Rumah merupakan salah satu bentuk investasi jangka panjang untuk menghabiskan masa tua bersama keluarganya. Bukan hanya sekadar tempat tinggal semata, rumah adalah tempat yang diharapkan dapat memberi rasa aman, nyaman, dan bahagia. Oleh sebab itu, kualitas rumah dan aspek-aspek lainnya yang menjadi indikator penilaian rumah layak huni perlu dipertimbangkan sebelum membeli rumah.
Terdapat beberapa indikator penilaian yang menjadi pertimbangan masyarakat Indonesia sebelum membeli rumah. Survei Ipsos bertajuk Housing Monitor 2025 melibatkan responden dari 30 negara mengungkapkan preferensi masyarakat global, termasuk Indonesia, mengenai preferensi tempat tinggal pribadi. Sebanyak 22.279 responden dilibatkan dengan rentang usia 18-74 tahun. Responden Indonesia sendiri berusia 20-74 tahun.
Metode pengumpulan data dilakukan lewat wawancara melalui platform daring Global Advisor dan di India melalui platform IndiaBus pada 22 November-6 Desember 2024. Khusus Selandia Baru, data diperoleh pada 20 Desember 2024 hingga 3 Januari 2025.
Lokasi Jadi Pertimbangan Utama
Lokasi menjadi pertimbangan utama publik Indonesia sebelum membeli rumah dengan capaian 48%, disusul tingkat kejahatan rendah (35%), kualitas sesuai dengan harga (33%), dan lingkungan yang positif (27%). Infrastruktur juga jadi pertimbangan bagi 26% responden.
Tidak hanya itu, 25% responden turut mempertimbangkan kemudahan akses transportasi dan privasi. Kemudian, ruang outdoor seperti balkon dan taman juga banyak dicari. Aksesibilitas ke tempat kerja yang mudah serta pemandangan bagus menutup daftar di atas.
Hasil survei di atas selaras dengan pandangan pakar tata kota, Yayat Supriyatna, yang menegaskan bahwa subsidi harga, penyediaan infrastruktur, akses transportasi, dan keterjangkauan ke tempat kerja dapat meningkatkan daya tarik beli masyarakat terhadap rumah.
"Di samping subsidi, daya beli dapat terdongkrak apabila rumah tersebut memiliki infrastruktur yang lengkap seperti jalan, air minum, dan telekomunikasi," ujar Yayat saat dihubungi detikProperti pada Senin (5/2/2024).
"Kemudahan mendapatkan transportasi umum juga menjadi nilai tambah rumah dapat terjual dengan cepat." lanjutnya.
Kalau Publik Global?
Berbeda halnya dengan publik Indonesia yang menempatkan lokasi sebagai prioritas penilaian utama, responden global justru lebih mengutamakan kualitas rumah dengan capaian 47%.
Lokasi yang bagus dan tingkat kejahatan rendah menempati posisi kedua dan ketiga dengan masing-masing persentase sebesar 45% dan 33%. Selanjutnya, 29% memprioritaskan akses transportasi, 25% menekankan pentingnya infrastruktur rumah yang bagus, 23% ingin ruang outdoor, dan 22% ingin punya rumah dengan ruang privasi yang cukup.
Tiga aspek lain yang menjadi indikator penilaian responden global sebelum membeli rumah antara lain aksesibilitas tempat kerja (13%), akses fasilitas pendukung (11%), dan lingkungan yang positif (10%).
Pertimbangan Publik Indonesia Vs Global
Dari data di atas, dapat dilihat bahwa preferensi pembelian rumah antara publik Indonesia dan global di 29 negara lainnya cukup berbeda. Responden Indonesia turut memprioritaskan aspek pemandangan, sementara masyarakat global lebih mengedepankan aksesibilitas sekolah sebagai salah satu indikator penilaian hunian yang penting.
Selain itu, aspek lingkungan positif masuk di peringkat keempat sebagai pertimbangan masyarakat Indonesia sebelum membeli rumah, tetapi menempati posisi kesepuluh bagi responden global. Hal ini menunjukkan preferensi membeli rumah turut dipengaruhi oleh berbagai konteks sosial, budaya, ekonomi, dan infrastruktur tiap negara.
Baca Juga: Indonesia Masuk Jajaran 10 Negara yang Warganya Sulit Beli Rumah
Sumber:
https://www.ipsos.com/en-id/global-housing-monitor-2025
https://www.detik.com/properti/berita/d-7179203/pakar-ungkap-alasan-utama-susahnya-orang-ri-beli-rumah
Penulis: Mar'atus Solichah
Editor: Editor