Waspada Serangan Siber, Tindakan Apa Saja yang Perlu Dilakukan Untuk Menjaga Keamanan Data?

Seiring pesatnya perkembangan teknologi, kasus kebocoran data juga semakin marak. Lalu, tindakan apa yang harus kita lakukan untuk menjaga keamanan data?

Waspada Serangan Siber, Tindakan Apa Saja yang Perlu Dilakukan Untuk Menjaga Keamanan Data? Ilustrasi tindakan keamanan data dengan menggunakan kata sandi | Song_about_summer/Shutterstock

Jumlah serangan siber di Indonesia terus meningkat dari tahun ke tahun. Pada tahun 2023 ini, ada beberapa kasus serangan yang sempat menghebohkan tanah air. Salah satu yang terbesar adalah serangan ransomware terhadap PT Bank Syariah Indonesia (BSI) pada 8 Mei lalu.

Menurut Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) dalam laporannya bertajuk Survei Internet Indonesia 2023, kasus kerentanan keamanan yang paling banyak dialami oleh responden adalah penipuan online dengan persentase mencapai 10,30%.

Selain penipuan online, ada juga sejumlah kasus keamanan siber lainnya, seperti perangkat yang terkena virus dan pencurian data pribadi/hack/phishing dengan persentase masing-masing sebesar 9,28% dan 7,96% responden.

Terkait hal tersebut, APJII juga memaparkan sederet tindakan yang dilakukan oleh responden untuk menjaga keamanan data. Hasilnya, sebagian besar responden (20,69%) mengaku waspada ketika menggunakan aplikasi yang meminta data pribadi.

Tindakan untuk menjaga keamanan data menurut laporan APJII | Goodstats

Ini diikuti oleh tindakan untuk mengganti kombinasi kata sandi yang tidak mudah ditebak dengan persentase sebanyak 16,47% responden. Kemudian, ada pula responden yang mengganti kata sandi secara berkala untuk menjaga keamanan data dengan proporsi 13,85% responden.

Disusul oleh beberapa tindakan lainnya, seperti hanya menggunakan aplikasi yang terverifikasi (9,41%), memasang anti-virus (4,87%), hingga membuat akun baru (0,01%). Di sisi lain, ada juga responden yang mengaku tidak tahu/tidak pernah menjaga keamanan data dengan persentase mencapai 34,47%.

APJII melaporkan, sebagian besar responden mengaku belum pernah mengganti kata sandi dengan persentase sebanyak 66,82%. Sementara, responden yang mengganti kata sandinya secara berkala dalam waktu satu kali sebulan hanya sebesar 5,97% responden.

Adapun, terdapat beberapa alasan yang mendasari responden tidak penah mengganti kata sandinya. Tercatat, mayoritas responden (32,71%) mengaku bahwa jika semakin sering mengubah kata sandi, maka akan sering lupa.

Alasan tidak ada niatan untuk mengubah kata sandi berada di posisi kedua dengan persentase mencapai 31,04% responden. Diikuti oleh persentase responden yang memilih alasan lainnya, yaitu tidak penting untuk mengubah kata sandi dan tidak tahu dengan persentase masing-masing 18,68% dan 17,57%.

Sebagai informasi, data tersebut bersumber dari hasil survei yang telah dilakukan oleh APJII terhadap sebanyak 8.510 responden yang tersebar di Indonesia pada periode 10-27 Januari 2023. Responden paling banyak berjenis kelamin perempuan dengan total 4.506 orang.

Lebih lanjut, survei ini dilakukan menggunakan metode multistage random sampling dengan tingkat toleransi kesalahan (margin of error) 1,14% dan tingkat kepercayaan 95%.

Penulis: Nada Naurah
Editor: Iip M Aditiya

Konten Terkait

Bagaimana Perilaku Masyarakat dalam Konsumsi Konten Video di Media Sosial 2024?

Sebanyak 85,3% responden mengaku menonton konten video setiap hari, TikTok jadi aplikasi terfavorit untuk mengakses konten video.

Masyarakat Indonesia Rentan Terpapar Iklan Judi Online di Internet

Masyarakat Indonesia seringkali menemukan iklan judi online di media sosial, baik melalui platform populer maupun situs web.

Terima kasih telah membaca sampai di sini

atau

Untuk mempercepat proses masuk atau pembuatan akun, bisa memakai akun media sosial.

Hubungkan dengan Google Hubungkan dengan Facebook