Melihat data dari Badan Pusat Statistik (BPS), produksi jagung nasional mengalami pasang surut selama paruh pertama tahun 2025. Titik tertinggi produksi jagung terjadi pada Februari lalu yang menembus angka 1,8 juta ton. Hal tersebut berbanding lurus dengan luasnya lahan jagung yang bisa dipanen, yaitu mencapai 332 ribu hektare.
Menilik dari awal tahun, pada Januari 2025, produksi jagung nasional mencapai 1,3 juta ton. Setelah itu, terjadi lonjakan cukup signifikan pada Februari. Namun, penurunan terus terjadi pada bulan-bulan berikutnya. Pada Maret, produksi jagung turun menjadi 1,6 juta ton dengan luas lahan yang dipanen sebesar 291 ribu hektare.
Penurunan berlanjut pada April, di mana capaian produksi jagung menurun kembali menjadi 1,3 juta ton dengan total wilayah panen seluas 230 ribu hektare. Tren ini terus terjadi hingga menyentuh titik terendah pada bulan Mei, yaitu sebesar 1,1 juta ton dengan total luas garapan hanya 176 ribu hektare.
Kabar baik sempat datang di bulan Juni, di mana terjadi peningkatan produksi jagung menjadi 1,4 juta ton. Peningkatan ini didukung oleh luas lahan panen yang juga bertambah menjadi 240 ribu hektare. Namun, sehabis itu, produksi diproyeksi kembali menurun pada bulan Juli. Meskipun data lengkap Juli belum dirilis, indikasi penurunan produksi sudah terlihat.
Di tengah fluktuasi produksi tersebut, muncul prediksi positif untuk bulan Agustus. Meskipun penurunan terjadi secara konsisten sejak awal tahun, diperkirakan akan terjadi kenaikan produksi jagung pada Agustus 2025. Bahkan, angka produksi pada Agustus tahun ini diprediksi akan lebih tinggi dibanding Agustus tahun lalu.
Hal tersebut disampaikan langsung oleh Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS, Pudji Ismartini, saat konferensi pers di Jakarta.
“Sementara produksi JPK (Jagung Pipilan Kering) kadar air 14% Januari–Agustus 2025 diperkirakan mencapai 10,84 juta ton atau meningkat sebesar 8,16% dibandingkan Januari–Agustus 2024,” ucapnya, Selasa (1/7/2025), dikutip dari CNBC Indonesia.
Head of Internasional Business & Product and Market Development. PT BISI International, Tbk Kurniawan Wibowo, mengungkapkan bahwa usaha di bidang pertanian memang cenderung fluktuatif. Untuk itu, tidak heran jika produksi jagung turun pada Mei 2025, dan nanti diprediksi naik lagi pada Agustus.
"Sifat dari usaha di bidang pertanian adalah fluktuatif. Fluktuasi di bidang pertanian itu kenapa, karena kita sangat tergantung sekali dengan sesuatu hal yang tidak bisa diatur oleh kita sendiri, contohnya adalah lingkungan, yaitu iklim, cuaca, musim," ujar Kurniawan ketika dihubungi GoodStats, Rabu (23/7/2025).
"Kalau kami sebagai pelaku itu gak kaget," lanjutnya.
Pengaruh musim dalam proses panen jagung sangat dirasakan. Pada bulan-bulan tertentu misal, di mana curah hujan cukup tinggi, panen jagung otomatis akan menurun akibat pengaruh kadar air di lahan dan proses pengeringan, mengingat sebagian besar petani masih menggunakan proses pengeringan alami dari sinar matahari. Hujan yang tinggi menghambat proses pengeringan, yang mengakibatkan penurunan hasil produksi.
Lebih lanjut, menurut Kurniawan, prediksi meningkatnya produksi jagung pada Agustus 2025 juga ada benarnya, mengingat puncak kemarau di Indonesia biasanya pada Juli-Agustus. Pada bulan-bulan kemarau tersebut, produksi jagung akan meningkat, dorongan kondisi alam yang mendukung proses pertanian.
"Meskipun kita tidak tahu bahwa nanti juga Agustus, ya mungkin bisa jadi ada 1-2 kali hujan di dalam 1 bulan," lanjutnya.
Baca Juga: Produksi Padi Indonesia Meningkat di Awal 2025, Sinyal Positif Ketahanan Pangan?
Sumber:
https://www.bps.go.id/id/publication/2025/06/25/4b1cfd0468a39c6336a2b40f/laporan-bulanan-data-sosial-ekonomi-mei-2025.html
https://www.cnbcindonesia.com/news/20250701150410-4-645299/data-baru-ungkap-produksi-jagung-terus-turun-awal-pertanda-buruk
Penulis: Faiz Al haq
Editor: Editor