Pertumbuhan populasi di suatu negara terus berdinamika, salah satunya akibat angka kelahiran yang mengalami perubahan setiap tahunnya. Angka kelahiran adalah bilangan yang menunjukkan jumlah kelahiran dari tiap seribu penduduk dalam waktu satu tahun. Bilangan yang menunjukkan banyaknya kelahiran pada tahun tertentu per 1.000 penduduk pada pertengahan tahun yang sama disebut dengan Angka Kelahiran Kasar atau Crude Birth Rate (CBR).
Di Indonesia, tren angka kelahiran dalam satu dekade terakhir terus mengalami penurunan yang landai, nilai paling rendah sepanjang 10 tahun terakhir terjadi pada 2023 yang sebesar 15,94, kemudian naik menjadi 16,61 pada tahun berikutnya. Namun pada tahun 2025 ini angka kelahiran kembali mengalami penurunan menjadi 16,4.
Penyebab Turunnya Angka Kelahiran
Bukan tanpa alasan, penurunan angka kelahiran ini diakibatkan oleh beberapa faktor, salah satunya adalah fenomena sosial dan ekonomi yang terus mengalami perubahan. Saat ini, kebanyakan perempuan memilih untuk memprioritaskan pendidikan dan karier sehingga cenderung memutuskan untuk menunda pernikahan.
Selain itu pasangan yang sudah menikah pun seringkali berpikir dua kali sebelum memutuskan untuk memiliki anak. Biaya hidup yang semakin tinggi membuat banyak pasangan merasa belum siap secara finansial. Ditambah lagi saat ini akses terhadap alat kontrasepsi sangat mudah dan beragam sehingga setiap pasangan dapat memilih alat kontrasepsi yang dirasa paling nyaman dalam upaya menunda kehamilan atau mengontrol jumlah anak.
Meskipun hal ini juga menunjukkan keberhasilan salah satu program pemerintah yaitu Keluarga Berencana (KB) yang bertujuan untuk mengendalikan jumlah penduduk dengan menekan angka kelahiran, tetapi apabila tidak dikontrol dengan baik maka akan berdampak negatif juga terhadap kemajuan negara.
Salah satu dampak negatif akibat penurunan angka kelahiran adalah memburuknya kondisi ekonomi. Berkurangnya penduduk usia produktif mengakibatkan minimnya angkatan kerja yang lambat laun dapat membuat pendapatan negara menurun.
Menanggapi hal ini, pemerintah sempat mengimbau setiap keluarga untuk setidaknya memiliki satu orang anak perempuan agar jumlah populasi tetap seimbang.
Hal ini sontak menimbulkan ragam reaksi dari masyarakat. Sebagian merasa solusi ini membingungkan karena adanya satu anak perempuan dalam satu keluarga tidak menjamin sepenuhnya upaya menyeimbangkan populasi. Namun di samping itu, ada yang berpendapat bahwa imbauan tersebut sah-sah saja.
Lebih lanjut BKKBN sempat memberikan klarifikasi mengenai narasi satu keluarga satu anak perempuan yang dinilai keliru.
"Kalimatnya salah, jadi harusnya bukan satu pasangan, tapi rata-rata perempuan. Saya tidak bilang keluarga juga, saya bilangnya rata-rata satu perempuan melahirkan satu perempuan," jelas Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Hasto Wardoyo pada Kamis (4/7/2024).
Kalimat "rata-rata perempuan" melahirkan satu anak perempuan ini bertujuan agar pertumbuhan penduduk menjadi seimbang, dengan kata lain tidak zero growth dan tidak minus growth.
Baca Juga: Tren Tingkat Kelahiran di Dunia, Indonesia Peringkat 5 di ASEAN
Sumber:
https://ejournal.unuja.ac.id/index.php/trilogi/article/download/10061/pdf
https://satudata.mubakab.go.id/data/angka-kelahiran-kasar-crude-birth-rate-cbr-dan-angka-kelahiran-umum-general-fertility-rategfr-kabupaten-musi-banyuasin-tahun-2024/preview
https://bincangperempuan.com/kenapa-angka-kelahiran-menurun-belakangan-ini/
https://blog.wecare.id/angka-kelahiran-rendah-ini-saran-dari-kepala-bkkbn/#:~:text=Penurunan%20angka%20kelahiran%20ini%20mencerminkan,tidak%20setuju%20dengan%20saran%20tersebut.
https://www.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20240704193752-277-1117725/kata-para-puan-soal-target-bkkbn-tiap-keluarga-punya-1-anak-perempuan#:~:text=Setali%20tiga%20uang%2C%20Rania%20(30,dua%20atau%20satu%20anak%20perempuan?%22
https://era.id/lifestyle/159736/kepala-bkkbn-klarifikasi-soal-keluarga-minimal-punya-satu-anak-perempuan-begini-faktanya
https://kompas100.kompas.id/berita-ekonomi/sampai-kapan-bonus-demografi-di-indonesia-terjadi/#:~:text=Mengenal%20Bonus%20Demografi%20di%20Indonesia,pendidikan%2C%20kesehatan%2C%20dan%20pekerjaan.
Penulis: Silmi Hakiki
Editor: Editor