Bencana banjir dan tanah longsor yang terjadi di Aceh, Sumatra Barat, dan Sumatra Utara menimbulkan dampak yang luar biasa. Jumlah korban jiwa setiap harinya terus bertambah tanpa henti. Melansir data dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), per 9 Desember 2025, total korban jiwa akibat bencana ini mencapai 962 jiwa.
Di sisi lain, jumlah warga hilang perlahan berkurang, menandakan bahwa beberapa warga telah ditemukan dalam upaya pencarian. Jumlahnya telah menurun dari sekitar 400 jiwa menjadi 291 jiwa.
Selain korban jiwa, bencana ini juga merusak berbagai fasilitas umum masyarakat, meliputi fasilitas pendidikan, kesehatan, rumah ibadah, gedung atau kantor, jembatan, dan sebagainya. Kerusakan pada seluruh fasilitas membuat aktivitas warga setempat hampir lumpuh seketika.
Baca Juga: Sentimen dan Analisis Jaringan Sosial di X Terkait Penanganan Bencana Sumatra 2025
Kerusakan Fasilitas Menurut Provinsi
Berdasarkan Dashboard Penanganan Darurat Banjir dan Longsor dari BNPB pada pukul 10.00 WIB, Aceh tercatat sebagai provinsi yang paling banyak mengalami kerusakan material.
Jembatan jadi fasilitas yang paling terdampak dengan 312 jembatan rusak, begitu pula dengan 121 jembatan di Sumatra Utara dan 64 jembatan di Sumatra Barat. Tingginya angka kerusakan ini membuat akses penyaluran bantuan menjadi terhambat sehingga diperlukan bantuan helikopter untuk bisa menjangkau warga dan daerah terdampak.
Kemudian, fasilitas pendidikan (fasdik) juga banyak mengalami kerusakan dengan rincian 258 fasdik terdampak di Aceh, 216 fasdik di Sumatra Barat, dan 60 fasdik di Sumatra Utara.
Menanggapi hal ini, Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah, Abdul Mu’ti menekankan pentingnya penerapan mekanisme pembelajaran darurat agar hak belajar siswa tetap terpenuhi.
“Untuk itu, mulai 8 Desember 2025, kami mengarahkan pelaksanaan pembelajaran darurat melalui berbagai pendekatan,” tuturnya dalam rapat bersama Komisi X DPR RI, mengutip Kompas (8/12/2025).
Lebih lanjut, dalam pelaksanaanya, kementerian mendorong:
- Pendirian ruang belajar sementara, seperti tenda belajar, untuk menjaga keberlanjutan pembelajaran.
- Penempatan siswa ke sekolah sekitar yang tidak terdampak agar jeda pembelajaran yang terjadi tidak berlangsung panjang.
- Pengaktifan jadwal pembelajaran fleksibel yang menyesuaikan kondisi lapangan serta kebutuhan keluarga terdampak.
- Penerapan modul pembelajaran kedaruratan agar siswa tetap bisa belajar walau dengan fasilitas terbatas.
Selain kedua fasilitas di atas, gedung atau kantor juga terkena dampak bencana dengan total 205 gedung di Aceh dan 29 gedung di Sumatra Barat rusak.
Beralih pada fasilitas lainnya, kegiatan beribadah warga juga kian terganggu akibat rusaknya rumah ibadah di ketiga provinsi. Secara spesifik, sebanyak 201 rumah ibadah rusak di Aceh, 205 rumah ibadah di Sumatra Barat, dan 19 rumah ibadah di Sumatra Utara rusak.
Adapun fasilitas kesehatan (faskes) juga ikut terdampak, dengan total 126 faskes di Aceh, 34 faskes di Sumatra Barat, dan 1 faskes di Sumatra Utara rusak.
Baca Juga: Sumatra Utara Kehilangan 64 Ribu Ha Tutupan Pohon pada 2024
Sumber:
https://gis.bnpb.go.id/BANSORSUMATERA2025/
Penulis: NAUFAL ALBARI
Editor: Editor