Economist Intelligence Unit: Sektor Rumah Tangga jadi Penyumbang Sampah Makanan Terbesar di Indonesia

Terdapat sekitar 300 kg limbah makanan per orang per tahun di Indonesia dan sumber sampah makanan terbanyak berasal dari rumah tangga mencapai 63,64 persen.

Economist Intelligence Unit: Sektor Rumah Tangga jadi Penyumbang Sampah Makanan Terbesar di Indonesia Ilustrasi sampah makanan | Simon Peel/Unsplash

Limbah makanan atau sampah makanan menjadi permasalahan besar di Indonesia. Berdasarkan data yang dirilis oleh Economist Intelligence Unit, Indonesia menjadi peringkat 2 sebagai negara penghasil limbah makanan terbanyak di dunia, setelah Arab Saudi.

Indonesia menghasilkan sekitar 300 kg limbah makanan per orang setiap tahun. Sedangkan Arab Saudi, yang menduduki peringkat pertama menghasilkan sampah makanan hingga mencapai 427 kg per orang per tahun.

Melansir dari Kompas, food waste dan food loss Indonesia total mencapai hingga 23-48 juta ton per tahun. Food waste diartikan sebagai makanan yang terbuang pada tingkat ritel, jasa penyedia makanan, dan konsumen. Sedangkan food loss, makanan yang terbuang dari proses produksi dan pengolahan sebelum bahan makanan hingga distribusi ritel.

Dari jumlah sampah makanan tersebut, sebanyak 55 persen merupakan food waste, dan sisanya 45 persen merupakan food loss. Ironisnya, data dari Global Hunger Index 2021 mengungkapkan tingkat kelaparan Indonesia mendapatkan skor indeks 18 poin atau level moderat. Angka ini masih berada di atas rata-rata global yang sebesar 17,9 poin.

Angka ini juga menjadikan Indonesia berada di peringkat 73 dari 116 negara di dunia. Sementara, di Asia Tenggara, Indonesia berada di peringkat ketiga.

Sektor rumah tangga penyumbang sampah makanan terbesar di Indonesia

Berdasarkan data Barilla Center for Food and Nutrition, sumber sampah makanan terbanyak di Indonesia berasal dari sektor rumah tangga, yakni sebesar 63,64 persen atau setara dengan 77 kg per orang per tahun.

Kemudian, di luar rumah meliputi restoran sebesar 23,14 persen (28 kg) dan pedagang sebesar 13,22 persen (16 kg).

Sumber sampah makanan di Indonesia | Goodstats

Tak berbeda, data dari Bappenas (2021) juga menunjukkan rumah tangga menjadi penyumbang terbanyak sampah makanan dengan persentase 53,25 persen dan 36,88 persen berasal di luar rumah.

Sementara, beberapa jenis makanan yang paling banyak disisakan di rumah tangga adalah karbohidrat sebanyak 41,55 persen, yakni berupa nasi, kentang, jagung, dan lain-lain.

Jenis makanan yang paling banyak disisakan | Goodstats

Kemudian, diikuti dengan lauk berupa daging, ikan, telur, tahu, tempe, dan sebagainya sebanyak 34,40 persen.

Selanjutnya sayuran dengan 20,77 persen, buah-buahan 2,52 persen, terakhir susu dengan 0,76 persen.

Hanya sedikit sisa makanan yang diolah kembali menjadi kompos

Berdasarkan survei dan data yang dirilis oleh Bappenas, faktanya perilaku dalam penanganan sisa makanan yang dilakukan baik individu maupun komunitas sebagian besar dibuang.

Perilaku dalam penanganan sisa makanan porsi bersama | Goodstats

Dalam rumah tangga, sebanyak 31 persen sisa makanan dari porsi bersama (disajikan prasmanan) dibuang, 29 persen diberikan ke hewan peliharaan, 12 persen disimpan untuk dikonsumsi ulang.

Kemudian, hanya 10 persen yang dikomposkan atau biopori, lalu 9 persen diberikan ke orang lain. Sementara 8 persen diolah menjadi jenis makanan lain.

Perilaku dalam penanganan sisa makanan porsi per orang | Goodstats

Sementara itu, dari porsi piring per orang sebanyak 44 persen dibuang, 36 persen diberikan ke hewan peliharaan, 12 persen menjadi kompos, dan 5 persen diberikan ke orang lain.

Perilaku dalam penanganan sisa makanan di luar rumah | Goodstats

Kemudian untuk perilaku di luar rumah, sebanyak 52 persen individu membiarkan sisa makanan (dalam porsi bersama) dan 47 persen membiarkan sisa makanan mereka (porsi sendiri)

Dari data ini menunjukkan bahwa tak sedikit orang yang menyisakan makanan mereka dan membuangnya.

Dampak pengolahan sampah makanan bagi sosial, ekonomi, dan lingkungan

Sebagian individu mungkin melihat sampah makanan tak begitu berdampak bagi hidup mereka. Namun, faktanya sampah makanan sangat berdampak besar sosial, ekonomi, dan lingkungan masyarakat luas.

Melihat dari sisi sosial, faktanya sampah makanan yang terbuang 24-48 juta ton per tahun ini setara dengan kandungan energi untuk porsi makan 61-125 juta penduduk atau 29-47 persen dari total populasi Indonesia.

Masih merujuk data dalam Bappenas, sampah makanan Indonesia selama 20 tahun terakhir membuat kerugian sebesar Rp213-Rp551 triliun per tahun atau setara dengan 4-5 persen Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia.

Tak hanya kerugian ekonomi dan sosial, dampak dari sisa makanan juga menyumbang emisi gas rumah kaca (GRK). Dalam 20 tahun terakhir, Indonesia menyumbang emisi GRK sebesar 1,7 giga ton CO2e (karbon dioksida ekuivalen) hanya dari perilaku buang-buang makanan.

Melihat dari dampak yang sangat besar, kita perlu memulai meminimalkan pembuangan sampah makanan baik dalam produksi maupun konsumsi. Seperti mulai dari hal kecil, yakni dengan menghabiskan makanan yang kita ambil atau kita beli. Selain itu, kita juga dapat mengolah sisa makanan dengan membuatnya menjadi pupuk kompos.

Penulis: Brigitta Raras
Editor: Editor

Konten Terkait

Platform Belanja Online yang Paling Disukai Masyarakat saat Ramadan

Fenomena belanja online selama Ramadan tidak hanya menjadi sebuah tren, tetapi juga mencerminkan keberagaman dan keunikan preferensi konsumen di era digital.

Ini Daftar Lengkap Perolehan Kursi Parpol Pada Pileg 2024

Meskipun menang hattrick, perolehan kursi PDI-P turun 18 kursi, kursi Golkar naik 17 kursi. Sebelumnya, Golkar diisukan mengincar kursi ketua DPR.

Terima kasih telah membaca sampai di sini

Dengan melakukan pendaftaran akun, saya menyetujui Aturan dan Kebijakan di GoodStats

atau

Untuk mempercepat proses masuk atau pembuatan akun, bisa memakai akun media sosial.

Hubungkan dengan Google Hubungkan dengan Facebook
Student Diplomat Mobile
X