Artificial intelligence (AI) kini semakin banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Perkembangannya membawa dua sisi yang berbeda. Di satu sisi, AI memberi kemudahan, efisiensi, serta membantu manusia dalam belajar dan bekerja. Namun di sisi lain, penggunaan AI yang tidak bijak dapat membawa dampak negatif yang cukup serius, seperti ketergantungan yang menurunkan kapasitas berpikir kritis.
Meski demikian, pemakaian AI terbukti dapat meningkatkan performa penggunanya. Misalnya, melalui chatbots yang membantu mempersiapkan tugas melalui percakapan real-time, atau Intelligent Tutoring Systems (ITS) yang berfungsi sebagai tutor digital untuk menjelaskan materi dan memberikan soal latihan. Fitur-fitur semacam ini justru dapat memotivasi seseorang untuk bekerja dan belajar lebih giat. Untuk itu, tidak heran jika hampir setiap golongan masyarakat sudah menggunakan AI dalam kehidupan sehari.
Terlepas dari pro dan kontra penggunaan AI, data dari laporan Human Development Report 2025 yang dikeluarkan oleh United Nations Development Programme (UNDP) menunjukkan bahwa pelajar menjadi golongan yang paling sering menggunakan AI, jauh melebihi pekerja dan kelompok lain.
Laporan tersebut didapat dari penelitian dilakukan dengan survei di 21 negara. Responden ditanya apakah dalam 30 hari terakhir mereka pernah menggunakan AI, misalnya untuk belajar melalui aplikasi pendidikan, bekerja dengan perangkat lunak kerja, hiburan seperti game atau streaming, atau layanan kesehatan. Mereka juga ditanya seberapa sering menggunakan AI dalam 12 bulan terakhir dan apa status mereka, apakah pelajar, pekerja, tidak bekerja, atau pensiunan. Dari jawaban inilah peneliti bisa menghitung rata-rata penggunaan AI di berbagai kelompok masyarakat.
Dalam laporan tersebut dijelaskan bahwa 42% responden pelajar menjawab menggunakan AI lebih dari satu kali dalam sepekan. Sisanya, sejumlah 20% menyatakan sekali dalam sepekan, sebanyak 21% menjawab menggunakan AI sekali dalam sebulan lalu, sebanyak 13% mengatakan tidak pernah dan sejumlah 4% mengaku tidak tahu.
Di urutan kedua diisi oleh kaum pekerja. Sebanyak 22% responden pekerja menggunakan AI lebih dari sekali seminggu, 17% sekali seminggu, dan 25% sekitar sekali sebulan. Lebih lanjut, 30% pekerja sama sekali belum pernah menggunakan AI, sementara 6% lainnya tidak tahu atau enggan menjawab.
Selanjutnya, tingkat penggunaan AI di kalangan non-pekerja dan pensiunan cenderung rendah. Pada kelompok non-pekerja, 15% menggunakan AI lebih dari sekali seminggu, 14% sekali seminggu, 22% sekali sebulan, sementara 39% tidak pernah menggunakan AI, dan 10% tidak tahu atau enggan menjawab.
Adapun pada kelompok pensiunan, penggunaan lebih jarang, dengan hanya 9% lebih dari sekali seminggu, 11% sekali seminggu, dan 17% sekali sebulan. Mayoritas, yakni 55% pensiunan, sama sekali tidak pernah menggunakan AI, serta 8% tidak tahu atau enggan menjawab.
Baca Juga: Benarkah Mahasiswa RI Ketagihan AI?
Sumber:
https://hdr.undp.org/content/human-development-report-2025
Penulis: Faiz Al haq
Editor: Editor