Fenomena pemuda NEET (Not in Employment, Education, or Training) di Indonesia merupakan isu kompleks yang membutuhkan perhatian serius dari berbagai pihak. NEET merujuk pada kelompok pemuda berusia 15-24 tahun yang tidak terlibat dalam dunia pendidikan (sekolah atau kursus) maupun pasar kerja. Kelompok ini memegang peran penting dalam memahami proses transisi dari pendidikan ke dunia kerja.
Berdasarkan data BPS, kondisi NEET di Indonesia menunjukkan fluktuasi dari tahun 2018 hingga 2022. Pada tahun 2018, angka NEET tercatat sebesar 22,15%, kemudian sedikit menurun pada tahun 2019 menjadi 21,77%. Namun, terjadi peningkatan signifikan pada tahun 2020 hingga mencapai 24,28%.
Setelah itu, angka NEET kembali turun pada tahun 2021 menjadi 22,4%, sebelum meningkat lagi pada tahun 2022 menjadi 23,22%. Hal ini mencerminkan adanya dinamika dalam jumlah pemuda NEET selama periode tersebut, dengan tren peningkatan dari tahun 2021 ke 2022 sebesar 0,82%.
Mayoritas Pemuda NEET adalah Lulusan SMA
Grafik di atas menunjukkan distribusi pemuda NEET di Indonesia tahun 2023 berdasarkan gender dan jenjang pendidikan yang ditamatkan. Sebagian besar pemuda NEET, baik laki-laki maupun perempuan adalah lulusan pendidikan SMA atau sederajat, dengan proporsi sebesar 62,1% untuk laki-laki dan 57,1% untuk perempuan. Hal ini menunjukkan bahwa jenjang pendidikan SMA menjadi titik krusial dalam mencegah peningkatan angka NEET.
Hasil ini sejalan dengan penelitian Zoraya dan Wulandari (2020) yang berjudul Karakteristik Kaum Muda pada Pasar Tenaga Kerja dan Determinan NEET di Indonesia. Penelitian tersebut menemukan bahwa lulusan SMA atau sederajat memiliki kemungkinan lebih tinggi untuk menjadi NEET dibandingkan dengan mereka yang menyelesaikan jenjang pendidikan lainnya.
Faktor-faktor seperti biaya pendidikan yang tinggi, keterbatasan akses ke pendidikan tinggi, dan ketatnya persaingan di dunia kerja menjadi penyebab utama fenomena ini. Kondisi ini mencerminkan tantangan signifikan dalam transisi pemuda dari lingkungan pendidikan menuju dunia kerja yang lebih kompetitif.
Alasan di Balik Status NEET
Berdasarkan data BPS dan Sakernas Agustus 2023 dalam publikasi Analisis Isu Terkini 2024, mayoritas kelompok NEET perempuan menghabiskan waktunya untuk mengurus rumah tangga, dengan persentase sebesar 61,8%, jauh lebih tinggi dibandingkan laki-laki yang hanya 18,3%.
Sebaliknya, laki-laki lebih aktif dalam mencari pekerjaan, dengan persentase sebesar 49,7%, dibandingkan perempuan yang hanya 23,8%. Perbedaan ini dapat dijelaskan oleh norma sosial dan budaya yang cenderung mengharapkan laki-laki menjadi penopang utama keluarga, sementara perempuan lebih sering diposisikan sebagai pengurus rumah tangga.
Penanganan fenomena NEET memerlukan pendekatan holistik yang mempertimbangkan faktor-faktor individu dan sosial. Upaya tersebut dapat meliputi peningkatan akses pemuda NEET terhadap program pelatihan keterampilan dan pendidikan yang relevan, serta penyediaan infrastruktur yang mendukung mobilitas dan partisipasi mereka dalam dunia kerja.
Baca Juga: Wanita Kawin/Pernah Kawin Cenderung Berstatus NEET, Apa Penyebabnya?
Penulis: Habib Muhammad R.
Editor: Editor