Obesitas, Masalah Kesehatan Akibat Minimnya Aktivitas Serta Kurangnya Kontrol Asupan Makanan

Berdasarkan data Riskesdas 2018, angka obesitas nasional mencapai 21,8% dengan Sulawesi Utara sebagai provinsi dengan angka prevalensi tertinggi

Obesitas, Masalah Kesehatan Akibat Minimnya Aktivitas Serta Kurangnya Kontrol Asupan Makanan Ilustrasi pemeriksaan dokter pada pasien diabetes karena obesitas | Anatta_Tan/Shutterstock

Obesitas merupakan sebuah kondisi di mana individu memiliki berat badan yang melebihi batas normal. Hal ini disebabkan adanya penumpukan lemak didalam tubuh secara berlebihan.

Obesitas dapat terjadi akibat pola hidup yang minim dalam melakukan aktivitas fisik sehingga menyebabkan rendahnya pembakaran kalori pada tubuh.

Dilansir dari CNN Indonesia, World Health Organization (WHO) melaporkan bahwa setiap tahunnya, obesitas menyebabkan kematian bagi 4 juta orang. Sehingga membuat obesitas menjadi salah satu masalah kesehatan yang disorot di dunia.

Seseorang dapat dikatakan mengalami obesitas apabila memiliki skor indeks massa tubuh (BMI) mencapai angka 30 atau lebih.

Obesitas disebut dapat menjadi penyebab resiko terhadap penyakit seperti diabetes, jantung, kanker, hipertensi, serta masalah kesehatan metabolik ataupun non metabolik.

Prevalensi obesitas pada negara-negara di dunia

Melansir liputan6, berdasarkan laporan terbaru World Obesity Atlas dari World Obesity Federation menyebut bahwa diproyeksikan pada tahun 2035 mendatang sebanyak 51% populasi global akan hidup dalam keadaan kelebihan berat badan atau bahkan obesitas.

Pada laporan tersebut juga terungkap bahwa masalah obesitas ini memiliki dampak bagi perekonomian sebanyak US$ 4,32 triliun pada 2035 nanti. Angka tersebut bahkan setara dengan 3% PDB global dan menyamai dampak finansial dari pandemi covid-19.

Kasus obesitas yang terjadi antara negara ini memiliki varian yang beragam sebab bergantung pada gaya hidup masing-masing penduduk serta jumlah populasi tiap negara.

Negara dengan populasi kecil namun terdapat masalah obesitas justru cenderung memiliki tingkat prevalensi obesitas yang semakin tinggi.

Daftar negara dengan prevalensi obesitas tertinggi | Goodstats

Dari data diatas dapat terlihat bahwa negara-negara yang menyandang status prevalensi obesitas tertinggi memiliki populasi di bawah 50 ribu penduduk. Bahkan sebagian besar dari negara-negara tersebut hanya dihuni oleh belasan ribu penduduk saja.

Seperti Nauru yang tercatat memiliki 61% prevalensi obesitas tertinggi ini jumlah populasinya hanya 12 ribu jiwa. Sama seperti halnya Kepulauan Cook dengan 17 ribu jiwa, lalu Negara palau dengan populasi 18 ribu orang, serta Tuvalu dengan jumlah penduduk mencapai 11 ribu orang. Sementara itu, Kepulauan Marshall dengan tingkat prevalensi obesitas 52,9% tercatat memiliki populasi sebanyak 41 ribu jiwa.

Kondisi obesitas di Indonesia

Membahas obesitas, masalah kesehatan yang satu ini juga menjadi PR di Indonesia. Menurut data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 tercatat bahwa angka obesitas nasional menyentuh angka 21,8%.

Ketua Tim Kerja Penyakit Diabetes Melitus dan gangguan Metabolik dr. Esti Widiastuti membeberkan bahwa satu diantara faktor yang menyebabkan seseorang berada dalam kondisi obesitas adalah kurangnya aktivitas fisik.

“Berbicara tentang obesitas itu berbicara bahwa apa yang masuk ke dalam tubuh dengan apa yang keluar. Tapi kalau apa yang masuk lebih banyak akhirnya menumpuk dan penumpukan kalori yang masuk itu akan menjadi lemak sehingga jadilah overweight dan obesitas,” kata Esti dikutip dari laman kemkes pada Selasa (11/7).

