Waspada Serangan Siber, Kasus Ransomware di Indonesia Tertinggi se-Asia Tenggara

Jumlah serangan siber semakin meningkat semenjak pandemi Covid-19, seperti kasus ancaman ransomware yang masif ditemukan di Indonesia.

Waspada Serangan Siber, Kasus Ransomware di Indonesia Tertinggi se-Asia Tenggara Indonesia menempati peringkat pertama dengan jumlah serangan ransomware terbanyak di Asia Tenggara/Pixabay

Serangan siber atau cyber attack menjadi salah satu bentuk tindak kriminal yang serius dan harus diwaspadai. Terlebih, jumlah ancaman siber pada era pandemi Covid-19 menjadi makin masif.

Berdasarkan survei dari ThoughtLab teranyar yang berjudul, “Cybersecurity Solutions for a Riskier World”, jumlah rata-rata serangan siber dan pelanggaran data meningkat sebesar 15,1 persen dari tahun sebelumnya pada 2021. Faktor penyebab dari banyaknya ancaman siber tersebut diantaranya berasal dari kesalahan konfigurasi (misconfigurations), human error, pemeliharaan yang buruk (poor maintenance), serta aset yang tidak dikenal (unknown assets).

Melansir CNNIndonesia.com, dalam tiga tahun terakhir, serangan siber pada umumnya menyerang lembaga pemerintah dan perusahaan-perusahaan besar. Salah satu alasan utamanya ialah jaringan lama (legacy network) dan infrastruktur keamanan jaringan tidak lagi dapat mengakomodasi cara kerja modern. Termasuk, dalam mencegah ancaman Highly Evasive Adaptive Threats (HEAT) yang dapat menimbulkan ransomware.

Dalam laporan dari intelijen keamanan siber SonicWall yang bertajuk, “SonicWall Cyber Threat Report 2022”, terdapat lebih dari 623 juta serangan ransomware secara global pada tahun 2021. Angka ini naik 105 persen dibanding tahun sebelumnya.

Ransomware merupakan jenis malware berbahaya untuk menghalangi akses dari sistem komputer ataupun data dan memperoleh semua informasi berharga penggunanya. Serangan ransomware biasanya menuntut pembayaran untuk memulihkan dan mengembalikan data.

Jumlah serangan ransomware di negara-negara Asia Tenggara periode Januari - September 2020 | Goodstats

Menurut laporan dari Interpol Cyber Assessment Report 2021, ada sekitar 2,7 juta serangan ransomware yang terdeteksi di wilayah Asia Tenggara dalam periode Januari hingga September 2020. Dari data tersebut, banyaknya ancaman ransomware di Indonesia berjumlah 1,3 juta kasus. Angka itu menempatkan Indonesia sebagai negara dengan jumlah ancaman ransomware paling banyak di Asia Tenggara.

Kemudian, di posisi ke-2 ada Vietnam dengan jumlah 886.784 serangan ransomware. Sementara, di posisi ke-3 dan ke-4 ada Thailand dan Filipina dengan jumlah serangan masing-masing sebanyak 192.652 kasus dan 137.366 kasus.

Adapun, Brunei Darussalam menjadi negara yang mengalami ancaman ransomware paling sedikit dengan jumlah 257 kasus di Asia Tenggara selama periode Januari hingga September 2020.

Selama pandemi Covid-19, mayoritas target dari ransomware di Asia Tenggara adalah pusat kesehatan dan lembaga publik. Para penjahat siber percaya bahwa lembaga-lembaga tersebut lebih mungkin untuk membayar uang tebusan karena kewalahan oleh krisis kesehatan. Sementara itu, total kerusakan finansial akibat ransomware diperkirakan berjumlah lebih dari 1 miliar dolar AS.

Penulis: Nada Naurah
Editor: Iip M Aditiya

Konten Terkait

Orang Indonesia Paling Sering Habiskan Waktu untuk Main Sosial Media

Orang Indonesia menghabiskan waktu lebih dari 3 jam setiap harinya untuk bermain sosial media dan TikTok jadi sosial media yang paling sering digunakan.

Kominfo Berhasil Tangani Lebih Dari 5 Ribu Konten Berbau Radikalisme

Berdasarkan laporan dari Kominfo, terdapat sebanyak 5.731 konten yang mendukung ekstrimisme, radikalisme, dan terorisme di platform digital.

Terima kasih telah membaca sampai di sini

Dengan melakukan pendaftaran akun, saya menyetujui Aturan dan Kebijakan di GoodStats

atau

Untuk mempercepat proses masuk atau pembuatan akun, bisa memakai akun media sosial.

Hubungkan dengan Google Hubungkan dengan Facebook
Student Diplomat Mobile
X