Sudah menjadi pemahaman umum bahwa manusia tidak bisa hidup sepenuhnya tanpa bantuan orang lain. Setiap orang memiliki cara berbeda dalam mengelola kebutuhan sehari-hari, ada yang memilih melakukan semuanya sendiri, ada pula yang memanfaatkan jasa asisten rumah tangga untuk membantu pekerjaan domestik.
Tugas-tugas rumah tangga seperti menjaga kebersihan, memasak, hingga mengurus anak sering kali membutuhkan waktu dan tenaga ekstra. Karena itu, banyak keluarga memilih melimpahkan pekerjaan tersebut kepada asisten rumah tangga agar aktivitas sehari-hari dapat berjalan lebih lancar.
Namun nyatanya, berdasarkan survei yang dilakukan oleh Kedai Kopi, 74% responden kelas menengah di Indonesia memilih untuk mengurus rumah tangga secara mandiri tanpa bantuan asisten rumah tangga atau pengasuh. Sebanyak 24,5% sisanya memiliki asisten rumah tangga atau pengasuh part time yang tidak menginap di rumah, sedangkan 4,7% responden memilih asisten rumah tangga atau pengasuh anak yang menginap di rumah.
Adapun survei dilakukan secara daring dengan metode Computerized Assisted Self Interview (CASI) terhadap 932 responden dengan rentang usia 17-55 tahun dan memiliki pendapatan antara Rp.3,5-14,5 juta per bulan pada 14-19 Oktober 2025.
Meski tampak sederhana, pekerjaan asisten rumah tangga sebenarnya penuh tantangan. Tingkat kepuasan antara majikan dan asisten tidak selalu mudah dijaga. Ketika merasa tidak cocok atau kecewa dengan kinerja asisten, banyak majikan akhirnya memilih mengakhiri hubungan kerja.
Di sisi lain, proses mencari asisten rumah tangga yang tepat juga bukan perkara ringan. Meski sudah mengandalkan rekomendasi keluarga atau teman, tetap ada risiko bertemu asisten yang kurang kompeten atau tidak jujur. Kepercayaan menjadi faktor utama yang membuat proses perekrutan sering kali berlangsung lama.
Adaptasi dan privasi juga menjadi pertimbangan penting, terutama jika asisten tinggal di dalam rumah. Tak heran, hanya 4,7% responden yang memilih menggunakan asisten rumah tangga atau pengasuh anak yang menginap.
Selain itu, banyak pula asisten rumah tangga yang bekerja tanpa pelatihan formal. Hasilnya, pekerjaan rumah tidak selalu dilakukan dengan benar atau sesuai standar yang diharapkan.
Jika telah mendapat asisten rumah tangga yang cocok, timbul masalah lain, yakni soal membuat asisten rumah tangga betah bekerja.
Bernadine Amanda, misalnya, ibu rumah tangga yang dalam dua tahun terakhir sudah bergonta-ganti asisten rumah tangga sebanyak delapan kali. Ibu satu anak ini sudah melakukan apa saja dan memutar otak untuk membuat asisten rumah tangga nyaman bekerja di rumahnya. Mulai dari memberi upah kompetitif, memenuhi kebutuhan harian asisten rumah tangga, hingga menambah jumlah asisten rumah tangga untuk membagi beban kerja.
Berbeda dengan Manda, Ratih justru memilih mengerjakan tugas rumah tangga bersama dengan suaminya tanpa bantuan asisten rumah tangga.
“So far sih aku nggak stes. Suamiku helpful banget. Jadi aku menikmati aja melakukan pekerjaan di rumah,” tutur Ratih (7/03/2018) mengutip Hai Bunda.
Bagi sebagian orang, kehadiran asisten rumah tangga bisa sangat membantu, mengurangi beban pekerjaan sehari-hari dan menurunkan tingkat stres. Namun bagi sebagian lainnya, keberadaan ART justru bisa menjadi sumber stres baru, terutama jika muncul masalah kecocokan, komunikasi, atau kepercayaan.
Baca Juga: Lebih dari 150 Ribu ART di Jawa Barat Alami Gangguang Jiwa
Sumber:
https://kedaikopi.co/flipbook/survei-perilaku-konsumsi-daya-beli-masyarakat-kelas-menengah/
https://www.haibunda.com/moms-life/20180307060839-68-15628/pilih-pakai-art-atau-lakukan-sendiri-kerjaan-rumah-bun
Penulis: wida sugito
Editor: Editor