Menyoal Proporsi Konsumsi Gula dalam Tingginya Angka Diabetes di Indonesia

Indonesia menjadi negara dengan jumlah pengidap diabetes tipe-1 terbanyak se-ASEAN pada 2022. Lalu, bagaimana proporsi konsumsi gula di Indonesia?

Menyoal Proporsi Konsumsi Gula dalam Tingginya Angka Diabetes di Indonesia Ilustrasi penggunaan glukometer untuk mengecek gula darah | Proxima Studio/Shutterstock

Indonesia menjadi negara dengan jumlah penderita diabetes tipe-1 terbanyak di wilayah Asia Tenggara pada tahun 2022 menurut data dari International Diabetes Federation (IDF). Jumlah pasien penderita diabetes tipe-1 di Indonesia bahkan mencapai 41,8 ribu jiwa.

Selain menjadikan Indonesia sebagai negara dengan jumlah penderita diabetes terbanyak di ASEAN, angka tersebut juga mengantarkan Indonesia menduduki peringkat ke-34 dari total 204 negara di skala global. Adapun, total penderita diabetes mellitus (DM) tipe-1 dalam rentang usia di bawah 20 tahun di Indonesia mencapai 13.311 jiwa.

Meminjam penjelasan dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC), diabetes merupakan penyakit kronis yang dapat memengaruhi tubuh tidak dapat memproduksi insulin, yakni hormon yang memungkinkan sel-sel tubuh menyerap glukosa atau gula melalui aliran darah.

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO), sebanyak 1,5 juta orang meninggal karena diabetes pada 2019. Sebesar 48% di antaranya terjadi pada pasien yang berusia di bawah 70 tahun. Adapun, Federasi Diabetes Internasional (International Diabetes Federation/IDF) menyebut, diabetes merupakan penyebab 6,7 juta kematian pada 2021.

Berdasarkan laporan IDF, sekitar 537 juta orang di dunia atau sebesar 10% dari usia 20-79 tahun divonis mengidap diabetes pada 2021. Jumlah ini diprediksi akan meningkat menjadi 643 juta pada tahun 2030 mendatang dan menjadi 783 juta pada tahun 2045.

Konsumsi gula pada makanan dan minuman oleh masyarakat Indonesia

Konsumsi gula berlebih, baik dari makanan atau minuman dapat berisiko menyebabkan masalah kesehatan, seperti obesitas dan diabetes. Berbeda dengan DM tipe-1 yang terjadi karena faktor genetika, diabetes tipe-2 sangat erat kaitannya dengan pola makan dan gaya hidup.

Sementara, sebagian besar masyarakat mengaku masih mengonsumsi gula pasir sebagai jenis gula yang paling banyak digunakan dengan persentase sebanyak 94,9% responden. Data tersebut bersumber dari hasil survei Kurious dan Katadata Insight Center (KIC) teranyar.

Jenis gula yang paling banyak digunakan masyarakat | Goodstats

Diikuti oleh jenis gula lain, seperti gula merah dengan persentase 43,4%, gula aren dengan 18,7%, gula batu 8,9%, dan gula cair dengan 4,5%. Adapun, penggunaan produk-produk pengganti gula, seperti madu dan stevia tercatat masih sedikit dengan persentase 8,4% responden.

Apabila meninjau data dari Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) pada 2018, konsumsi makanan manis di Indonesia paling banyak terdapat pada rentang usia muda, di mana semakin muda golongan usia maka akan semakin banyak mengonsumsi makanan manis.

Melansir laman Kementerian Kesehatan (Kemkes), penduduk usia tiga tahun ke atas di Indonesia dilaporkan mengonsumsi minuman manis lebih dari satu kali per hari dengan persentase mencapai 61,27%.

Angka ini diikuti oleh persentase konsumsi minuman manis dengan intensitas 1-6 kali per minggu sebanyak 30,22%. Tercatat, hanyak 8,51% yang mengonsumsi minuman manis kurang dari tiga kali per bulan.

Gula pasir juga menjadi jenis gula dengan frekuensi pembelian atau konsumsi paling banyak dibandingkan jenis gula lainnya. Intensitas masyarakat membeli/mengonsumsi gula jenis ini menurut kategori ‘sering’ mencapai 65,9%.

