Singapura Punya Rata-Rata Gaji Pekerja Tertinggi di Asia Tenggara

Perbedaan gaji pekerja di berbagai negara menunjukkan kondisi ekonomi global serta berbagai faktor yang memengaruhi kesejahteraan pekerja.

Singapura Punya Rata-Rata Gaji Pekerja Tertinggi di Asia Tenggara Ilustrasi Pekerja | Shutterstock

Gaji pekerja merupakan salah satu aspek penting dalam dunia kerja. Setiap negara memiliki standar gaji yang berbeda-beda, tidak hanya disebabkan oleh nilai mata uang masing-masing negara, tetapi juga oleh sejumlah faktor ekonomi, sosial, dan kebijakan yang berlaku di wilayah tersebut. Perbedaan standar gaji ini sering kali menjadi indikator kondisi ekonomi suatu negara dan kesejahteraan para pekerjanya.

Banyak faktor yang memengaruhi besaran gaji pekerja. Salah satunya adalah biaya hidup, di mana wilayah dengan biaya hidup tinggi cenderung menawarkan gaji yang lebih besar untuk mengimbangi kebutuhan sehari-hari yang lebih mahal.

Selain itu, tingkat perkembangan ekonomi dan ketersediaan lapangan pekerjaan juga sangat memengaruhi gaji yang ditawarkan. Negara dengan ekonomi yang kuat dan stabil cenderung menawarkan upah yang lebih tinggi karena memiliki lebih banyak industri yang maju dan sumber daya yang memadai.

Selain faktor ekonomi, kebijakan pemerintah setempat, seperti batasan upah minimum, asuransi kesehatan, dan jaminan sosial, turut berperan dalam menentukan gaji pekerja.

Di sisi lain, ada pula pengaruh dari industri dan jenis pekerjaan itu sendiri, di mana sektor-sektor tertentu, seperti teknologi dan kesehatan, cenderung menawarkan gaji yang lebih tinggi karena tingginya permintaan dan keterampilan yang dibutuhkan.

Singapura dengan gaji pekerja  Rp58.210.500 per bulan menjadikannya negara dengan gaji tertinggi di Asia Tenggara | Wage Centre

Rata-rata gaji pekerja di Asia Tenggara menunjukkan perbedaan yang signifikan antar negara. Berdasarkan data dari Wage Centre tahun 2024, Singapura berada di puncak dengan rata-rata gaji mencapai Rp58.210.500 per bulan. Hal ini sejalan dengan kondisi ekonomi Singapura yang sangat maju dan memiliki biaya hidup tinggi.

Di bawah Singapura, Brunei Darussalam menempati posisi kedua dengan rata-rata gaji Rp53.529.500 per bulan, didorong oleh stabilitas ekonomi dan sumber daya alam yang melimpah, terutama dari sektor minyak dan gas.

Sementara itu, rata-rata gaji di negara-negara seperti Indonesia dan Malaysia masih berada di kisaran yang jauh lebih rendah, yakni sekitar Rp8.305.000 dan Rp7.927.500 per bulan.

Meski tergolong sebagai ekonomi berkembang, perbedaan ini menunjukkan bahwa kedua negara tersebut masih berada dalam tahap pertumbuhan dan menghadapi tantangan yang berbeda, baik dari segi biaya hidup maupun kesempatan kerja.

Di sisi lain, Filipina dan Thailand memiliki rata-rata gaji yang lebih rendah, masing-masing sebesar Rp7.399.000 dan Rp6.342.000 per bulan, yang mencerminkan tantangan ekonomi yang mereka hadapi, termasuk tingginya jumlah tenaga kerja di sektor informal.

Beberapa negara di Asia Tenggara lainnya seperti Kamboja, Vietnam, dan Timor Leste, memiliki rata-rata gaji bulanan yang lebih rendah, berkisar antara Rp4.152.500 hingga Rp2.642.500 per bulan.

Hal ini dipengaruhi oleh kondisi ekonomi yang masih dalam tahap perkembangan dan biaya hidup yang relatif lebih rendah dibandingkan negara-negara tetangganya.

Di posisi terbawah, terdapat Myanmar dan Laos dengan rata-rata gaji bulanan sekitar Rp2.038.500 dan Rp1.585.500 per bulan. Perbedaan ini memperlihatkan kesenjangan ekonomi yang cukup lebar di kawasan Asia Tenggara.

Secara keseluruhan, data ini menggambarkan bahwa rata-rata gaji pekerja di Asia Tenggara sangat bervariasi, tergantung pada faktor-faktor seperti tingkat kemajuan ekonomi, kebijakan pemerintah, dan kebutuhan hidup.

Meski negara-negara di kawasan ini memiliki karakteristik unik masing-masing, perbedaan gaji tersebut menunjukkan adanya tantangan dan peluang bagi setiap negara untuk meningkatkan kesejahteraan tenaga kerjanya.

Baca Juga: Gaji Jadi Alasan Utama Gen Z Pilih Resign

Penulis: Brilliant Ayang Iswenda
Editor: Editor

Konten Terkait

Seluk Beluk Kebiasaan Menabung dan Pengelolaan Keuangan Anak Muda: Sudahkah Cerdas Finansial?

Kurangnya disiplin (37%) dan kebutuhan mendesak (29,4%) menjadi hambatan utama anak muda dalam menabung, mencerminkan tantangan dalam mengelola keuangan.

Transformasi Indonesia Menuju Pembangunan Berkelanjutan

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Indonesia tahun 2024 mencapai 75,02, masuk kategori tinggi menurut data BPS.

Terima kasih telah membaca sampai di sini

atau

Untuk mempercepat proses masuk atau pembuatan akun, bisa memakai akun media sosial.

Hubungkan dengan Google Hubungkan dengan Facebook