Pemetaan Biaya Konstruksi di Indonesia, Provinsi Mana Paling Mahal?

Laporan dari BPS pada Oktober 2025 menunjukkan provinsi-provinsi di Papua memiliki biaya konstruksi lebih mahal dibandingkan wilayah lain.

Pemetaan Biaya Konstruksi di Indonesia, Provinsi Mana Paling Mahal? Ilustrasi konstruksi | sumanamul15/Pixabay
Ukuran Fon:

Infrastruktur menjadi tulang punggung kehidupan masyarakat. Rumah, sekolah, jalan, jaringan irigasi, dan fasilitas pendukung lainnya mendukung aktivitas sehari-hari, mulai dari pendidikan, pertanian, hingga ekonomi dan sosial, berjalan lancar dan berkesinambungan. Namun, membangun infrastruktur bukanlah hal murah, terutama di wilayah yang jauh dari pusat pemerintahan.

Untuk memberikan gambaran mengenai biaya pembangunan di Indonesia, Badan Pusat Statistik (BPS) merilis Indeks Kemahalan Konstruksi (IKK) pada Oktober 2025. Indeks ini memetakan seberapa mahal membangun berbagai jenis bangunan di tiap provinsi maupun kabupaten/kota.

Situs yang dihitung dalam IKK mencakup tiga kategori utama, yaitu gedung dan bangunan, jalan, irigasi, dan jaringan, serta bangunan lainnya. Data ini dihitung berdasarkan Survei Harga Kemahalan Konstruksi yang dimulai sejak 2024. Hasilnya menunjukkan adanya perbedaan biaya yang cukup signifikan antar provinsi, memberikan gambaran jelas tantangan dan biaya yang dihadapi dalam membangun infrastruktur di seluruh Indonesia.

Papua Pegunungan jadi wilayah dengan IKK tertinggi dengan skor 245,6 pada 2025 | GoodStats

Papua Pegunungan menjadi provinsi dengan IKK tertinggi, mencapai 245,6, diikuti oleh Papua Tengah dengan 203,6. Sementara itu, Papua Selatan berada di urutan ketiga dengan IKK 146,6, dan Papua mencatatkan nilai 136,79.

Dua wilayah lainnya, yakni Papua Barat dan Kalimantan Timur, memiliki IKK masing-masing 122,82 dan 120,28, disusul Papua Barat Daya dengan 118,31. Ketujuh provinsi tersebut didominasi oleh wilayah Indonesia bagian timur.

BPS menentukan biaya konstruksi dengan menghitung beberapa komponen utama, termasuk bahan baku konstruksi, sewa alat berat, dan upah pekerja. Untuk IKK 2025, data dikumpulkan secara berkala pada Juli 2024, Oktober 2024, Januari 2025, dan April 2025, karena harga bahan, biaya sewa, dan upah pekerja terus berubah. Selain itu, munculnya bahan konstruksi baru seperti baja ringan juga memengaruhi perhitungan biaya.

Skor IKK menunjukkan seberapa mahal membangun di suatu kota dibandingkan kota acuan. Misalnya, Papua Barat Daya memiliki skor IKK 118,31, artinya biaya konstruksi di sana 18,31% lebih mahal daripada kota acuan yang bernilai 100. Kota yang dijadikan acuan adalah Surabaya, dipilih karena kelengkapan datanya, indeksnya yang mendekati rata-rata nasional, serta akses transportasinya yang mudah.

Kota/Kabupaten Termurah dan Termahal

Menyelam lebih dalam, ditemukan beberapa kota/kabupaten yang memiliki skor IKK sangat tinggi. Dengan kata lain, orang-orang di sana mesti merogoh kocek lebih dalam jika ingin membangun suatu situs. Kabupaten di posisi pertama adalah Kabupaten Puncak dengan skor 361,36 pada 2025.

Di posisi kedua terdapat Kabupaten Intan Jaya dengan skor 342,92, diikuti oleh Kabupaten Puncak Jaya skor 340,84 dan Kabupaten Pegunungan Bintang dengan skor 299,88. Daftar tersebut ditutup oleh Kabupaten Tolikora dengan skor IKK mencapai 268,65. Semua kabupaten tersebut berada di Papua Pegunungan.

Sebaliknya, Kabupaten Belu yang berada di Nusa Tenggara Timur menjadi kabupaten dengan biaya konstruksi terendah dengan skor IKK hanya mencapai 76,68. Selain itu, dua kabupaten lain di NTT juga mencatatkan skor IKK terendah, yaitu Kabupaten Malaka (78,34) dan Timor Tengah Utara (79,83). Urutan berikutnya datang dari Kabupaten Sigi di Provinsi Nusa Tenggara Barat dengan skor 80,61 dan Kabupaten Ngada di NTT dengan skor 80,61.

Baca Juga: 10 Provinsi dengan Puskesmas Terbanyak, Pulau Jawa Dominasi

Sumber:

https://www.bps.go.id/id/statistics-table/2/MTI4IzI=/indeks-kemahalan-konstruksi.html

Penulis: Faiz Al haq
Editor: Editor

Konten Terkait

Nilai Transaksi E-Commerce Indonesia Capai Rp487 Triliun pada 2024

Nilai transaksi e-commerce di Indonesia kembali naik pada 2024, mencapai Rp487 triliun.

70% Publik Indonesia Pilih Beli Baju Baru Buat Lebaran, Apa Alasannya?

Survei menunjukkan bahwa 70% responden lebih memilih membeli pakaian baru untuk Hari Raya. Simak alasan di balik tren ini dan alternatif lainnya!

Terima kasih telah membaca sampai di sini

atau

Untuk mempercepat proses masuk atau pembuatan akun, bisa memakai akun media sosial.

Hubungkan dengan Google Hubungkan dengan Facebook