Intip Strategi Pemimpin Dunia Hadapi Risiko Global

Konflik bersenjata antar negara dianggap sebagai risiko paling mengancam di dunia.

Intip Strategi Pemimpin Dunia Hadapi Risiko Global Potret pasca perang | Museums Victoria\Unsplash
Ukuran Fon:

Di dunia yang penuh ketidakpastian, kekhawatiran akan risiko yang mengancam eksistensi sebuah negara semakin beragam. Kondisi tersebut disebabkan oleh transformasi dalam berbagai bidang seperti ekonomi, politik, dan militer yang dimotori oleh perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Risiko global sendiri diartikan sebagai kemungkinan terjadinya kondisi atau kejadian yang, apabila benar terjadi, akan berdampak negatif pada penerimaan global, populasi, dan sumber daya. Perang tak berkesudahan di Timur Tengah, perubahan iklim, dan persaingan ekonomi global merupakan sedikit dari sekian banyak risiko yang mengancam, sehingga penting untuk mengukur sejauh mana risiko ini disadari oleh para pemimpin maupun masyarakat global.

Untuk itu, World Economic Forum mengeluarkan laporan berjudul Global Risks Perception Survey (GRPS). Laporan ini disusun berdasarkan hasil survei terhadap 900 ahli dari berbagai bidang seperti akademik, pemerintahan, organisasi internasional, dan masyarakat sipil. Tidak hanya itu, laporan juga diperkuat dengan masukan dari 11.000 pemimpin perusahaan untuk mengidentifikasi risiko terbesar yang berpotensi mengancam negara-negara dalam dua tahun ke depan.

Perang antar negara dan kondisi cuaca masih menjadi risiko global yang paling dikhawatirkan di dunia | GoodStats

Hasil survei menunjukkan bahwa konflik bersenjata antar negara menjadi risiko yang paling dikhawatirkan, dengan 23% responden menempatkannya di posisi teratas. Di urutan berikutnya, cuaca ekstrem dipandang sebagai ancaman nyata dengan 14%, mencerminkan semakin besarnya kekhawatiran terhadap dampak perubahan iklim.

Selain dua risiko tersebut, perhatian responden juga tertuju pada konfrontasi geoekonomi (8%), misinformasi dan disinformasi (7%), serta polarisasi sosial (6%). Penurunan ekonomi tercatat sebesar 5%, yang menandakan masih adanya kekhawatiran terhadap stabilitas ekonomi global.

Di luar itu, ancaman lain yang disadari responden meliputi perubahan sistem bumi (4%), pengangguran (3%), serta penurunan hak asasi manusia (2%). Ketimpangan berada di posisi terakhir dengan 2%, meski demikian tetap masuk dalam daftar risiko global yang tidak boleh diabaikan.

Strategi Pemimpin Dunia Hadapi Risiko Global

Menanggapi beragam risiko tersebut, para pemimpin internasional kini menekankan pendekatan berbasis data dengan mengutamakan identifikasi risiko secara proaktif. Berbagai metodologi penilaian risiko, perencanaan skenario, dan analisis lanjutan digunakan untuk memetakan potensi ancaman sejak dini.

Risiko yang diperhitungkan tidak hanya terbatas pada faktor geopolitik dan ekonomi, tetapi juga mencakup aspek regulasi, teknologi, dan lingkungan. Data yang dihasilkan dari proses ini menjadi dasar bagi penyusunan strategi mitigasi dan rencana kontinjensi yang memperkuat ketahanan jangka panjang.

Tidak hanya itu, data juga menegaskan pentingnya keterlibatan pemangku kepentingan dalam proses manajemen risiko. Pemerintah, pelaku bisnis, komunitas lokal, hingga organisasi internasional perlu dilibatkan sejak awal agar strategi yang dibangun lebih transparan, relevan dengan konteks lokal, dan memiliki dukungan luas.

Para pemimpin kemudian mengintegrasikan hasil keterlibatan tersebut ke dalam model prediksi yang lebih akurat, termasuk dalam membedakan berbagai titik kritis (tipping points) yang berpotensi memicu konflik atau kegagalan tata kelola. Pendekatan ini menegaskan bahwa membangun ketahanan sosial dan kelembagaan merupakan bagian tak terpisahkan dari manajemen risiko global.

Selain itu, pemanfaatan teknologi menjadi salah satu pilar penting dalam mengantisipasi risiko. Analisis real-time dan kecerdasan buatan digunakan untuk mendeteksi ancaman, menghitung efek rambatan, serta mendukung pengambilan keputusan cepat. Namun, karena sebagian besar risiko bersifat lintas batas, data juga menunjukkan perlunya koordinasi internasional.

Harmonisasi regulasi, kesepakatan global, dan penerapan standar bersama dipandang krusial untuk menghadapi risiko sistemik, mulai dari krisis keuangan, pandemi, hingga perubahan iklim. Dengan menggabungkan teknologi, kolaborasi lintas sektor, dan koordinasi internasional, strategi berbasis data ini membantu para pemimpin dunia menjaga stabilitas serta keberlanjutan di tengah dinamika global yang semakin kompleks.

Baca Juga: 10 Negara Paling Bahagia di Dunia, Ada Indonesia?

Sumber: 

https://www.weforum.org/publications/global-risks-report-2025/

Penulis: Faiz Al haq
Editor: Editor

Konten Terkait

Simak Soft Power Index ASEAN 2025, Indonesia Nomor Berapa?

Singapura dinilai menjadi negara dengan pengaruh, reputasi dan popularitas tertinggi di kawasan ASEAN pada 2025. Indonesia finish di peringkat keempat.

Negara Asia Jadi Penyumbang Sampah Plastik ke Laut Terbesar

Greenmatch mencatat 10 negara penyumbang sampah laut terbesar di dunia datang dari Asia.

Terima kasih telah membaca sampai di sini

atau

Untuk mempercepat proses masuk atau pembuatan akun, bisa memakai akun media sosial.

Hubungkan dengan Google Hubungkan dengan Facebook