Laporan International Coral Reef Initiative (ICRI) menyatakan bahwa sejak 1 Januari 2023 hingga 30 Maret 2025, peningkatan tekanan panas air laut membuat 84% terumbu karang mengalami pemutihan. Fenomena ini terjadi di 82 negara atau wilayah.
Pemutihan terumbu karang ini terus meningkat meskipun sudah dilakukan pemulihan.
Pada 2024, temperatur dunia bahkan mencapai 1,5 derajat Celcius dan menjadi rekor terpanas. Fenomena ini berdampak pada kenaikan suhu laut hingga menyebabkannya menghangat dan memicu pemutihan terumbu karang. Perubahan iklim karena aktivitas manusia menjadi penyebabnya.
“Pemutihan dan kematian terumbu karang terutama disebabkan oleh pemanasan global yang sangat cepat, sebagaimana yang dibuktikan oleh peristiwa pemutihan global keempat ini,” tutur United Nations Secretary-General’s Special Envoy for the Ocean, Duta Besar Peter Thomson, dalam situs resmi ICRI, Rabu (23/4/2025).
Peter menambahkan, pemanasan global terutama disebabkan oleh akumulasi gas rumah kaca yang dipancarkan oleh pembakaran bahan bakar fosil oleh manusia. Mengurangi emisi secara drastis dapat membantu mengurangi pemanasan global.
Ketika tekanan suhu lingkungannya panas, terumbu karang akan melepaskan alga warna-warni yang hidup melekat padanya, sehingga akan memutih. Jika suhu kembali normal, terumbu karang akan kembali dihinggapi alga dan kembali sehat.
Laporan NOAA’s Coral Reef Watch juga menunjukkan fakta serupa. Sejak 2023, pemutihan terumbu karang banyak terjadi di antaranya di lautan Florida, Karibia, Brasil, Meksiko, Australia, Tuvalu, dan Laut Merah.
Tak hanya itu, wilayah cekungan Samudra Hindia juga mengalami hal yang sama, termasuk di Indonesia.
Laut Tak Hanya Kehilangan Keindahannya
Sepertiga kehidupan laut bergantung pada karang dan miliaran orang mendapatkan manfaatnya secara langsung maupun tidak langsung. Manfaat ini dapat berupa makanan, pekerjaan, hingga perlindungan pesisir pantai.
Artinya, kerusakan terumbu karang akan berdampak pada menurunnya ketahanan pangan, meningkatkan kemiskinan, hingga menghambat pembangunan yang berkelanjutan.
Meskipun demikian, masih banyak cara untuk memulihkan terumbu karang. Cara-cara tersebut di antaranya dengan perencanaan pemulihan dengan baik, mengurangi polusi, menghentikan penangkapan ikan secara berlebihan, serta mengembangbiakkan karang dengan selektif. Hal ini dapat meningkatkan ketahanan terumbu karang terhadap suhu lautan.
Selain itu, mengurangi pemanasan global juga perlu dilakukan untuk memperluas kesempatan pemulihan terumbu karang ini berhasil.
“Di masa lalu, banyak terumbu karang di seluruh dunia mampu pulih dari peristiwa parah seperti pemutihan atau badai. Kita perlu terus mengamati dan mengukur apakah dan bagaimana terumbu karang akan pulih dan berubah, untuk membantu tindakan konservasi yang paling sesuai untuk terumbu karang,” jelas Koordinator The Global Coral Reef Monitoring Network, Britta Schaffelke, dalam situs resmi ICRI (23/4).
Baca Juga: 8 Sumber Energi Paling Aman Bagi Manusia dan Lingkungan, Matahari Nomor 1
Penulis: Ajeng Dwita Ayuningtyas
Editor: Editor