Tingkat Drop Out Mahasiswa di Indonesia Kembali Turun pada 2022

Jumlah Angka Putus Kuliah pada 2022 turun 21,92 persen dibanding tahun sebelumnya. Selain itu, ada 1.84 juta mahasiswa dari semua jenjang yang lulus pada 2022.

Tingkat Drop Out Mahasiswa di Indonesia Kembali Turun pada 2022 Mahasiswa | Unsplash/Raddfilms

Merujuk dokumen “Statistik Pendidikan Tinggi 2022” yang dirilis oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi (Ditjen Diktiristek), Kementerian Pendidikan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) pada April 2023 lalu, angka putus kuliah di Indonesia kembali mengalami penurunan.

Di tahun 2022, persentase angka putus kuliah di Indonesia kembali turun menjadi 4,02 persen. Angka ini pun melanjutkan tren penurunan yang juga terjadi di 2021 dengan persentase sebesar 5,34 persen, lebih rendah dari persentase di tahun 2020 sebesar 7,10 persen.

Berdasarkan jumlahnya, di 2022 tercatat ada sebanyak 375.134 mahasiswa dari semua jenjang pendidikan tinggi yang putus kuliah/Drop Out (DO) dari kampus, baik dikeluarkan maupun mengundurkan diri.

Secara tren, angka putus kuliah ini juga turun 21,92 persen dibandingkan di tahun 2021 yang jumlahnya sebanyak 480.449 mahasiswa dan turun 37,71 persen jika dibandingkan tahun 2020 yang jumlahnya sebanyak 602.263 mahasiswa.

Pada 2022 Ditjen Diktiristek mencatat terdapat sebanyak 4.522 lembaga perguruan tinggi yang tersebar di 34 provinsi di Indonesia. Dari jumlah ini, total ada sebanyak 9,32 juta mahasiswa yang terdaftar di seluruh instansi.

Berdasarkan provinsinya, sebanyak 15 provinsi catatkan DO rate yang lebih tinggi dari rata-rata nasional pada 2022 (4,02 persen). Pada tahun sebelumnya, persentase yang lebih tinggi ini dicatatkan di 16 provinsi.

Papua Barat memiliki DO rate tertinggi dengan persentase mencapai 9,58 persen. Sementara itu, Bangka Belitung, Gorontalo, Lampung, Papua, dan Banten merupakan 5 provinsi dengan rasio mahasiswa putus kuliah paling rendah dengan angka masing-masing di bawah 3 persen.

Dari segi jumlah, Jawa Timur catatkan jumlah angka putus kuliah paling tinggi pada 2022 yakni sebanyak 55.667 (4,91 persen) mahasiswa. Sementara yang terendah tercatat di Kalimantan Utara sebanyak 502 (3,53 persen) mahasiswa.

Selain itu, pada 2022 juga tercatat ada sebanyak 1,84 juta mahasiswa yang lulus dari semua jenjang pendidikan tinggi di Indonesia. Dari jumlah ini, lulusan jenjang sarjana catatkan persentase tertinggi yakni di angka 69,61 persen atau 1,28 juta lulusan.

Rata-rata nilai Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) yang dicatatkan lulusan program sarjana di Indonesia pada tahun 2022 adalah sebesar 3,33. Dari 8 bidang keilmuan yang terklasifikasi, IPK dari lulusan program sarjana bidang ilmu pendidikan catat rerata tertinggi yakni di angka 3,38.

Sementara rata-rata nilai IPK yang terendah dicatatkan oleh lulusan dari program sarjana bidang keilmuan pertanian, Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (MIPA), dan teknik, dengan rerata nilai IPK masing-masing di bawah 3,30.

Pemerintah melalui Ditjen Diktiristek Kemdikbud saat ini tengah menjalankan upaya transformasi pendidikan tinggi di Indonesia.

Salah satunya dengan meningkatkan kolaborasi antara perguruan tinggi, industri, kementerian/lembaga, pemerintah daerah, media, dan masyarakat, lewat program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM).

Pelaksana tugas Dirjen Dikti Ristek, Nizam mengungkapkan upaya perwujudan transformasi pendidikan tinggi selama 4 tahun ini telah berlangsung dengan akseleratif dan mulai bisa dirasakan hasilnya.

“Melalui program transformasi MBKM, telah kita lihat kedekatan hubungan kampus dan dunia usaha, dunia industri semakin erat. Selain itu kerja sama baik pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat telah menetaskan banyak hasil yang dirasakan oleh masyarakat dan dunia usaha dunia industri,” kata Nizam di acara Anugerah Diktiristek 2023 pada Kamis, (14/12).

Penulis: Raka B. Lubis
Editor: Iip M Aditiya

Konten Terkait

Adu Kuat Anies vs Jokowi Effect di Pilgub Jakarta 2024

Jelang pencoblosan, Anies tampak memberikan endorsement pada Pram-Doel, sedangkan Jokowi pada RK-Suswono. Lantas, mana yang lebih bisa menarik suara rakyat?

Program Makan Siang Gratis Dapat Dukungan dari China, Indonesia Bukan Negara Pertama

Langkah ini tidak hanya mengatasi permasalahan gizi, tetapi juga menjadi bagian dari upaya global untuk memerangi kelaparan dan mendukung pendidikan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini

atau

Untuk mempercepat proses masuk atau pembuatan akun, bisa memakai akun media sosial.

Hubungkan dengan Google Hubungkan dengan Facebook