Disusul oleh frekuensi membeli/mengonsumsi jenis gula merah dengan persentase 31,5% responden. Selanjutnya, ada pula gula merah dengan persentase sebanyak 20,3%. Sementara, gula cair menjadi jenis gula dengan frekuensi pembelian/konsumsi terendah dengan kategori ‘sering’ sebesar 3,7%.

Jenis minuman menurut penambahan gula 2-3 sendok makan terbanyak | Goodstats

Adapun, jenis minuman berdasarkan penambahan gula dengan takaran 2-3 sendok makan terbanyak adalah teh sebesar 25,1%. Teh juga menjadi jenis minuman dengan persentase takaran ‘tanpa menambahkan gula’ paling sedikit, yaitu 6,5%.

Diikuti oleh kopi dengan persentase menurut kategori penambahan gula takaran 2-3 sendok makan sebesar 22,9%. Selanjutnya, ada jus dengan persentase sebesar 21,6% dan susu dengan 15%.

Survei Kurious dan KIC tersebut dilakukan terhadap 642 responden yang tersebar di seluruh wilayah di Indonesia dalam periode 17-24 Maret 2023. Berdasarkan demografi responden, mayoritas berjenis kelamin laki-laki (50,8%) dengan rentang kelompok umur 35 – 44 Tahun (36,1%) dan bertempat tinggal di area Jawa Non DKI Jakarta (64,5%).

Kebijakan cukai MBDK di Indonesia

Center for Indonesia’s Strategic Development Initiatives (CISDI) mengusulkan agar pemerintah mematok tarif cukai minuman berpemanis dalam kemasan (MBDK) sebesar 20% dengan perkiraan potensi penurunan konsumsi 24%.

Menurut Gita Kusnadi selaku Pelaksana Tugas Manajer Riset CISDI, penerapan tarif cukai MBDK secara progresif tiap tahunnya perlu dilakukan untuk menekan tingginya angka konsumsi. Ia menyebut, tingginya angka konsumsi MBDK tersebutlah yang menjadi salah satu faktor utama peningkatan prevalensi diabetes, obesitas, serta penyakit tidak menular lainnya di Indonesia.

“Konsumsi minuman berpemanis dalam kemasan berlebih terbukti berisiko meningkatkan obesitas, diabetes, hipertensi, kerusakan liver, gangguan ginjal, penyakit jantung, beberapa jenis kanker, serta kekurangan gizi,” tuturnya seperti dikutip dari Tempo.co.

Kebijakan cukai terhadap MBDK di Indonesia telah diatur dalam UU No. 39 Tahun 2007 tentang Cukai, dan dilaksanakan oleh Kementerian Keuangan. Pemberlakuan cukai pada produk makanan dan minuman dengan kadar gula tinggi ini dimaksudkan agar dapat menginisiasi terciptanya pola makan yang lebih sehat sehingga menurunkan risiko penyakit tidak menular.

Rata-rata konsumsi MBDK berdasarkan jenis minumannya | Goodstats

Sementara, mengutip laporan dari CISDI, kopi instan merupakan jenis minuman MBDK yang paling banyak dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia. Dari segi jumlah porsi, rata-rata konsumsi kopi instan di rumah tangga adalah 29 kemasan per bulan.

Sedangkan, susu kental manis menjadi minuman yang paling sedikit dikonsumsi dengan jumlah rata-rata konsumsi 5 kemasan per bulan. Hal ini nyatanya juga dipengaruhi oleh harga, yang mana kopi instan dibanderol dengan harga yang lebih murah dibandingkan susu kental manis.

Penulis: Nada Naurah
Editor: Iip M Aditiya

Konten Terkait

Survei Intage: Orang Indonesia Rata-Rata Habiskan Rp1,41 Juta Sebulan buat Si "Anabul"

Intage Group lakukan survei untuk menangkap pola pasar dan tren kepemilikan hewan peliharaan di 4 negara, termasuk Indonesia pada 2023 lalu.

Platform Belanja Online yang Paling Disukai Masyarakat saat Ramadan

Fenomena belanja online selama Ramadan tidak hanya menjadi sebuah tren, tetapi juga mencerminkan keberagaman dan keunikan preferensi konsumen di era digital.

Terima kasih telah membaca sampai di sini

Dengan melakukan pendaftaran akun, saya menyetujui Aturan dan Kebijakan di GoodStats

atau

Untuk mempercepat proses masuk atau pembuatan akun, bisa memakai akun media sosial.

Hubungkan dengan Google Hubungkan dengan Facebook
Student Diplomat Mobile
X