Tahun 2024 sudah hampir berakhir. Memasuki pengujung tahun ini, sejumlah peristiwa besar telah terjadi di Indonesia, baik positif maupun negatif, mulai dari pemilihan Presiden dan Wakil Presiden baru, pilkada serentak, penangkapan sejumlah tersangka kasus korupsi dengan kerugian fantastis, hingga fenomena global seperti perselisihan Israel dan Palestina serta Ukraina dan Rusia yang sama-sama memengaruhi keseimbangan geopolitik global, berdampak pada kestabilan ekonomi dalam negeri.
Menurut survei dari Ipsos, sebanyak 54% warga Indonesia setuju bahwa 2024 adalah tahun yang buruk bagi Indonesia, sedangkan yang setuju hanya 46%. Proporsi ini menjadi yang terendah kelima di dunia setelah China, Swiss, Singapura, dan Polandia. Secara global, sebanyak 65% warga dunia merasa 2024 adalah tahun yang buruk buat negaranya. Jumlahnya berkurang 5% dari 2023.
Di urutan pertama ada Korea Selatan yang merasa 2024 adalah tahun yang buruk bagi negaranya. Selain itu, Turki menduduki posisi kedua dengan 83% warganya merasa 2024 adalah tahun yang buruk, disusul Prancis dan Peru dengan 79%, dan Hungaria dengan 78%.
Adapun di Indonesia, sebanyak 54% warganya merasa 2024 adalah tahun yang buruk bagi negaranya, jumlahnya meningkat 3% dari tahun sebelumnya, menunjukkan bahwa secara keseluruhan, tahun 2024 ini dinilai lebih buruk dibanding 2023.
Sepanjang 2024, warga Indonesia telah melewati banyak hal, mulai dari kasus judi online yang semakin marak meski tindakan tegas dari pemerintah telah berhasil menutup lebih dari 3 juta situs judi online, kemudian pro kontra masuknya Starlink di Indonesia pada Mei 2024, yang merupakan internet satelit milik Elon Musk. Tidak hanya itu, isu kenaikan PPN pada awal tahun depan juga panas dibicarakan hingga saat ini. Banyak yang memandang bahwa kenaikan di tengah tekanan daya beli masyarakat malah akan membebani warga, bukan solusi yang baik untuk meningkatkan pendapatan.
49% Warga RI Juga Merasa 2024 Buruk Buat Keluarganya
Di ranah personal, sebanyak 49% responden Indonesia juga merasa bahwa 2024 adalah tahun yang buruk buat keluarganya. Sejumlah kebijakan berkaitan dengan ekonomi yang memengaruhi harga kebutuhan pokok disinyalir jadi salah satu penyebabnya. Selain itu, banyak anak muda yang merasa kesulitan mencari pekerjaan, bahkan pendidikan terakhir pun sudah tidak lagi berpengaruh. Sebanyak 11,3% pengangguran Indonesia adalah lulusan sarjana hingga doktor, proporsinya naik 2 kali lipat dalam 10 tahun terakhir, menunjukkan tingginya dinamika dalam pasar kerja saat ini.
Secara global, sebanyak 51% responden di dunia merasa bahwa tahun 2024 merupakan tahun yang buruk bagi dirinya sendiri dan keluarga. Peru menduduki posisi pertama dengan 67% respondennya merasa 2024 tahun yang buruk buat keluarganya, disusul Argentina dan Turki dengan 66% serta Afrika Selatan dengan 63%.
Secara keseluruhan, banyaknya responden Indonesia yang merasa 2024 adalah tahun yang buruk tidaklah setinggi negara lainnya. Menurut survei yang sama, Indonesia bahkan menjadi negara yang paling optimis bahwa 2025 akan lebih baik dibandingkan 2024, proporsinya mencapai 90%. Hal ini mencerminkan harapan tinggi dari masyarakat RI bahwa 2025 mendatang akan lebih baik dari 2024 yang dianggap buruk oleh mayoritas masyarakatnya.
Memang proyeksi 2025 tidak secerah perkiraan. Kenaikan PPN menjadi 12%, adanya kebijakan opsen yang membuat harga kendaraan jadi lebih mahal, kewajiban asuransi TPL untuk kendaraan bermotor, naiknya iuran BPJS kesehatan, hingga kenaikan harga rokok mewarnai kekhawatiran masyarakat Indonesia akan 2025.
Dengan harapan yang tinggi dari masyarakat Indonesia dalam menyambut 2025, diharapkan tahun tersebut bisa menjadi lebih baik dibanding tahun-tahun sebelumnya.
Adapun survei Ipsos ini dilakukan pada 25 Oktober hingga 8 November 2024 melibatkan 23.721 responden di 33 negara secara daring.
Baca Juga: Indonesia Jadi Negara Paling Optimis 2025 Bakal Lebih Baik dari 2024
Penulis: Agnes Z. Yonatan
Editor: Editor