World Intellectual Property Organization (WIPO) kembali merilis laporan Indeks Inovasi Global (Global Innovation Index/GII) tahunannya pada Januari 2022 lalu. Indeks ini meninjau kinerja inovasi di bidang ekonomi terhadap total 132 negara di dunia sepanjang 2022 dan melacak tren inovasi global terbaru.
WIPO dalam laporannya melakukan pemeringkatan dalam beberapa kriteria, yakni teknologi, modal manusia, institusi, input dan output, hingga inovasi bisnis dan pasar. Selain itu, WIPO juga menilai laju pertumbuhan produktivitas dan beberapa tantangan lainnya yang berkaitan dan terdampak pada pandemi Covid-19.
Berdasarkan laporan, Swiss berhasil menempati peringkat teratas dalam daftar negara dengan peningkatan inovasi paling signifikan sedunia dengan skor 64,6 poin dari 100 pada 2022. Berdasarkan hasil ini, Swiss telah menduduki posisi tertinggi selama 12 tahun berturut-turut.
Sementara, Amerika Serikat berada di posisi kedua dengan skor 61,8 poin. Selanjutnya, disusul oleh Swedia, Inggris, dan Belanda dengan skor GII masing-masing sebesar 61,6 poin, 59,7 poin, dan 58 poin.
Singapura menjadi satu-satunya negara dari kawasan Asia Tenggara yang berhasil masuk ke dalam peringkat 10 besar. Menurut laporan WIPO, Singapura menempati peringkat ketujuh dengan skor sebesar 57,3 poin.
Adapun, China berhasil naik ke posisi ke-11, merebut posisi Prancis pada tahun 2022 dengan skor 55,3 poin dan menjadi satu-satunya negara dengan ekonomi berpenghasilan menengah dalam peringkat 30 besar GII.
Lalu, bagaimana dengan Indonesia? Ada di peringkat berapa menurut laporan GII 2022?
RI tempati peringkat ke-75 dengan skor 27,9 poin
Dalam GII 2022, terdapat 26 negara baru yang tercatat memiliki perkembangan inovasi signifikan, termasuk pendatang baru Indonesia, Uzbekistan dan Pakistan. WIPO melaporkan, Indonesia untuk pertama kalinya tampil di atas ekspektasi dalam bidang inovasi untuk tingkat perkembangan ekonomi.
Indonesia berhasil masuk ke peringkat 80 besar dan menduduki posisi ke-75 dengan skor 27,9 poin. Indonesia masuk dalam klasifikasi negara berpendapatan menengah ke bawah dan berada pada urutan kesembilan pada kelompok ini.
Meski begitu, sayangnya Indonesia masih berada jauh di bawah beberapa negara dengan ekonomi menengah di wilayah Asia Tenggara lainnya, seperti Malaysia, Thailand, Filipina, dan Vietnam.
Ditinjau dari sisi regional, secara keseluruhan dilaporkan bahwa Vietnam, Filipina, Indonesia, Kamboja dan Laos telah membuat kemajuan terbesar selama satu dekade terakhir. Negara-negara tersebut telah naik lebih dari 20 peringkat.
Negara-negara tersebut juga terus memimpin dalam indikator inovasi utama. Vietnam menempati peringkat ke-1 di seluruh dunia dalam impor teknologi tinggi, Filipina ke-2 dalam ekspor teknologi tinggi, dan Indonesia memegang posisi ke-2 di seluruh dunia dalam kebijakan dan budaya kewirausahaan.
Sementara itu, China dan Turki menjadi satu-satunya negara dengan ekonomi berpenghasilan menengah yang mencatatkan pertumbuhan total R&D (Research and Development) pada bidang bisnis. Tercatat, peningkatan kedua negara tersebut masing-masing sebesar 4,2% dan 5,2%.
Peningkatan kualitas SDM untuk wujudkan industri 4.0 di Indonesia
Untuk mewujudkan kekuatan ekonomi Indonesia agar masuk peringkat 10 besar dunia pada tahun 2030 mendatang, dilakukan beberapa upaya untuk menerapkan industri 4.0 di Indonesia. Adapun, sasaran ini masuk ke dalam peta jalan Making Indonesia 4.0 yang disusun oleh Presiden RI Joko Widodo pada tahun 2018 silam.
Berkaitan dengan hal ini, Kementerian Perindustrian (Kemenperin) mengatakan bahwa Indonesia terus mendorong peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM) di bidang industri, khususnya dalam sektor pendidikan serta pengembangan vokasi.
Melansir Viva.co.id, Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Industri (BPSDMI) Kemeperin, Marshokan menyebut bahwa salah satu program pendidikan vokasi yang diusut oleh Kemenperin adalah melalui 22 unit pendidikan vokasi yang dimiliki. Program tersebut bertujuan untuk mencetak seribu peneliti muda dari wilayah Timur Indonesia.
“Tujuan dari pelaksanaan ini adalah untuk meningkatkan mindset, riset, kreativitas, dan inovasi untuk menciptakan peneliti dari golongan gen Z dari wilayah Timur Indonesia dan menguatkan jaringan antarpelajar dalam program-program inovasi dan penelitian,” tutur Marshokan.
Lebih lanjut, Marshokan menjelaskan bahwa nantinya implementasi proyek dari ide terbaik yang dipilih akan mendapatkan pendaaan, disertai dengan bimbingan dan pelatihan. Ia juga menyebutkan terdapat tujuh kota potensial untuk program tersebut, di antaranya Lamongan, Jember, Surabaya, Pasuruan, Bangkalan, Malang, dan Makassar.
Penulis: Nada Naurah
Editor: Iip M Aditiya