariwisata berkelanjutan, termasuk pembangunan destinasi ramah lingkungan dan pelestarian wisata budaya dan alam.

Kerja sama dalam promosi wisata dan ekonomi kreatif bersama anggota BRICS lainnya juga menawarkan kesempatan bagi Indonesia untuk mempercepat transformasi digital di sektor pariwisata, meningkatkan pengalaman wisatawan, dan memperkuat daya saing di tingkat internasional. 

"Langkah ini diharapkan dapat memperkuat daya saing pariwisata Indonesia di tingkat global, sekaligus menciptakan lapangan kerja baru dan meningkatkan devisa negara," ungkapnya.

BRICS dan Peran Indonesia sebagai Jembatan Global

Keinginan Indonesia untuk bergabung dalam BRICS tidak dapat diartikan sebagai keberpihakan penuh pada kubu non-Barat. Presiden Prabowo Subianto menegaskan bahwa Indonesia tetap berpegang pada prinsip bebas aktif dan akan terus menjalin hubungan baik dengan semua negara, termasuk negara-negara maju di Barat. Dalam konteks ini, Indonesia berharap menjadi "jembatan" antara negara-negara Global South dan negara maju.

Musa Maliki dari Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta menyebutkan bahwa bergabungnya Indonesia ke BRICS merupakan upaya untuk menjaga independensi dan kemandirian dalam menghadapi krisis global. BRICS dianggap sebagai kendaraan bagi negara-negara Selatan untuk memperjuangkan kepentingan bersama tanpa harus tunduk pada dominasi Barat.

GDP Negara Anggota Utama BRICS dan Indonesia 2024

GDP 2024 Indonesia dengan Negara Anggota Utama BRICS
GDP 2024 Indonesia dengan negara anggota utama BRICS | GoodStats

Dalam hal Produk Domestik Bruto (GDP), Indonesia masih berada di bawah Brasil, Rusia, India, dan terutama China. Berdasarkan data IMF, GDP Indonesia pada 2024 diperkirakan mencapai US$1,4 triliun, dibandingkan dengan China yang mencapai US$18,27 triliun dan India US$3,88 triliun. Brasil dan Rusia memiliki GDP masing-masing sekitar US$2,18 triliun, sementara Afrika Selatan berada di posisi lebih rendah dengan US$403 miliar.

Meskipun Indonesia belum berada pada tingkat ekonomi yang setara dengan negara-negara terbesar di BRICS, keanggotaan dalam kelompok ini bisa memberikan posisi tawar yang lebih baik dalam perundingan perdagangan dan diplomasi ekonomi, terutama di kawasan Global South.

BRICS juga memiliki New Development Bank (NDB), yang menawarkan pembiayaan infrastruktur dengan syarat yang tidak seketat lembaga keuangan internasional lainnya, seperti Bank Dunia atau IMF. Ini dapat membuka peluang bagi Indonesia untuk mengembangkan infrastruktur dan mencapai pertumbuhan ekonomi yang lebih kuat.

Baca Juga: Melihat Lonjakan PDB Negara BRICS, Blok Global South yang "Dilamar" RI

Penulis: Daffa Shiddiq Al-Fajri
Editor: Editor

Konten Terkait

Rupiah Peringkat Ketiga Mata Uang dengan Nilai Tukar Termurah di Dunia

Sebagian mata uang memiliki nilai tukar yang rendah, sebagian lainnya tinggi. Cari tahu posisi nilai tukar rupiah di dunia!

Indonesia Paling Banyak Ekspor Tembaga ke China

Selain tembaga, ekspor timah hingga rumput laut Indonesia juga terbesar ke negara tersebut. China sudah sejak lama menjadi mitra dagang Indonesia.

Terima kasih telah membaca sampai di sini

atau

Untuk mempercepat proses masuk atau pembuatan akun, bisa memakai akun media sosial.

Hubungkan dengan Google Hubungkan dengan Facebook