Provinsi dengan angka prevalensi obesitas tertinggi di Indonesia | Goodstats

Riskesdas 2018 melakukan pendataan dari tiap provinsi tentang seberapa besar tingkat obesitasnya berdasarkan pengukuran BMI. Dari data tersebut dapat diketahui bahwa provinsi yang memiliki prevalensi obesitas tertinggi di Indonesia merupakan Sulawesi Utara dengan 30,2%.

Esti menerangkan, tingginya posisi prevalensi obesitas Sulawesi Utara ini menurutnya berkaitan dengan adat dan masyarakat di wilayah tersebut. 

“Mungkin kalau di daerah-daerah tertentu ada setiap kali pesta, makanan tradisionalnya saja mungkin juga lebih banyak mengandung karbohidrat dan juga gula. Itu membuat satu daerah mungkin lebih banyak menonjol prevalensinya dibandingkan daerah lain,” lanjut Esti dikutip dari CNN Indonesia.

Selain lima nama di atas, provinsi seperti Kalimantan Utara, Sumatra Utara, Maluku Utara, Gorontalo, serta Aceh juga masuk dalam 10 besar daerah dengan tingkat prevalensi obesitas tertinggi di Indonesia.

Kementerian Kesehatan RI mematok target penekanan kasus obesitas menjadi 3% pada 2030 mendatang. “Kita tetap berpegang di SDGs (sustainable development goals), pada 2030 angka obesitas ditekan di bawah 3%,” kata Wakil Menteri Kesehatan, Dante Saksono dikutip dari Kompas.com pada Kamis (8/6).

Hal ini dilakukan mengingat terjadinya peningkatan yang cukup signifikan. Berdasarkan data Riskesdas angka obesitas nasional dari 2013 ke 2018 mengalami peningkatan dua kali lebih banyak.

Peningkatan angka obesitas ini menurut Dante berjalan beriringan dengan meningkatnya pendapatan masyarakat namun tidak dibarengi dengan kontrol konsumsi makanan serta pengetahuan masyarakat akan bahaya obesitas.

“Dan obesitas ini banyak sekali di daerah penyangga kota besar, seperti Depok, Tangerang, Bekasi, Bogor. Itu angka obesitas lebih tinggi daripada di Jakarta. Dan itu menunjukkan angka obesitas berkorelasi dengan pendapatan masyarakat makin meningkat,” kata Dante.

Guna mensukseskan target pada 2030 mendatang, Dante menerangkan bahwa telah disiapkan berbagai program seperti pencegahan serta edukasi bagi masyarakat.

Edukasi ini diwujudkan dengan mendidik masyarakat menjadi konsumen cerdas serta melalui perencanaan penerapan cukai bagi makanan berpemanis.

“Ada beberapa hal yang sedang kita godok, memang ini belum final. Adalah memberikan pajak (cukai) pada makanan yang dikemas dengan kandungan gula, garam, lemak (GGL) melebihi batas. Itu salah satu peran pemerintah untuk menekan angka obesitas di angka 3% pada 2030,” kata Dante dikutip dari Kompas.com

Penulis: Mela Syaharani
Editor: Iip M Aditiya

Konten Terkait

Program Makan Siang Gratis Dapat Dukungan dari China, Indonesia Bukan Negara Pertama

Langkah ini tidak hanya mengatasi permasalahan gizi, tetapi juga menjadi bagian dari upaya global untuk memerangi kelaparan dan mendukung pendidikan.

Survei GoodStats: Benarkah Kesadaran Masyarakat Akan Isu Sampah Masih Rendah?

Survei GoodStats mengungkapkan bahwa 48,9% responden tercatat selalu buang sampah di tempatnya, 67,6% responden juga sudah inisiatif mengelola sampah mandiri.

Terima kasih telah membaca sampai di sini

atau

Untuk mempercepat proses masuk atau pembuatan akun, bisa memakai akun media sosial.

Hubungkan dengan Google Hubungkan dengan Facebook