Tren Angka Kematian Bayi di Indonesia Menurun dalam 1 Dekade Terakhir

Tren Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia alami penurunan dalam satu dekade terakhir, dari 21,5 per 1.000 kelahiran pada 2016 menjadi 15,06 pada 2025

Tren Angka Kematian Bayi di Indonesia Menurun dalam 1 Dekade Terakhir Ilustrasi Bayi | IStock
Ukuran Fon:

Angka kematian bayi (AKB) adalah jumlah meninggalnya bayi berusia di bawah 1 tahun per 1.000 kelahiran yang terjadi dalam kurun satu tahun. Angka ini kerap digunakan sebagai acuan untuk menilai baik-buruknya kondisi kesehatan, ekonomi, sosial, maupun lingkungan di suatu negara.

Tren Angka Kematian Bayi di Indonesia | GoodStats
Tren Angka Kematian Bayi di Indonesia | GoodStats

Dalam satu dekade terakhir, tren angka kematian bayi di Indonesia terus mengalami penurunan. Sejak tahun 2016 dapat dilihat pada grafik bahwa angka kematian bayi yang awalnya berada di angka 21,5 terus mengalami penurunan yang landai sampai menyentuh angka 15,06 pada tahun 2025.

Hal tersebut menunjukkan bahwa Indonesia mengalami telah mengalami kemajuan dalam upaya menurunkan angka kematian bayi. Namun meskipun angka kematian bayi mengalami penurunan yang signifikan, apabila dibandingkan dengan negara tetangga seperti Malaysia, Filipina dan Thaliland, Indonesia masih memiliki angka kematian bayi yang tinggi.

Angka kematian bayi erat hubungannya dengan Angka kematian ibu (AKI) karena kondisi kesehatan ibu sangat berpengaruh terhadap kesehatan janin atau bayinya. Menurut WHO, kematian ibu adalah kematian seorang perempuan akibat proses yang berhubungan dengan kehamilan, persalinan, dan masa nifas, tanpa melihat usia gestasi dan bukan kematian akibat kecelakaan.

Berbeda dengan angka kematian bayi, angka kematian ibu malah mengalami peningkatan dan masih jauh dari target Sustainable Development Goals (SDGs) pada tahun 2030 yaitu di bawah 70 per 100.000 kelahiran hidup. Angka kematian ibu di Indonesia pada tahun 2023 mencapai 4.129 kematian per 100.000 kelahiran. Data ini menunjukkan peningkatan dari dua tahun sebelumnya. Melihat situasi ini, pada tahun 2024 pemerintah menargetkan penurunan AKI menjadi 183 per 100.000 kelahiran.

Beragam upaya dilakukan guna menekan AKI dan AKB, seperti peningkatan kualitas pelayanan kesehatan, peningkatan pemberdayaan masyarakat, peningkatan kapasitas tenaga kesehatan, pemanfaatan teknologi digital, serta penguatan reformasi tata kelola kesehatan yang salah satu pembaruannya adalah dengan menetapkan kabupaten/kota lokus penurunan AKI dan AKB yang diatur dalam Keputusan Menteri Kesehatan dan akan dilaksanakan secara bertahap.

Lebih lanjut, terdapat Keputusan Menteri Kesehatan No. HK.01.07/MENKES/75/2023 mengenai petunjuk teknis penggunaan alat ultrasonografi untuk antenatal care bagi dokter umum di layanan primer. Keputusan Menkes ini bertujuan untuk menurunkan angka kematian ibu dan bayi melalui pencegahan dengan memberikan pelayanan kesehatan yang sesuai standar salah satunya dengan penggunaan unltrasonografi (USG). Dengan petunjuk teknis inim harapannya kualitas pelayanan kesehatan bagi ibu hamil dan bayi dapat meningkat, yang pada akhirnya akan memberikan kontribusi pada penurunan AKI dan AKB di Indonesia.

Baca Juga: Melihat Angka Kematian Bayi di Indonesia, Apa Kaitannya dengan Kunjungan Neonatal?

Sumber:

https://www.macrotrends.net/global-metrics/countries/idn/indonesia/infant-mortality-rate

https://lms.kemkes.go.id/courses/85d31281-795f-4c16-937d-ddd9b2abd0c7

https://diklatkesehatan.net/2025/04/artikel-mingguan-vol-1/

https://peraturan.infoasn.id/keputusan-menteri-kesehatan-nomor-hk-01-07-menkes-75-2023/

https://diklatkesehatan.net/2025/01/review-kebijakan-penurunan-kematian-ibu-tahun-2024-berbasis-transformasi-sistem-kesehatan-dan-outlook-2025/

Penulis: Silmi Hakiki
Editor: Editor

Konten Terkait

Investasi Lokal Naik, Investasi Asing Malah Turun pada Kuartal II 2025

Nilai PMA turun, sedangkan PMDN naik, salah satunya akibat kondisi geopolitik yang tidak menentu dan naiknya kepercayaan investor dalam negeri.

Tambahan Dana Bantuan Partai Politik Dinilai Rawan Korupsi

Survei Litbang Kompas menyebutkan 65,1% responden tidak setuju dengan wacana ini, 52,4% karena potensi korupsi di dalamnya.

Terima kasih telah membaca sampai di sini

atau

Untuk mempercepat proses masuk atau pembuatan akun, bisa memakai akun media sosial.

Hubungkan dengan Google Hubungkan dengan Facebook