Bencana banjir dan tanah longsor yang terjadi di tiga provinsi mencakup Aceh, Sumatra Barat, dan Sumatra Utara menimbulkan korban jiwa dan kerugian material yang besar. Terkini, menurut laporan dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), per 12 Desember 2025 pukul 08.00, jumlah korban meninggal telah mencapai 990 jiwa. Sebanyak 222 jiwa tercatat hilang dan 5.400 lainnya mengalami luka-luka.
Selain itu, lebih dari 2.000 fasilitas umum juga alami kerusakan, termasuk di dalamnya fasilitas kesehatan, pendidikan, rumah ibadah, gedung atau kantor, jembatan, dan yang lainnya.
Melihat situasi ini, pemerintah dan segenap masyarakat bergerak cepat untuk memulihkan keadaan di ketiga provinsi terdampak. Bantuan kemanusiaan telah didistribusikan kepada warga setempat melalui dua jalur, yakni jalur darat dan udara. Kondisi terkini, dikabarkan bahwa bantuan tersebut telah berhasil sampai dan dimanfaatkan oleh warga terdampak untuk menunjang kebutuhan sehari-hari.
Lalu, beragam fasilitas dan infrastruktur yang sebelumnya rusak, perlahan juga mulai diperbaiki dan beberapa di antaranya telah kembali beroperasi secara normal. Pemerintah dan warga sipil bahu membahu berupaya mengembalikan situasi agar kehidupan masyarakat terdampak bisa pulih secepatnya.
Berbagai langkah ini lantas memicu beragam reaksi dari netizen. Perbincangan dan diskusi atas upaya yang dilakukan berkembang dan menghasilkan sentimen tertentu di kalangan publik RI. Pada analisis sebelumnya, proporsi sentimen positif cenderung mendominasi, baik pada media online maupun media sosial. Namun, dalam perkembangannya, proporsi sentimen kemudian mengalami perubahan pada kedua media.
Baca Juga: 68 Ribu Ha Hutan Sumatra Dipakai untuk Tambang pada 2024
Sentimen Publik di Media Online dan Media Sosial
Hasil analisis dari Drone Emprit mengenai update sentimen terhadap penanganan bencana Sumatra pada 24 November-7 Desember 2025, menunjukkan bahwa sentimen publik di media online dominan positif dengan proporsi 75,8%. Sementara itu, pada media sosial, sentimen positifnya hanya 26,1%, menandakan perbedaaan yang signifikan antara kedua media.
Sentimen positif secara spesifik muncul karena kunjungan langsung yang dilakukan presiden dan wakil presiden sehingga mempercepat respons bencana, mobilisasi TNI-Polri yang menembus wilayah terisolasi, pemulihan akses listrik dan sinyal via Starlink yang cepat, masifnya solidaritas publik dan donasi yang tembus miliaran Rupiah, serta jaminan relokasi hunian dan rehabilitasi pertanian.
Di sisi lain, sentimen negatif dari publik juga berkembang dengan proporsi 9,9% di media online dan 58,1% di media sosial, mencerminkan pandangan negatif dominan berada di media sosial.
Adapun sentimen negatif ini berasal dari kemarahan publik soal deforestasi dan bukti kayu gelondongan, sentimen “Jawasentris” dan lambatnya penetapan status Bencana Nasional, pejabat yang nir-empati dan politisasi bantuan beras, krisis di Aceh Tamiang dan penjarahan akibat kelaparan, serta desakan Menhut mundur dan evaluasi izin tambang.
Ragam Emosi terhadap Penanganan Bencana
Sebagian besar publik menunjukkan emosi antisipatif melalui 6.000 unggahan. Sikap ini lahir dari harapan listrik, komunikasi, dan akses darat segera pulih, kecemasan menunggu logistik, air bersih, dan evakuasi masuk ke wilayah terisolir, adanya ekspektasi besar terhadap janji perbaikan rumah, pemulihan sawah, penghapusan hutang dan relokasi, serta kekhawatiran akan hujan atau bencana susulan.
Lebih lanjut, emosi lainnya yang juga dirasakan publik ialah sedih (5.100 unggahan), takut (4.700 unggahan), senang (2.900 unggahan), marah (2.600 unggahan), percaya (1.300 unggahan), terkejut (1.100 unggahan), dan muak (610 unggahan).
Baca Juga: Daftar Provinsi yang Salurkan Bantuan untuk Bencana Sumatra
Sumber:
https://pers.droneemprit.id/update-sentimen-publik-terhadap-penanganan-bencana-di-aceh-dan-sumatra/
Penulis: NAUFAL ALBARI
Editor: Editor