Akses sinyal telepon seluler (ponsel) yang merata di seluruh wilayah Indonesia menjadi kebutuhan primer di era digital saat ini. Jaringan telekomunikasi yang kuat bukan hanya memudahkan masyarakat untuk berkomunikasi, tetapi juga membuka peluang lebih luas dalam hal pembangunan di daerah setempat.
Dengan kondisi geografis Indonesia yang terdiri dari ribuan pulau, pemerataan sinyal ponsel menjadi tantangan sekaligus kunci untuk memastikan seluruh masyarakat dapat mengakses sinyal yang kuat. Baik di perkotaan maupun daerah pelosok, masyarakat dapat terkoneksi dengan melakukan panggilan dan pesan singkat (SMS) tanpa mengalami banyak hambatan.
Grafik dari Badan Pusat Statistik di atas memperlihatkan persentase desa/kelurahan yang memiliki sinyal sangat kuat di masing-masing pulau besar. Pulau Jawa menempati posisi pertama dengan persentase 29,27%, disusul oleh Bali dan Nusa Tenggara sebesar 25,86%. Sulawesi dan Sumatra juga mencatatkan angka yang cukup tinggi, masing-masing 22,24% dan 21,48%, menunjukkan bahwa kawasan tersebut memiliki infrastruktur jaringan yang relatif baik dan mampu mendukung akses komunikasi masyarakat.
Sementara itu, wilayah Kalimantan serta Maluku dan Papua memiliki persentase yang lebih rendah. Kalimantan hanya mencapai 17,49%, sedangkan Maluku dan Papua menjadi wilayah dengan penerimaan sinyal ponsel kuat paling rendah, dengan hanya sebesar 10,63%. Data ini menunjukkan adanya kesenjangan kualitas jaringan antarwilayah di Indonesia.
Secara kumulatif, di wilayah pedesaan terdapat sebanyak 14.015 desa/kelurahan masih mengalami sinyal yang lemah. Bahkan 3.090 desa/kelurahan yang belum terjangkau sinyal seluler sama sekali. Sebaliknya, di wilayah perkotaan hanya 751 desa/kelurahan yang memiliki sinyal lemah dan 27 desa/kelurahan tidak memiliki sinyal.
Dengan demikian, upaya pemerataan pembangunan infrastruktur telekomunikasi masih menjadi tantangan penting agar seluruh masyarakat di berbagai daerah dapat merasakan manfaat akses komunikasi yang setara.
Pada awal tahun 2025, Kementerian Komunikasi dan Digital telah membangun infrastruktur telekomunikasi 4G, menghadirkan 10.631 Base Transceiver Station (BTS) yang terdiri dari 3.388 BTS oleh BAKTI (USO) dan 7.243 BTS milik operator seluler lainnya.
Fungsi dari BTS adalah untuk mengirim dan menerima sinyal radio ke perangkat komunikasi seperti telepon rumah, telepon seluler dan gawai pintar, sehingga menciptakan sinyal telepon seluler yang kaut. Adanya BTS ini membuat enam provinsi, 42 kabupaten/kota, dan 7.305 desa kini dapat menikmati layanan 4G. Hal ini menunjukkan harapan positif bagi desa/kelurahan di wilayah timur khususnya Papua untuk terus berkembang dalam mencapai pembangunan yang inklusif.
Baca Juga: Semakin Sedikit Rumah Tangga Indonesia yang Punya Telepon Rumah
Sumber:
https://www.bps.go.id/id/publication/2025/08/29/beaa2be400eda6ce6c636ef8/statistik-telekomunikasi-indonesia-2024.html
https://indonesia.go.id/kategori/editorial/8968/sederet-capaian-apik-transformasi-digital?lang=1
Penulis: Silmi Hakiki
Editor: Editor