Pernikahan merupakan ikatan sakral yang menandai perjalanan melepas lajangnya seseorang. Pernikahan kerap kali menjadi momen paling ditunggu-tunggu dalam hidup sebagian orang, karena ekspektasi menggambarkannya sebagai “surga dunia” yang penuh cinta dan kebahagiaan.
Namun, belakangan ini media ramai memberitakan bermacam kisah tak mengenakkan yang berasal dari pengalaman pernikahan. Mulai dari istilah gamophobia hingga tagar marriage is scary turut bermunculan seakan menggambarkan bahwa menikah adalah hal yang menakutkan, terlebih jika bersama pasangan yang tidak tepat.
Ketakutan-ketakutan masyarakat yang terangkum dalam berbagai pemberitaan media nampaknya juga tercermin dalam data yang dipublikasikan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) sejak tahun 2018 hingga 2024, di mana tren penurunan mendominasi angka pernikahan di Indonesia.
Baca juga: Tren Kumpul Kebo di Indonesia Meningkat di Kalangan Anak Muda, Benarkah Karena Faktor Budaya Semata?
Di tahun 2018, angka pernikahan Indonesia mencapai 2.016.171, selang beberapa tahun kemudian, tepatnya tahun 2024, angka pernikahan menurun secara signifikan sampai pada di angka 1.478.302. Hal ini mengindikasikan adanya pergerseran pandangan masyarakat yang menganggap bahwa pernikahan bukan lagi soalan utama.
Sementara untuk perceraian, meskipun berfluktuatif, namun angka per-tahunnya tidak bisa dikatakan sedikit. Memberi sinyal bahwa sebagian masyarakat memilih untuk kembali melajang dengan melepas status pernikahan.
Baca Juga: Pernikahan di RI Kembali Cetak Rekor Terendah pada 2024
Sumber:
https://www.bps.go.id/id/statistics-table/3/VkhwVUszTXJPVmQ2ZFRKamNIZG9RMVo2VEdsbVVUMDkjMw==/nikah-dan-cerai-menurut-provinsi--kejadian---2018.html?year=2024
Penulis: Dilla Agustin Nurul Ashfiya
Editor: Muhammad Sholeh