Kemerosotan nilai ekspor pada Januari 2024 secara umum terjadi pada sektor migas dan nonmigas, termasuk pada komoditas minyak kelapa sawit. Meskipun tak menunjukkan penurunan global secara signifikan, nilai ekspor minyak kelapa sawit anjlok hingga -11,54% year-on-year (y-o-y).
Pasalnya, dalam laporan United States Department of Agriculture (USDA), Indonesia selalu menunjukkan angka tertinggi dalam produksi dan ekspor minyak kelapa sawit.
Sejak 2006, Indonesia menjadi penghasil Crude Palm Oil (CPO) terbesar secara global. Dari tahun 2019 saja, produksi minyak kelapa sawit Indonesia selalu lebih dari 40 juta ton. Lebih dari setengah produksi minyak kelapa sawit Indonesia diekspor ke pasar global.
Nilai ekspor Indonesia per Januari 2024 menunjukkan penurunan, secara month-to-month (m-to-m) maupun y-o-y. Dengan total nilai ekspor US$20,52 Miliar, angka ini menurun 8,34% dari Desember 2023 dan turun 8,06% dari Januari 2023.
Sektor nonmigas masih mendominasi nilai ekspor, mencapai 93% dari total ekspor keseluruhan. Industri pengolahan masih memimpin nilai ekspor untuk sektor ini.
Pada komoditas nonmigas unggulan, hanya besi dan baja yang menunjukkan pertumbuhan positif secara y-o-y dan m-to-m. Situasi berbeda dialami komoditas batubara dan minyak kelapa sawit.
Dengan nilai ekspor tersebut, negara tujuan ekspor terbesar masih ditempati oleh China sebesar 23,90%. Posisi selanjutnya ditempati Amerika Serikat sebanyak 10,41%, disusul India 9,33%, negara-negara Asia Tenggara 17,05%, Uni Eropa 7,75%, dan 31,56% untuk negara lainnya.
Sebelumnya, volume ekspor minyak kelapa sawit juga pernah turun karena pandemi Covid-19. Buletin APBN Volume VII oleh Wardianingsih dan Wibowo menyebut hilirisasi sebagai cara yang dapat dikembangkan pemerintah untuk meningkatkan volume dan nilai ekspor minyak kelapa sawit.
Selain ekspor minyak kelapa sawit mentah, produk-produk turunan dapat dikelola sebelum di ekspor. Hal ini diyakini dapat mendukung perekonomian nasional dengan lebih besar.
Produk turunan yang dapat dikembangkan adalah bahan bakar biodiesel, detergen, cokelat, mentega, lipstik, atau produk oleochemical (oleokimia). Di beberapa negara, produk turunan CPO lebih populer dan banyak diproduksi, hal ini menunjukkan peluang Indonesia untuk mengembangkannya pula. Meskipun, kebutuhan CPO sebagai supply bahan baku memang masih diperlukan.
Wardianingsih dan Wibowo menyebut, hilirisasi memiliki sejumlah tantangan di Indonesia. Tantangan ini berupa terbatasnya teknologi, terbatasnya sumber daya ahli pengelola kelapa sawit, dan rendahnya produktivitas perkebunan kelapa sawit.
Penulis: Ajeng Dwita Ayuningtyas
Editor: Iip M Aditiya