Badan Pusat Statistik (BPS) dalam data yang diperbarui Mei 2025 lalu memperlihatkan rata-rata lama menginap wisatawan mancanegara di Indonesia adalah 7,60 hari atau kurang lebih satu pekan. Meskipun demikian, banyak pula wisatawan dari beberapa negara yang cenderung lebih lama menetap.
Wisatawan asal Rusia menduduki peringkat pertama, yaitu rata-rata tinggal selama 28,78 hari atau hampir satu bulan lamanya.
Rata-rata, wisatawan dari 10 negara tersebut tinggal setidaknya selama 2 minggu di Indonesia. Pada 2023, Rusia juga berada di posisi puncak. Kala itu, rata-rata tinggal wisatawan asal Rusia bahkan mencapai 43,86 hari.
Pada 2022, rata-rata tinggal wisatawan asal China juga mencapai lebih dari 40 hari. Kemudian, angkanya menyusut hingga 26,98 hari pada 2023 dan 18,72 hari pada 2024.
Tidak masuk daftar 10 besar pada 2024, wisatawan asal Srilanka pernah mencapai rata-rata tinggal di Indonesia hingga 28,42 hari pada 2022. Begitu juga wisatawan asal Amerika Serikat yang pernah menetap hingga rata-rata 20,07 hari pada 2022 lalu.
Indonesia Tempati Peringkat 22 Berdasarkan TTDI 2024
World Economic Forum dalam laporan Travel and Tourism Development Index (TTDI) 2024 menempatkan Indonesia pada peringkat ke-22 dengan total skor 4,46. Sebelumnya, Indonesia sempat berada di peringkat 32. Teratas, ditempati oleh Amerika Serikat dengan skor 5,24.
Untuk wilayah Asia Tenggara, Singapura memimpin dengan skor 4,76 di peringkat 13 global.
Berikutnya disusul oleh Indonesia, Malaysia di peringkat 35 (skor 4,28), Thailand di peringkat 47 (skor 4,12), dan Vietnam di peringkat 59 (skor 3,96).
Pasca-pandemi Covid-19, sektor travel and tourism memang menunjukkan pertumbuhan, akan tetapi tidak semua negara dapat pulih dengan maksimal. Setiap wilayah harus menghadapi tantangan operasional masing-masing.
Penilaian TTDI disandarkan pada 5 aspek yang kemudian diturunkan kembali pada 17 pilar.
Kelima aspek tersebut adalah lingkungan yang mendukung, kebijakan travel and tourism dan kondisi yang mendukung, infrastruktur dan pelayanan, sumber daya, dan keberlanjutan.
Lingkungan yang Mendukung
Pada aspek lingkungan yang mendukung, ada 5 pilar penyangganya, yaitu perihal lingkungan bisnis, keamanan dan keselamatan, kesehatan dan kebersihan, sumber daya manusia dan pasar tenaga kerja, dan kesiapan teknologi informasi dan komunikasi.
Kesiapan di bidang teknologi informasi dan komunikasi sangat dipertimbangkan saat ini, mengingat masifnya digitalisasi. Dalam studi WEF sebelumnya juga ditemukan hubungan positif antara kesiapan TIK dan penerimaan pariwisata internasional.
Sementara itu, pilar sumber daya manusia dan pasar tenaga kerja mengalami kesulitan terutama setelah Pandemi Covid-19. Angka partisipasi angkatan kerja tak kunjung membaik dan sulit menemukan tenaga kerja yang terampil.
Kebijakan Travel and Tourism dan Kondisi yang Mendukung
Terjadi peningkatan skor keterbukaan terhadap sektor travel and tourism. Hal ini menunjukkan adanya upaya negara-negara untuk meningkatkan pariwisata internasional.
Pergeseran tren juga terjadi di sebagian wilayah, dimana pemerintah dan organisasi destinasi wisata lebih fokus pada kualitas dibandingkan kuantitas.
Sementara itu, inflasi global dan kondisi geopolitik yang bergejolak berdampak negatif pada sektor ini. Terjadi peningkatan harga bahan bakar dan biaya operasional, serta ketidakseimbangan permintaan-pasokan.
Infrastruktur dan Pelayanan
Kondisi ekonomi global juga memengaruhi aspek infrastruktur dan pelayanan. Ketidakseimbangan permintaan dan pasokan cukup menghambat pelayanan optimal. Kondisi ini justru rentan mendulang kenaikan harga.
Kesenjangan infrastruktur juga masih terlihat di antara negara maju dan negara berkembang. Lebih dari itu, infrastruktur yang berkelanjutan seperti semakin memberi celah kesenjangan ini.
Akan tetapi, digitalisasi di segala lini sangat membantu persoalan kekurangan tenaga kerja di lapangan.
Sumber Daya
Wisata alam dan budaya menjadi peluang besar terutama bagi negara berkembang untuk mendorong pembangunan ekonomi dari sektor pariwisata. Bersamaan dengan itu, untuk melakukan pengelolaan, pengembangan, dan promosi kekayaan alam dan budaya ini juga membutuhkan sumber daya.
Secara global, sejak 2019 peningkatan investasi dan perlindungan aset penghasil pariwisata semakin terlihat.
Pada periode yang sama, ada 11,3% peningkatan situs warisan dunia UNESCO dalam 119 negara yang terdaftar.
Keberlanjutan
Mencapai keseimbangan antara keberlanjutan dan pertumbuhan sektor menemui tantangan yang tidak sederhana. Pengambil keputusan harus cermat memilih langkah strategis jangka panjang.
Keberlanjutan lingkungan meningkat 2,7% dibandingkan tahun 2021. Kenaikan ini salah satunya dipengaruhi oleh kebijakan energi terbarukan. Tak hanya soal lingkungan, pariwisata yang sehat juga mempertimbangkan dampak sosial dan ekonomi di sekitarnya.
Baca Juga: Wisatawan Swiss Paling Royal saat Berkunjung ke Indonesia
Penulis: Ajeng Dwita Ayuningtyas
Editor: Editor