Semakin Lenggang, Tingkat Kemacetan Jakarta Terus Menurun

Beragam upaya untuk mengatasi kemacetan di Jakarta telah digencarkan dan mulai menunjukkan hasil yang positif dalam kurun waktu 5 tahun ke belakang.

Semakin Lenggang, Tingkat Kemacetan Jakarta Terus Menurun Ilustrasi kemacetan | bibiphoto/Shutterstock

Masalah kemacetan di Jakarta nampaknya sudah menjadi hal yang lumrah bagi warganya sejak lama. Ibu kota Indonesia yang menjadi pusat segala aktivitas baik pemerintahan hingga bisnis ini menampung jumlah penduduk yang sangat banyak dalam wilayah yang tergolong tidak terlalu luas.

Wajar bila kemacetan menjadi persoalan yang muncul dalam kehidupan sehari-hari warga Jakarta, sebab padatnya lalu lalang dan sibuknya kehidupan ibu kota tidak dapat terhindarkan dan tetap harus berjalan.

Berbagai upaya untuk mengatasi masalah kemacetan di Jakarta seperti pembenahan infrastruktur, peningkatan moda transportasi umum, dan sebagainya telah digencarkan oleh pemerintah. Upaya yang dilakukan pun sedikit demi sedikit mulai membuahkan hasil yang positif.

Tingkat kemacetan Jakarta berkurang secara progresif

Berdasarkan data dari TomTom Traffic Index, pada tahun 2017 tingkat kemacetan Jakarta mencapai 61 persen. Hal tersebut kemudian menjadikan Jakarta berada di posisi ke-4 kota termacet di dunia.

Namun nampaknya setelah itu, tingkat kemacetan di Jakarta mulai menunjukkan tren penurunan. Tingkat kemacetan di Jakarta berhasil turun ke angka 53 persen pada tahun 2018. Kemudian pada tahun 2019, Jakarta berhasil mempertahankan persentase kemacetan di angka 53 persen.

Tren persentase kemacetan di DKI Jakarta tahun 2017 - 2021 | GoodStats

Raihan positif ini tidak berhenti sampai di sana. Pada tahun 2020, tingkat kemacetan di Jakarta terjun bebas ke angka 36 persen.

Tahun kedua pandemi yakni 2021, kemacetan di Jakarta kembali mengalami penurunan menjadi 34 persen. Skor indeks kemacetan yang diperoleh Jakarta dalam kurun waktu 5 tahun terakhir menunjukkan tren penurunan yang konsisten serta signifikan.

Indeks kemacetan sebesar 34 persen memiliki arti bahwa perjalanan seseorang akan terhambat 34 persen lebih lama dibandingkan dengan perjalanan saat kondisi lenggang.

Pandemi Covid-19 diperkirakan menjadi indikator utama yang memberikan dampak secara signifikan terhadap penurunan tingkat kemacetan di Jakarta. Pembatasan kegiatan serta mobilitas masyarakat menyebabkan jumlah kendaraan bermotor yang beroperasi di jalan semakin sedikit.

Jakarta menjadi provinsi dengan tingkat penyebaran Covid-19 tertinggi di Indonesia. Adapun total kasus Covid-19 terkonfirmasi di Jakarta sejak Maret tahun 2020 hingga 2022 mencapai angka 1,17 juta kasus.

Tingginya angka kasus Covid-19 di Jakarta menyebabkan aktivitas sehari-hari dilakukan dari kediaman masing-masing yang mana berbanding lurus dengan berkurangnya tingkat kemacetan di Jakarta.

Alami penurunan signifikan, bersaing dengan kota besar di dunia

Meskipun pada tahun kedua pandemi yakni 2021 beberapa negara sudah mulai melonggarkan pembatasan kegiatan sosial, kondisi lalu lintas sepertinya butuh waktu lebih lama untuk kembali padat seperti semula.

Beberapa kota di dunia bahkan berhasil menurunkan tingkat kemacetan pada tahun kedua pandemi, salah satunya ialah Jakarta. Laporan terkini dari TomTom Traffic Index menunjukkan bahwa Jakarta menempati peringkat ke-46 negara dengan tingkat kemacetan tertinggi di dunia pada tahun 2021.

Jakarta berhasil mencatatkan rekor penurunan kemacetan yang besar dalam kurun waktu tahun 2019 hingga 2021. Secara rinci, Jakarta menempati posisi ke-5 kota dengan penurunan tingkat kemacetan paling signifikan yakni sebesar 19 persen dalam kurun waktu 3 tahun ke belakang.

Kota dengan penurunan tingkat kemacetan terbesar di dunia dalam kurun waktu tahun 2019 - 2021 | GoodStats

Ibu kota Filipina, Manila berhasil menduduki peringkat pertama kota dengan penurunan tingkat kemacetan terbesar pra dan pasca pandemi. Manila tercatat berhasil menurunkan tingkat kemacetan di kotanya hingga 28 persen dalam kurun waktu 3 tahun ke belakang.

Berikutnya, Bengaluru yang terletak di India menempati posisi ke-2 dengan penurunan tingkat kemacetan sebesar 23 persen. Posisi ke-3 berhasil diraih oleh Bangkok, Thailand dengan penurunan tingkat kemacetan sebesar 22 persen. Disusul Mons di Belgia pada posisi ke-4 dengan penurunan tingkat kemacetan sebesar 21 persen.

Kemudian, Pune, Kuala Lumpur, Lima, Reading, dan Mexico City secara berurutan menempati posisi ke-6 hingga ke-10 sebagai kota dengan penurunan tingkat kemacetan paling signifikan dalam kurun waktu tahun 2019 hingga 2021. Adapun persentase penurunan tingkat kemacetan yang diraih oleh kota-kota ini berkisar antara 14 hingga 17 persen.

Di sisi lain, kota termacet di dunia pada tahun 2021 jatuh pada Istanbul dengan persentase tingkat kemacetan sebesar 62 persen. Berikutnya disusul ibu kota Rusia, Moskow dengan persentase kemacetan sebesar 61 persen dan Kiev, ibu kota Ukraina yang memiliki persentase kemacetan sebesar 56 persen.

Penulis: Diva Angelia
Editor: Iip M Aditiya

Konten Terkait

Melihat Polemik Kejanggalan Survei Poltracking pada Pilkada Jakarta 2024

Perbedaan survei antara LSI dan Poltracking berbuntut pada Poltracking yang dijatuhi sanksi oleh Dewan Etik Persepsi. Namun, hal tersebut menuai kontroversi.

Mampukah Program Makan Bergizi Gratis Prabowo-Gibran Atasi Isu Stunting?

Pemerintahan baru Prabowo-Gibran akan atasi isu stunting dengan program makan bergizi gratis. Namun, apakah hal tersebut benar-benar efektif?

Terima kasih telah membaca sampai di sini

atau

Untuk mempercepat proses masuk atau pembuatan akun, bisa memakai akun media sosial.

Hubungkan dengan Google Hubungkan dengan Facebook