Manusia merupakan makhluk sosial yang tidak pernah terlepas dari interaksi sosial di mana mereka tinggal dan hidup. Dalam kacamata yang lebih luas, hidup manusia sedikit banyak dipengaruhi oleh masyarakatnya. Mereka yang tinggal di masyarakat yang suportif dan berkecukupan akan memiliki peluang hidup lebih layak. Sebaliknya, mereka yang hidup dalam masyarakat yang kurang mendukung perkembangan individu cenderung sulit mencapai potensi maksimal yang dimiliki.
Kemajuan sosial di suatu masyarakat bisa dilihat dari seberapa baik masyarakat tersebut menyediakan kebutuhan yang dapat mendukung anggota masyarakatnya hidup layak dan mencapai potensi maksimalnya. Hal tersebut biasa disebut progres sosial. Progres sosial merupakan hal krusial untuk mengukur kesejahteraan suatu negara disamping Produk Domestik Bruto (PDB).
AlTi Global merilis AlTi Global Social Progress Index 2025. Indeks tersebut bertujuan mengukur progres sosial di 170 negara sejak 2011 hingga 2024. Alti menyebutkan bahwa progres sosial adalah kapasitas sebuah masyarakat dalam menjamin kebutuhan pokok penduduknya, menyediakan landasan bagi peningkatan dan keberlanjutan kualitas hidup, serta menciptakan lingkungan yang memungkinkan setiap orang berkembang secara optimal sesuai potensinya.
Penilaian dilakukan melalui 57 dimensi yang mencakup hasil sosial maupun lingkungan, sehingga menghasilkan skor komprehensif dalam bidang kesehatan, keselamatan, pendidikan, hak-hak individu, dan aspek lainnya. Selain itu, indeks ini turut memperhitungkan 26 negara tambahan, di mana skor komponen dan dimensinya dihitung apabila terdapat data yang memadai.
Adapun indikator yang yang digunakan di Indeks Progres Sosial 2025 terbagi dalam tiga dimensi utama, yakni kebutuhan dasar, pondasi kesejahteraan, dan kesempatan.
Indikator kebutuhan dasar menyoroti pemenuhan kebutuhan dasar seperti gizi, kesehatan ibu dan anak, penyakit menular, akses air bersih, sanitasi, listrik, perumahan, serta rasa aman.
Indikator pondasi kesejahteraan mencakup pendidikan dasar, akses informasi, kualitas lingkungan, dan kesehatan masyarakat.
Sementara itu, indikator kesempatan menilai pendidikan lanjutan, kebebasan politik, kesetaraan hukum, partisipasi sipil, serta inklusivitas sosial. Keseluruhan indikator ini merefleksikan kualitas hidup dan peluang masyarakat dalam mencapai kesejahteraan.
Indeks Progres Sosial negara-negara ASEAN tahun 2025 menunjukkan adanya kesenjangan capaian antarnegara. Singapura menempati posisi tertinggi dengan skor 86,73, jauh di atas Malaysia yang berada di urutan kedua dengan 74,34. Sementara itu, Vietnam dan Thailand mencatat skor yang hampir sama, masing-masing 70,98 dan 70,97, disusul Indonesia dengan 67,81 serta Filipina dengan 67,34.
Di sisi lain, negara-negara dengan skor lebih rendah terlihat pada Timor-Leste yang memperoleh 57,40, Kamboja dengan 55,84, Laos sebesar 52,90, dan Myanmar di posisi terbawah dengan skor 51,46.
Data tersebut menunjukkan tantangan negara-negara di kawasan untuk mengevaluasi kebijakan dan aturan dalam mendukung kualitas hidup masyarakatnya. Skor ini menjadi gambaran dalam realita kehidupan bermasyarakat di ASEAN, yang sedikit banyaknya akan berpengaruh ke pelbagai aspek kehidupan seperti partisipasi politik, produktivitas kegiatan ekonomi, dan prestasi di kancah internasional.
Baca Juga: Simak Soft Power Index ASEAN 2025, Indonesia Nomor Berapa?
Sumber:
https://www.socialprogress.org/social-progress-index
Penulis: Faiz Al haq
Editor: Editor