Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, prevalensi ketidakcukupan konsumsi pangan di Kabupaten Deiyai, Provinsi Papua Tengah, telah mencapai 57,91% pada 2024. Ini merupakan angka tertinggi, yang kemudian disusul Kabupaten Dogiyai dan Kabupaten Paniai di bawahnya.
Sebagian besar daerah dengan prevalensi ketidakcukupan pangan yang tinggi berada di wilayah Papua. Sementara itu, wilayah dengan ketidakcukupan pangan rendah banyak dijumpai di wilayah Bali dan Nusa Tenggara.
Angka ketidakcukupan pangan di Sumbawa Barat hanya mencapai 0,87% dan menjadi yang paling rendah.
Posisi berikutnya ditempati oleh Kabupaten Gianyar (1%), Kabupaten Badung (1,02%), Kota Mataram (1,4%), dan Kota Bima (1,52%).
Hasil riset Nisa dan Triani (2024) dengan judul “Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prevalensi Ketidakcukupan Konsumsi Pangan di Indonesia”, menyatakan bahwa banyaknya jumlah penduduk di suatu wilayah berpengaruh pada ketersediaan pangan. Dengan demikian, jumlah penduduk yang tinggi dapat berakibat pada meningkatnya angka ketidakcukupan pangan.
Selain itu, kemiskinan juga berdampak pada penurunan akses penduduk terhadap makanan. Hal ini kemudian memunculkan kerawanan pangan. Artinya, meningkatnya prevalensi ketidakcukupan pangan dapat mencerminkan ketidakmampuan rumah tangga untuk memperoleh pangan bergizi yang cukup.
Riset tersebut juga menunjukkan bahwa produksi beras yang rendah berpengaruh pada angka ketidakcukupan pangan. Ketersediaan pangan ikut menentukan kondisi ini.
Masyarakat cenderung memprioritaskan pengeluarannya untuk makanan ketika pendapatannya semakin rendah. Hal ini menunjukkan bahwa ketika pengeluaran per kapita untuk makanan tinggi, tingkat ketidakcukupan pangan juga meningkat.
Sebaliknya, ketika pengeluaran per kapita untuk makanan turun, artinya angka ketidakcukupan pangan juga menurun. Sebab, masyarakat memiliki kesempatan membagi pendapatannya untuk kebutuhan selain pangan.
Tidak Hanya Dirasakan Indonesia
Persoalan pangan ini sudah dikeluhkan oleh dunia internasional dalam beberapa tahun terakhir. Menurut Badan Pangan Nasional, beberapa faktor yang mempengaruhi adalah perubahan iklim, terjadinya konflik, krisis ekonomi global, hingga degradasi lingkungan yang membuat pasokan pangan bergizi menurun.
Laporan World Food Programme 2024 menunjukkan bahwa Nigeria menjadi negara dengan tingkat kerawanan pangan tertinggi. Ada 31,8 juta orang terjebak kerawanan pangan.
Negara lain dengan persoalan serupa adalah Rep. Demokratik Kongo (23,4 juta orang), Yaman (18 juta orang), dan Etiopia (15,8 juta orang).
Di wilayah Asia Tenggara, Myanmar masuk dalam daftar negara dengan tingkat kerawanan pangan tertinggi. Ada 13,3 juta penduduk yang terdampak masalah ini.
Jajaran negara di atas tersebut berada di fase tiga dan fase empat. Fase tiga adalah ketika kesenjangan konsumsi pangan sehingga menyebabkan tingginya angka kekurangan gizi akut. Di fase keempat, situasinya lebih buruk hingga menyebabkan kematian.
Baca Juga: Makan Bergizi Gratis Belum Cukupi Kebutuhan Energi & Protein Harian
Penulis: Ajeng Dwita Ayuningtyas
Editor: Editor