Sampah telah menjadi salah satu tantangan terbesar yang dihadapi dunia saat ini. Setiap harinya, jumlah sampah yang dihasilkan oleh manusia terus meningkat seiring dengan pertumbuhan populasi dan pola konsumsi yang semakin kompleks.
Tidak hanya jumlahnya yang kian mengkhawatirkan, jenis sampah yang dihasilkan juga sangat beragam, mulai dari sampah organik hingga anorganik, seperti plastik, logam, kertas, dan elektronik. Keberagaman jenis sampah ini membuat pengelolaannya menjadi semakin rumit dan membutuhkan perhatian lebih dari berbagai pihak.
Namun, di tengah permasalahan ini, masyarakat mulai menunjukkan kesadaran yang lebih besar terhadap pentingnya mengurangi sampah. Generasi Z, sebagai generasi muda yang tumbuh di era digital dan penuh informasi, turut mengambil peran dalam upaya mengurangi sampah. Mereka memiliki berbagai pendekatan inovatif yang dipilih sesuai dengan gaya hidup dan nilai yang mereka anut.
Berdasarkan hasil survei Jakpat, salah satu cara paling populer yang dilakukan oleh Gen Z untuk mengurangi sampah adalah membawa botol minum sendiri, yang dipilih oleh 56% responden.
Hal ini mencerminkan kesadaran mereka terhadap dampak buruk botol plastik sekali pakai yang sering kali sulit terurai dan mencemari lingkungan. Membawa botol minum juga dianggap sebagai langkah praktis sekaligus hemat, menjadikannya pilihan yang menarik bagi generasi muda.
Selain itu, pemakaian tas belanja yang dapat digunakan kembali menjadi cara kedua yang paling banyak dipilih, dengan 47% responden melakukannya. Langkah ini menunjukkan bahwa Gen Z memahami pentingnya mengurangi penggunaan kantong plastik yang kerap kali menjadi sumber utama sampah anorganik.
Di peringkat ketiga, sebanyak 46% responden memilih membawa tempat makan sendiri. Kebiasaan ini sering diterapkan ketika mereka membeli makanan di luar rumah. Langkah ini sekaligus mengurangi sampah dari kemasan makanan sekali pakai, seperti styrofoam atau plastik, yang menjadi masalah lingkungan global.
Upaya menghindari plastik sekali pakai juga menjadi fokus bagi 39% responden. Hal ini menunjukkan bahwa Gen Z semakin memahami pentingnya mengurangi ketergantungan pada plastik untuk menjaga keberlanjutan lingkungan.
Selanjutnya, sebanyak 36% responden memilih untuk mengurangi pembelian produk kemasan. Generasi ini tampaknya lebih selektif dalam konsumsi, dengan mempertimbangkan dampak lingkungan dari setiap barang yang mereka beli.
Tidak kalah penting, sebanyak 31% responden memilih untuk memilah sampah di rumah, sebuah langkah awal yang sangat penting dalam sistem pengelolaan sampah yang baik. Dengan memilah sampah organik dan anorganik, Gen Z membantu mempermudah proses daur ulang dan pengelolaan sampah lebih lanjut.
Terakhir, sebanyak 31% responden juga menggunakan bahan daur ulang dalam kehidupan sehari-hari. Langkah ini menunjukkan kreativitas Gen Z dalam memanfaatkan kembali barang-barang yang masih dapat digunakan, sekaligus mengurangi limbah yang berakhir di tempat pembuangan akhir.
Survei ini melibatkan 1.155 responden Gen Z (lahir 1997-2012) dengan komposisi gender seimbang, 50% perempuan dan 50% laki-laki. Responden berasal dari Pulau Jawa non-Jabodetabek (44%), Jabodetabek (28%), dan luar Jawa (28%). Survei dilakukan online pada 6-9 Desember 2024 dengan margin of error di bawah 5%.
Secara keseluruhan, data ini menunjukkan bahwa Gen Z tidak hanya memiliki kesadaran tinggi terhadap isu sampah, tetapi juga mengambil berbagai langkah nyata untuk mengurangi dampaknya. Kombinasi dari langkah-langkah ini mencerminkan pola pikir yang lebih bertanggung jawab terhadap lingkungan dan masa depan.
Baca Juga: Survei GoodStats: Masyarakat Nilai Pemerintah Masih Buruk dalam Hadapi Masalah Sampah
Penulis: Brilliant Ayang Iswenda
Editor: Editor